3. Dunia Sempit

49 5 0
                                    


Au ah minya gatau mau ngomong apa
Maap kalo banyak typo

Happy Reading

.
.
.
.

"Lili ini manusia jenis apa sih mengganggu hidup gue saja" omel darrius sembari membuka segala dokumen yang ada di mejanya, tak lama bu sena masuk

"Hayolo ngomongin orang gitu tar suka, tapi kalo bapak yang suka gapapa asal bukan hardes aja si" cerocos sena sambil meletakan dokumen yang akan diperiksa darrius

Darrius menatap sena dengan tatapan dingin dan membuat sena buru buru keluar tanpa pamit namun darrius menghentikan aktivitas sena kala mau keluar dari pintu

"Senaa!" tegurnya dan membuat sang pemilik nama menoleh

"Panggilkan... Um... L-ili kesini tolong" sambung darrius

"Kok nyuruhny-" sena memotong percakapannya sambil menatap darrius

"Okeyyyy~" ledek sena sambil keluar dengan senyum jahilnya

'Semoga tidak bertingkah dia'

Lili sedang membaca buku santai di meja kantin, pasalnya dirinya baru saja menyelesaikan tugasnya. Dia butuh istirahat
Tak lama terlihat hana sedang berjalan beiringan dengan sena

"Hana? Bu sena?" tanya lili melihat keduanya berhenti di hadapannya

"Lili kamu dipanggil sama pak darrius diruangannya... Oh iya suruh bawa coklat juga katanya" suruh sena dengan nada meledek di bagian akhir, namun lili justru tidak curiga.

"Baik bu. Eh ibu kenapa sama hana ya?" tanya lili bingung

"Saya ada urusan dengan dokumennya tadi" bohong, sena bohong padahal dia ingin menggosip bersama hana

Lili turun ke bawah dan ingat ada supermarket kecil disamping kantor, segera dia membeli coklat silverqueen yang ukuran sedang lalu bergegas kembali menuju kantor tepatnya ke ruangan darrius

"Permisi pak... " izin lili sambil membuka pintu

Lili gugup dari ujung tangga tadi, perjalanannya dari ujung koridor ke ruangan darrius sepi membuatnya merinding

Darrius duduk di kursi kerjanya sambil memainkan ponselnya, entah apa yang ia telusuri di benda pipih tersebut. Kerjaannya sudah ia selesaikan sedari tadi, sekarang waktunya untuk bersantai. Ia sibuk memainkan ponselnya sampai mendengar ketukan pintu dan pintu yang terbuka dengan Lili yang hendak masuk membawa coklat di tangannya.

"Ngapain bawa coklat?"

"Bu Sena, katanya disuruh bawa coklat."

'Sena brengsekk! Mau ditaruh mana mukaku ini?! Awas aja, Hardes gak akan ngasih dia jatah lagi!' Batin Darrius frustasi.

"O-oh iya, makasih. Padahal gak ada nyuruh."

"Maksud bapak? Ah bapak mah malu malu, gengsi bapak segede gaban!" Saut Lili, padahal apa yang dikatakan Darrius itu benar adanya. Darrius hanya diam, tak menanggapi apa yang dikatakan Lili.

"Oh iya pak, bapak gak papa?"

Darrius mengernyit.

"Apanya?"

"Itu, um tadi pas di tangga. Bapak tiba tiba lari gitu aja gak bilang apa apa sama saya." Ujar Lili sedikit ragu. Malu, tepatnya.

"Mau tau aja apa mau tau banget?"

"Bapak mah!!" Diana kesal sendiri. Omong omong, posisi mereka sekarang sedang duduk di sofa berhadapan. Darrius yang melipat tangannya didada dan Lili yang duduk dengan kikuk.

ILIANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang