1.Pemilik Akun Pahatan Adiatma

30 5 0
                                    

Hai besti selamat kembali dicerita aku, jangan lupa like, komen, & share ya teman-teman.
.
.
.
Selamat berkelana didalam cerita aku teman-teman🐋

***

17 Februari

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

17 Februari

“terimakasih karena sudah menciptakan sebuah lukisan yang sangat indah”

Sorakan demi sorakan yang terdengar dari teman-teman Rajendra sontak memenuhi area Mading kampus setelah melihat poster yang dipajang oleh anak-anak jurnalistik. Wajah kagum yang berseri-seri itu menandakan betapa bangganya mereka kepada Rajendra yang selangkah lagi akan berhasil memajangkan lukisan pertamanya disalah satu museum terkenal di daerah Jakarta. Hal ini adalah sebuah pencapaian terbesar dalam hidupnya setelah bertahun-tahun ia melukis secara diam-diam. Ya, mereka mengetahui fakta itu berdasarkan informasi yang sengaja diketik oleh seseorang dengan huruf kecil dipojok poster yang terpajang di sana.

Lain halnya dengan beberapa teman-temannya yang terlihat bahagia dan kagum, Rajendra justru menunjukkan ekspresi sebaliknya. Dia terlihat sangat kesal setelah membaca selembar pengumuman yang tertempel dihadapannya. Tangannya mengepal erat dengan bibir terkatup rapat.

Tim jurnalistik tidak meminta izin terlebih dahulu kepada dirinya.

Dan…Rajendra tidak suka jika orang-orang mengetahuinya sebagai pemilik akun kepelukisan yang bernama Pahatan Adiatma.

Rajendra dan Adiatma jelas berbeda. Dan tidak ingin orang-orang mengetahui bahwa oknum yang bersembunyi dibalik nama pahatan Adiatma adalah dirinya.

“Aksaa….,” geram Adiatma.

Sahabat kecil sekaligus saudara sepupu kurang ajarnya itulah yang dia curigai sebagai biang kerok yang menyebarkan gosip ini. 

"Dasar penulis tengik,” lanjut Rajendra lalu membelah padatnya kerumunan disekitarnya untuk segera pulang menemui seseorang yang terus berputar dipikirannya,

Aksa Darmawangsa.

***

Seorang cowok yang duduk dibangku kamarnya sangat menikmati aktivitas menulisnya yang telah menjadi rutinitas sehari-hari. Angin yang berembus kencang masuk kedalam kamarnya membuat rambut hitamnya yang semula tertata dengan rapi kini terlihat berantakan. Namun, hal tersebut tidak sedikit pun mengurangi kadar ketampanannya, justru semakin membuatnya terlihat semakin tampan. 

Ya…..meskipun saat ini ia hanya menggunakan sehelai kemeja hitamnya yang sedikit agak lusuh dengan celana putih yang belum sempat ia ganti sejak pulang latihan taekwondo tadi. 

Namun, ketenangannya itu mulai terusik saat telinganya tak sengaja mendengar langkah kaki seseorang yang tergesa-gesa menuju kearahnya. Aksa tentu tahu itu siapa, bahkan bisa dikatakan kalau dia sudah muak dengan segala macam ciri khas orang tersebut. 

Renjana (Selesai) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang