Episode 5

17 6 2
                                    

Episode 5

Happy reading.

Nam Jae Sung. Pria dengan perawakan tinggi tegap dengan wajah yang begitu menawan, serta tatapan tajamnya. Bahunya yang lebar dan dadanya yang begitu bidang. Sungguh, siapapun yang melihatnya pasti akan terkesima oleh bentuk fisiknya. Wajahnya yang begitu rupawan, rahang tegas, hidung mancung, dan bulu matanya yang lentik. Wanita manapun akan terkagum dengannya.

Nam, adalah salah satu marga keluarga konglomerat di kawasan Gangnam. Kekayaan yang begitu besar dimiliki olehnya, membuatnya harus merelakan impiannya demi kepentingan perusahaan dan keluarganya. Meneruskan perusahaan keluarga bukanlah hal yang diinginkan Jaesung. Dia sama sekali tidak tertarik dengan dunia bisnis.

Kejadian masa lalu juga membuatnya merasakan kehidupan yang begitu lebih buruk dari yang sebelumnya. Dia tidak akan pernah bisa melupakan kejadian itu. Sepenuhnya bukanlah kesalahannya, orang yang menantang dirinya lah yang menjadi pelaku utamanya. Dia harus mendapatkan karma yang begitu menyiksanya.

Jaesung sadar jika dirinya mencintai seseorang yang sudah meninggal. Seseorang yang pernah menjadi korban perundungan oleh dia dan teman-temannya. Bahkan dia pernah mengambil kesucian wanita itu secara paksa. Itu kesalahan yang sangat fatal, dan dengan kekuasaannya, dia bisa keluar dari hukuman karena tindakannya itu. Namun, wanita itu justru memilih mengakhiri hidupnya sebelum dia mengatakan permintaan maaf.

"Sudahlah tuanku, lebih baik sekarang, lanjutkan kehidupan Anda sebagaimana mestinya, atau cari informasi tentang wanita itu, saya yakin dia memiliki keluarga," ujar sang sekertaris, tidak enak melihat atasannya itu terlihat menyedihkan. Jaesung menoleh ke arah sampingnya, lalu kembali fokus dengan berkas-berkas itu.

"Kalau tidak punya keluarga gimana?"

"Yaa, setidaknya memberikan sedikit harta anda untuk anak-anak panti asuhan, saya yakin wanita itu akan memaafkan Anda, keseriusan Anda dalam meminta maaf kepada wanita itu," sarannya. Jaesung menatapnya dengan lelah.

"Eh, bukankah Seojin terlihat begitu mirip dengan Hyejin? Dan waktu itu dia juga menanyakan tentang wanita itu," ujarnya sambil memutar kursinya.

"Coba anda selidiki tentang ini, kalau bener Seojin adalah saudara Hyejin, mungkin Anda bisa meminta maaf kepada Seojin," sarannya. Jaesung mendengar itu pun menganggukkan kepalanya paham.

"Seharusnya yang menyelidiki itu kamu, aku punya banyak pekerjaan, jadi dalam waktu seminggu berkasnya sudah ada di mejaku," pinta Jaesung. Pria yang menjadi sekertaris Jaesung itu pun mengangguk pasrah. Dia langsung keluar dari ruangan atasannya itu menuju ke ruangannya sendiri.

Jaesung kembali fokus dengan pekerjaannya. Tadi pagi adalah hal yang beruntung baginya, bangun tidur dalam keadaan segar dan bugar. Bersyukur wanita itu melakukan sesuai dengan keinginannya. Walaupun setiap malam harus menuruti perintah dari wanita itu. Dia harus memberikan sedikit tambahan bayaran untuk wanita itu.

Di tempat lain, lebih tepatnya di tempat Seojin berada. Dia keluar dari kelasnya bersama Yun-ji. Dua wanita itu berjalan dengan santai menuju ke cafetaria kampus. Mereka berdua langsung mengambil jatah makan siang mereka. Membeli minuman di mesin penjual minuman otomatis.

"Sepertinya tadi malam kamu kurang tidur? Kenapa? Ada kantung mata di wajahmu," ujar Yun-ji sambil menunjuk wajah Seojin.

"Yeah, beginilah. Agar aku bisa memiliki uang banyak," jelas Seojin.

"Seharusnya kamu meminta izin ke dosen tadi, ikut di kelas berikutnya saja," balas Yun-ji.

"Sebentar lagi aku akan menyelesaikan kuliahku disini, dan harus segera pindah ke akademi kepolisian, jadi lebih baik membuat kesan yang baik biar dosennya mempercepat proses aku pindah ke akademi," terang Seojin. Yun-ji manggut-manggut paham.

Choice ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang