12. Terimakasih Untuk Malam Hari Itu

8 4 0
                                    

Mereka berenam pun akhirnya pulang. Naren mengantarkan Mei pulang, Vio juga mengantarkan Juli pulang. Dwi juga mengantarkan Bulan pulang, mereka pulang sendiri-sendiri.

Dwi dan Bulan ———>

"Gimana? Seru gak?" tanya Dwi mencairkan suasana.

"Em... Seru kok" jawab Bulan dengan tertawa canggung.

"Gak usah canggung, aku gak suka kita jadi gini" —Dwi

"Maaf... Sebenarnya aku juga gak suka kita jadi gini, tapi gimana lagi?" —Bulan

"Lupain kalimat yang pernah aku ungkapin..." —Dwi

"Maunya gitu, but gak semudah itu! Bahkan dulu aku nolaknya kasar banget... Maaf ya? Aku jahat dicerita kamu..." —Bulan

"Gapapa kok. Jangan nangis, kalau nangis kita berhenti dulu" —Dwi

"Tapi aku nyesel, ya karena penyesalan selalu diakhir" ucap Bulan dengan tangisan.

Sama seperti kata Dwi, jika Bulan menangis mereka akan berhenti terlebih dahulu. Ya! Dia berhenti di sebuah taman, Dwi meraih tangan Bulan dan menariknya agar mereka bisa duduk di kursi taman. Dwi mencoba menenangkan Bulan, padahal ini sudah pukul setengah 10 malam.

"Ehh, gapapa kok! Udah ya nangisnya? Kalau nangis ntar tambah cantik, tapi lebih cantik kalau kamu senyum!" —Dwi

Tetapi Bulan tidak merespon apa-apa, ia tetap diam.

"Nih ya aku kasih tau kenapa aku ganti-ganti cewek. Ya karena aku nyarinya yang sama kayak kamu, tapi itu susah. Tapi sekarang aku gak gitu kok! Maaf ya? Oh ya, kalau kamu bilang aku cuma 'pernah suka' sama kamu itu salah. Karena aku masih suka sama kamu sampe sekarang! Kalau ditanya kenapa bisa?! Kamu sendiri tau kalau cinta itu tanpa alasan! Jadi jangan merasa bersalah ya? Aku gak mau kamu sedih, apalagi nangis!" oceh Dwi saat itu sambil mengusap pucuk kepala Bulan.

Setelah mendengar perkataan dari Dwi, tangisan Bulan menjadi lebih kencang.

Sementara itu, Vio dan Juli ———>

"Makasih yaa! Makasih buat hari ini bub!" teriak Juli sambil melambai-lambaikan tangannya.

"Me too bub!" balas Vio dengan tangan yang melambai-lambai juga.

"Dahh~!" —Vio

"Dadah!" —Juli

Tuyul♡
| Bub!
| Udah bobo?
22.10

"Wih notif dari Vio! Bales ah!" —Juli

Iyaaa |
Belummm |
22.11

Tuyul♡
| Udah sana turu!
| Besok kita kelulusan
| Ntar kamu ngantuk!
22.11

Siap |
Eh iya, gak kerasa ya? |
G ya! |
22.12

Tuyul♡
| Sip 👍🏿
| Gak kerasa palamu!
| Orang kerasa banget
| Iyain
22.13

Y. |
22.14

Tuyul♡
| Ngambek nih?
| Kok diread doang?
| Bub!?
| Lili?!
| Ihh!
22.15

5 Panggilan tak terjawab dari Tuyul♡


Naren dan Mei ———>

"Makasih ya! Bye!" —Mei

"Masama! Dadah!~" —Naren

Singkat bukan? Mei tipe orang yang gak suka aneh-aneh, jadi gitu deh!

Balik lagi ke Dwi dan Bulan ———>

Sekitar 5 menit Bulan menangis, akhirnya ia membuka mulut. Dia langsung mengajak Dwi untuk pulang, lebih tepatnya menyuruh Dwi untuk mengantarkan pulang. Di perjalanan hanya ada keheningan, sekitar pukul setengah 11 malam. Bulan baru sampai di rumah, di depan rumah sudah terdapat Langit yang sepertinya sudah menunggu Bulan dari tadi. Sekar sudah pulang, jadi ia sudah tidak ada.

"Dek? Ini udah jam berapa?! Baru pulang?!" —Langit

"Maaf Bang... Bukan salah Bulan kok" —Dwi

"Loh Dek, kok nangis? Maafin Kakak udah bentak kamu!" ucap Langit setelah melihat Bulan menangis.

Bulan tidak menjawab, ia hanya menggelengkan kepala. Langit langsung mendekap Adeknya itu.

"Lo apain Adek gue?!" —Langit

"Maaf Bang, aku gak bermaksud..." —Dwi

"Udah gapapa, makasih ya. Pulang sana, udah malem ini" —Langit

"Iya Bang, sekali lagi maaf ya Bang" —Dwi

"Iya, gapapa. Hati-hati ya" —Langit

Setelah itu Langit dan Bulan masuk ke dalam rumah.



TBC

MAAF KALO GAK NYAMBUNG 🙏🏿

KALO TYPO TOLONG DI INGATKAN YA!

The Moon Is Beautiful Isn't It [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang