10. Goyah

4.1K 198 13
                                    


Memang lebih berat untuk jadi istri dibandingkan hanya jadi pengasuh. Mengurus Elsa sendirian. Tapi sekarang dia harus bangun pagi, siapkan kebutuhan Nugi dan yang lainnya. Pria itu tidak pemaksa. Tapi bagaimanapun juga Hana harus siaga untuk segala kebutuhan suaminya.

Kalau untuk tidur berdua, mereka masih belum melakukannya. Walaupun pernikahan sudah berjalan selama satu bulan lamanya. Nugi juga tidak menuntut hal lebih. Paling hanya mencium kening dan mengecup bibir saja. Tidak lebih dari itu, karena menghargai keputusan Hana dan juga Elsa yang masih belum siap untuk tidur sendirian.

Setiap hari Sabtu dan Minggu. Elsa diajak ke pemakaman orangtuanya. Tidak pernah disembunyikan juga oleh Nugi mengenai orangtua Elsa. Anak itu juga mengerti kalau orangtuanya telah tiada.

Nugi itu seperti ayah kandung yang merawat putrinya dengan baik. Apa saja yang diinginkan oleh Elsa selalu diutamakan.

Jadi, ada hal lain yang membuat Hana begitu takjub dari pria ini. Walaupun terbilang sedikit cuek, tapi kepada Elsa. Dia adalah pria yang hangat, selalu ada untuk keponakannya dan akan memilih tidak pergi ke kantor dibandingkan melewatkan hari bersama dengan Elsa.

Anak itu manja, tapi dekat juga dengan Nugi. Tingkahnya Elsa selalu dimaklumi oleh suaminya Hana.

Hari ini, Nugi bekerja di rumah. Karena malas ke kantor lantaran dari malam hujan. Hanya menemani Elsa di rumah dan bekerja secara online.

"Om, lihat!"

Hana menaruh makanan sebagai teman kerja suaminya. Pria itu terus diganggu oleh Elsa. Dan sama sekali tidak marah. "Apa sayangku?"

Nugi selalu melunak pada Elsa. Wajar kalau Elsa merasa nyaman tinggal di sini. Pria itu tersenyum saat Elsa mengarahkan kamera ke arahnya. "Bilang sayang sama Elsa!"

Dia menurut begitu saja dan mengungkapkan perasaan sayangnya pada Elsa.

Begitu bahagianya Elsa mendapatkan ungkapan sayang dari Nugi. Dia langsung meletakkan kamera itu di atas meja. "Main sama Tante dulu, ya! Om mau lanjut kerja."

Elsa menurut dan menghampiri Hana.

Dia mengajak keponakannya Nugi bermain. Dia mendengar suara pintu mobil ditutup. "Siapa yang datang?" tanya Nugi.

"Nggak tahu."

Elsa berlari keluar. "Kakek." Anak itu berteriak sangat senang dan Hana menghampiri Elsa di luar. Dilihatnya kalau itu adalah orangtuanya Ibra.

Hana mempersilakan masuk. Nugi menyambut kedatangan mereka juga. "Maaf nggak bisa datang ke pernikahan kamu, Nugi."

Pria itu tertawa dan mempersilakan duduk. Seperti tidak keberatan kalau orangtua Ibra tidak datang. "Istrimu mana?"

"Aku nikahnya sama Hana, Om."

Kakek dan neneknya Elsa tidak bertanya lebih jauh lagi. Tapi Hana ke dapur untuk siapkan minuman. "Batal sama Patricia?" tanya mereka begitu Hana pergi dari ruang tamu. Barangkali menghargai hatinya Hana.

"Dia yang batalin, Om. Dua hari sebelum pernikahan, dia batalin itu. Orangtuaku bilang sama Hana saja. Ya aku jalani."

"Ini terpaksa?"

"Kurasa nggak akan jadi terpaksa. Aku punya komitmen yang kuat untuk pernikahan. Toh tinggal aku yang hadirkan perasaan. Lagian kan Hana juga dekat sama Elsa. Nggak ada yang salah. Walaupun sebenarnya ini agak sedikit memaksa."

"Semoga kamu tetap kuat sama komitmen kamu, Nugi."

Hana mendengar semua percakapan itu. Berharap juga Nugi bisa berikan yang terbaik untuk hidupnya. Selama ini, Hana telah berusaha untuk jadi istri yang baik. Sekalipun pernikahan mereka berdua terbilang sangat terpaksa. Menggantikan Patricia untuk berada di sisi suaminya.

The BabysitterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang