9. Kenapa Bisa Menangis?

7 3 0
                                    

Sesampainya dirumah --->

"Loh Dek? Udah pulang?" tanya Langit, akan tetapi Bulan tidak memperdulikan Kakaknya itu. Dia hanya menerobos Kakaknya dan berjalan dengan cepat menuju kamarnya. Tapi kalian tau bahwa Langit tipe yang sangat peduli dan perhatian kepada Adeknya, jadi ia menyusul Adeknya itu. Di sana Bulan menangis, sontak Langit langsung bertanya kepada Adeknya.

"Bocil kenapa?" tanya Langit kepada Adeknya. Tapi Bulan hanya diam dan tidak menjawab, Langit langsung menghampiri Bulan dan mengusap pucuk kepala Adeknya.
Untuk yang kedua kalinya Langit bertanya "Tuan putri kenapa nangis?". Dan kali ini Bulan menjawab.

"Kak, rasanya kalau suka ke orang itu gimana?" -Bulan

"Hah? Nangis gara-gara cowok?" -Langit

"Kakak mah, jawab dulu" -Bulan

"Kakak jawab tapi berhenti nangisnya ya?" -Langit

Bulan hanya menganggukkan kepala sebagai jawaban.

"Anu Dek, gimana perasaan Adek kalau dia ngechat, ngajak ngobrol, papasan, ngelihat dia, dll?" -Langit

"Kalau dia ngechat rasanya kayak jantung mau meledak, terus detak jantung jadi cepet, badan jadi kayak panas dingin, deg-degan juga" -Bulan

"Ya itu artinya kamu ada rasa sama dia" -Langit

"Yang bener Kak? Soalnya bingung sama perasaanku Kak..." -Bulan

"Ya Allah Dek, bener kok. Kemungkinan Adek ada rasa sama dia" -Langit

"Yaudah deh Kak makasih, tapi emang Kakak sama Kak Sekar gitu?" -Bulan

"Gak gitu juga Dek, lagian cinta itu tanpa alasan" -Langit

Lalu Langit memeluk Bulan, "Bocil-bocil" ucap Langit dalam hati.

"Sekarang, kenapa tadi nangis?" tanya Langit lagi. Akhirnya Bulan bercerita bahwa ia menangis karena kesal. Katanya Bulan tadi, ia mengobrol basa-basi dengan Dwi bahkan ia sampai mengeluarkan uneg-unegnya. Bulan juga bilang kalau dia merasa bersalah karena telah meninggalkan Dwi begitu saja, dia juga bilang kalau dia kangen Dwi ke Kakaknya. Langit hanya menggelengkan kepala saat melihat ocehan dari sang Adek.

"Jadi, kamu suka Dwi?" -Langit

"I don't know, but maybe yes?" -Bulan

"Yang pasti dong De-" ucapan Langit tiba-tiba terpotong.

Tiba-tiba pembicaraan mereka berdua terpotong karena ada seseorang yang mengetuk pintu dan mengucapkan salam.

Tok-tok~

"Assalamualaikum"

"Waalaikumsalam" teriak Bulan dan Langit sambil berlarj turun ke bawah.

Ceklek~
Pintu pun dibuka.

"Kak Sekar?" -Bulan

"Sekar?" -Langit

"Hehe, iya Dek... Mas..." -Sekar

"Kok gak ngabarin dulu sih Dek?" -Langit

"Gapapalah sekali-kali, lagian udah bilang ke Mama sama Papa!" -Sekar

"Tapi Mama sama Papa gak dirumah. Mereka lagi di luar kota" -Langit

"Iya tau!" -Sekar

"UDAHLAH! Ayo masuk! Atau tetep mau di depan pintu?" -Bulan

"Iya cil" -Langit dan Sekar

Akhirnya mereka bertiga masuk ke dalam rumah. Bulan menyuruh Kak Sekar duduk di ruang tamu. Kak Langit juga menyuruh Bulan untuk duduk, padahal Bulan ingin pergi ke dapur dan membuatkan minum.

"Dek Bulan baru pulang sekolah?" —Sekar

"Gak Kak udah lumayan" —Bulan

"Owalah, tapi kok masih pake seragam? Terus kayak habis nangis?" —Sekar

"Eh iya, yaudah aku ganti baju dulu ya Kak" —Bulan

"Okey Dek!" —Sekar

Setelah itu Bulan berlari menuju kamar mandi dan mandi. Selesai mandi, Bulan pergi menuju kamarnya dan memakai pakaian.

"Nih minumnya, ngomong-ngomong Bulan kemana?" tanya Langit sambil meletakkan minum ke meja.

"Siap! Tadi katanya mau ganti baju" —Sekar

"Okey" —Langit

"Ngomong-ngomong kamu apain Bulan? Kok dia kayak habis nangis?" —Sekar

"Gak tak apa-apain, dia pulang sekolah moodnya udah jelek. Masa pulang sekolah gak salam, ditanya juga diem. Langsung nerobos masuk terus ke kamar" —Langit

"Hahaha, biasa bocah" —Sekar

"Malah ketawa!" —Langit

Tiba-tiba Bulan turun sambil berlari.

"Woy asu! Jangan lari!" —Langit

"Langit?! Omongannya!" —Sekar

"Iya-iya!" —Bulan

"Maaf, habis Bulannya ngeyel!" —Langit

"Tapi gak boleh gitu! Bulan juga harus dengerin omongan Kakakmu!" —Sekar

"Iya!" —Bulan dan Langit

"Nih susu coklat buat kamu Dek!" ucap Langit sambil memberikan segelas susu coklat kepada Adeknya.

"Okey! Makasih Kak!" jawab Bulan sumringah sambil menerima segelas susu yang Kakaknya berikan.

Setelah itu mereka bertiga duduk santai di ruang tamu sambil menonton TV. Tentu dengan makan dan minum sambil menceritakan hal random. Kak Sekar juga bertanya kenapa Bulan menangis, Bulan menjawab pertanyaan dari Sekar. Bulan menceritakannya, tapi Kak Langit dan Kak Sekar malah tertawa.

Karena Bulan bosan, Bulan bermain handphone nya. Tiba-tiba ada notif WA, Bulan langsung membukanya dan ternyata itu notif dari Dwi. Seketika jantung Bulan berdetak kencang dan badanya menjadi panas dingin.

Langit yang tidak sengaja melihat kondisi Adeknya yang tampak panik itu nampak khawatir. Langit perlahan-lahan mendekati Bulan dengan wajah yang sangat khawatir. Sekar nampak menyadari situasi sekarang ini, ia juga mendekati Bulan dan menarik Bulan ke dekapannya. Langit dan Sekar pun bertanya kepada Bulan.

"Bocil kenapa?" tanya Langit dan Sekar dengan posisi Sekar masih mendekap Bulan. Sedangkan Langit mengusap pucuk kepala sang Adek. Bulan hanya diam saja dengan raut muka masih tampak panik. Akhirnya Bulan menjawab.

"Gapapa kok Kak" jawab Bulan dengan seulas senyum.

"Yang bener? Kenapa ihh?!" tanya Langit dengan wajah yang masih panik.

"Iya, Adek kenapa? Jujur sama Kakak!" ucap Sekar masih mendekap Bulan.

"Beneran gapapa kok Kak" —Bulan

"Alah jangan bohong! Tadi main hp senyum-senyum sendiri, tapi kenapa sekarang panik Dek?" tanya Langit dengan suara sedikit bergetar.

"Iya Dek jujur aja kita Kakak kamu, keluargamu. Jadi ayo terbuka" ucap Sekar dengan suara sedikit bergetar.

"Em... Jadi anu Kak... Aku cuma dapet notif WA aja" —Bulan

"Terus kenapa notifnya Dek?" —Langit

"Notif dari Dwi Kak" —Bulan

"Oh sekarang Kakak paham kenapa kamu tadi tanya gitu" —Langit

"Hah?!" Sekar tampak kebingungan.

"Ya gitu Kak" —Bulan

"Kamu suka sama dia Dek! Fiks!" —Langit

"Dibales dulu Dek kalau mau dibales" —Sekar



TBC

MAAF KALO GAK NYAMBUNG 🙏🏿

KALO TYPO TOLONG DI INGATKAN YA!

The Moon Is Beautiful Isn't It [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang