Episode 3

33 8 1
                                    

Episode 3

Happy reading.

Setelah kejadian itu, pria itu tidak pernah sekalipun menampakkan dirinya di depan Seojin langsung. Dia mengamati wanita itu diam-diam. Tidak berani menampakkan wajahnya di depan wanita itu.

Sampai saat ini, dia menatap Seojin dengan jarak yang cukup jauh. Bibirnya ikut melengkung ke atas walaupun hanya sedikit, ketika mendapati Seojin tersenyum memeluk seseorang. Lalu, mereka berdua pun berjalan ke halte bus, dan dia juga ikut menjalankan mobilnya.

Dahinya mengerut tajam ketika dia melihat kedua wanita itu masuk ke dalam sebuah rumah, yang dia duga rumah itu adalah sebuah panti asuhan. Siapa yang akan di temui mereka berdua? Pria itu langsung terkejut melihat Seojin menggendong anak laki-laki berumur sekitar 8 tahun.

Anak siapa? Mereka mengadopsi anak? Pertanyaan itu yang memenuhi kepalanya. Dia pun sedikit menyadari wajah anak laki-laki itu agak sedikit mirip dengannya. Dia harus mencari informasi tentang Seojin sedetail mungkin.

Ingatan tentang perbuatan bejatnya pun kembali memenuhi pikirannya. Dia juga paham, ucapan maaf darinya tidak akan merubah apapun. Dia hanya bisa menerima semua kesalahannya, menelan karma yang didapatkannya dengan lapang dada.

Pria itu langsung kembali ke kantornya, tidak ingin membuat Seojin curiga terhadapnya. Disisi Seojin, dia tersenyum manis melihat anaknya yang tumbuh sehat. Dia juga meminta izin ke orang tua angkat anak itu, ingin mengajak anaknya ke taman bermain.

"Apa kamu ingat dengan bibi ini sayang?"

"Tentu saja, Ma, aku kan anak yang pintar, kemana kita akan jalan-jalan Ma?" Balas anak laki-laki itu.

"Taman bermain? Atau dimanapun terserah kamu sayang," ucap Seojin santai dengan mengelus kepala anaknya.

"Bagaimana kalau jalan-jalan di taman saja, bersama Yun-ji imo, dan Mama," ujar Ji-ho, nama anak Seojin.

"Eh bentar, Paman Sangjin tidak ikut? Tahun lalu bukannya dia ikut? Kita ke tempatnya Paman Sangjin saja Ma," lanjut Ji-ho, menyadari akan sesuatu.

"Ingin ke tempatnya paman Sangjin? Okey kalau begitu, ayo Yun-ji," balas Seojin sambil menggandeng tangan sahabat. Wanita itu menghela napasnya, lalu tersenyum manis ke Seojin, lalu ke Ji-ho.

Mereka bertiga ke tempat tujuan dengan menggunakan taksi. Ji-ho menatap ibu dan bibinya dengan heran, kenapa mereka malah ke rumah abu? Apa Paman yang sangat disayangi olehnya itu berada disitu?

"Nah, sampai, ini Paman Sangjin sayang, dia udah bahagia bersama nenek," ujar Seojin sambil tersenyum manis ke sang anak. Ji-ho pun menoleh ke arah etalase kaca kecil yang didalamnya terdapat guci cantik dengan foto pamannya. Ji-ho yang pahan pun mengangguk, lalu tersenyum ke arah foto itu. Dia langsung melakukan penghormatan terakhir ke pamannya.

"Pintarnya anak Mama, nah sudah bukan sekarang mau kemana?"

"Emm, seharusnya tadi beli bunga dulu, Ma, untuk diberikan kepada paman," ujarnya sambil menundukkan kepalanya sedih.

"Astaga, tidak perlu sayang, kemarin Mama baru saja membelikan bunga untuk Paman, nah setahu lagi, Mama ajak kamu ke sini lagi nanti sayang," ujarnya sambil mengelus kepala anaknya.

"Okey, janji ya Ma," ujarnya sambil menunjuk jari kelingkingnya. Seojin pun membalasnya lalu menganggukkan kepalanya. Mereka bertiga pun keluar, Yun-ji terakhir keluar karena dia ingin melakukan penghormatan ke Sangjin.

Mereka bertiga menghabiskan satu hari dengan bersenang-senang bersama. Bermain-main bersama, dan membuat kenangan yang indah bersama sahabat dan anaknya. Langit mulai petang, dengan senyuman yang tidak luntur ketika dirinya berpisah dengan sahabat itu sampai memasuki apartemennya.

Choice ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang