7. Keluarga

19 4 0
                                    


Happy reading
.

.

.

.




"Oke, mau ke kaepci?"

"MAUUU!!!"

Setelah mengantar Lili pulang kerumahnya, walau Hokuto sempet gak rela, tapi pada akhirnya ia merelakan kepulangan Lili kerumahnya. Tak biasanya Hokuto seperti ini pada orang yang baru saja ia temui. Karena tak ingin Hokuto terus cemberut, alhasil Darrius mengajaknya ke kaepci tempat kesukaan Hokuto.

"Kaepci kaepci kaepci~☆" Hokuto bersenandung ria, Darrius rasa Hokuto sudah melupakan hal yang tadi membuatnya cemberut terus-terusan. Yah, secepat itu.

Sesampainya di kaepci, Darrius langsung memesan makanan dan minuman untuk dirinya dan juga Hokuto. Setelah membawa nampan berisi pesanan, mereka langsung ke tempat duduknya.

"Kok paman nggak makan?" Tanya Hokuto pada Darrius yang hanya menyeruput minuman tanpa ditemani oleh makanannya.

"Paman udah kenyang, nanti meledak nih perutnya kalo makan lagi."

"Kata mamah, harus banyak makan!"

"Kan itu buat bocah kayak kamu, paman kan udah besar." Darrius terkekeh.

"Makan dulu, ngobrolnya nanti aja ya." Ujar Darrius dijawab anggukan oleh Hokuto. Mereka asik bercakap cakap setelah makan, Hokuto yang sedari tadi mengoceh benar benar mirip dengan ibunya. Ia terus berbicara sambil makan eskrim yang dipesan barusan, sampai sampai ia sempat tersedak tadinya.

***

"Mamahhh!!! Hokke bawa eskrim!!" Teriak Hokuto penuh semangat sambil membawa kantung berisi eskrim didalamnya ketika memasuki rumah Darrius. Namun tidak ada yang menjawabnya, rasanya sunyi sekali.

Darrius mengantar Hokuto yang ingin ke kamar yang ia, diana dan rei tempati selama menginap dirumah Darrius. Saat di lorong, Darrius mendengar suara yang familiar. Pendengaran Darrius sangat bagus, bahkan dijarak yang tak begitu dekat ia bisa mendengar suaranya. Semakin dekat, Darrius semakin mendengar suara yang begitu familiar. Tunggu, ini suara-

.. suara tangis kenikmatan?

Hokuto yang mendengar hal itu langsung berlari ke arah pintu kamar. Hokuto mendengar suara ibunya yang menangis. Menangis dalam artian yang berbeda, maksudku, ah! Begitulah. Namun karena ia masih kecil dan polos, ia jadi salah mengartikan.

"Mamaaaa!!" Teriak Hokuto dengan air mata yang keluar. Aduh, apalagi yang bakal terjadi hari ini?

"Oke.. jadi.." Darrius benar benar canggung. Pasalnya, ia baru pertama kali memergoki kakak perempuan satu satunya, yang selama ini kesannya nggak tertarik sama pria bahkan tubuh pria sekalipun, sedang menikmati suaminya. Itu hal yang wajar, tapi tetap saja! Apalagi ada anak kecil disini.

"Pa-papa jahat.. ja- hat..! Hiks.. aku ng-nggak mau sa.. ma papa!" Hokuto menangis tersendu sendu sampai berbicara saja sedikit susah. Ia menangis sampai baju yang dikenakan Diana basah. Ia kini berada di pelukan ibunya, Hokuto memelum ibunya benar benar erat seakan tidak mau melepaskan dan menegaskan bahwa ibunya hanyalah miliknya.

"Hei, nggak boleh gitu." Ujar Diana sambil mengusap pelan rambut Hokuto.

"Iya.. sayang, papa nggak ngapa ngapain mama kok." Rei berusaha menjelaskan kesalah pahaman putranya tersebut.

Darrius hanya diam, dia nggak tau mau ngapain. No comment.

Setelah menunggu isakan Hokuto berhenti, Rei hendak menggendongnya untuk kekamar. Namun tidak bisa karena Hokuto kekeh memeluk Diana. Susah dipisahin, tuh.

ILIANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang