Episode 7

19 5 2
                                    

Episode 7

Happy reading.

"Dia sudah mengakui perbuatannya?" Tanya Seojin dengan tatapan tajamnya ke salah satu rekan kerja timnya. Pria itu dengan menundukkan kepalanya dan menggelengkan kepalanya, membalas pertanyaan Seojin.

Suara meja di pukul pun terdengar begitu nyaring di ruangan itu. Seojin pun langsung menghela napasnya, lalu berjalan keluar dari ruangan itu menuju ke ruang interogasi. Menyuruh petugas yang mengawasi untuk meninggalkan tempat itu, dan dia langsung mematikan semua cctv dan rekaman suara yang ada di ruangan itu.

Seojin langsung menarik kerah baju siswa itu. Tatapannya yang tajam dan aura membunuhnya. Dia langsung melepaskan cengkraman, dan langsung menampar muka siswa itu.

"Baiklah, jika kamu ingin memilih jalur hukum masyarakat, biarkan masyarakat yang menghukummu, semua bukti sudah mengarah ke arahmu," ujar Seojin. Setelah melihat wajah tenang siswa itu. Seojin langsung keluar dari ruangan itu, lalu segera saja berjalan ke arah ruang kerjanya. Dia mengambil ponselnya dan menghubungi seseorang untuk melakukan rencananya.

Sekumpulan orang yang di bawah perlindungan Seojin jika melakukan kejahatan. Mereka semua tidak akan melakukan kejahatan, kalau Seojin tidak memerintahkan mereka. Hanya Seojin yang tahu tentang mereka, dan Sunghan. Pria itu tidak sengaja mengetahui orang-orang yang melakukan kriminal di balik Seojin. Sativoeis nama gengnya. Gengster yang bergerak di bawah perintah Seojin langsung.

"Ketua, akhir-akhir ini ada orang yang mengawasi dan menguntit anda," ujar Soo Hyun.

"Aku sudah tahu, biarkan saja. Oh iya, biarkan kasus ini menghilang dengan sendirinya, dan turutin saja apa kata atasan," ujar Seojin santai. Dia langsung mengambil ponselnya dan juga jaketnya. Berpamitan dengan teman-teman setimnya, ingin menjemput anaknya.

Ketika dia hendak keluar dari mobil untuk memanggil anaknya. Tiba-tiba saja, lengan kirinya terkena tembakan dari jarak jauh. Dia langsung menundukkan tubuhnya dan memegangi lengannya. Matamu memicing tajam mencari keberadaan sniper yang menembak dirinya. Setelah mengetahui keberadaannya, dia langsung mengendap-endap masuk kembali ke mobilnya. Mengendarai mobilnya memasuki gedung sekolah dengan satu tangan.

Dia langsung memencet tombol klakson mobil dengan cepat. Ji-ho yang mengetahui sinyal dari sang ibu pun langsung berlari menuju ke mobil dan segera memasuki mobil ibunya dengan cepat. Ji-ho menatap Seojin dengan cemas.

"Kamu bisa mengendari mobil kan, Ji-ho?"

"Bisa, tapi kalau ditilang?"

"Kamu lupa pekerjaan Eomma apa? Cepat berpindah tempat, aku harus mengeluarkan pelurunya, jangan pulang ataupun ke rumah sakit, tetapi ke kantor polisi," ujar Seojin meminta sang anak untuk menggantikan posisinya. Dengan perlahan, Seojin meringis lirih beberapa kali saat ingin mengeluarkan peluru itu dari lengannya.

"Putar balik, kita ke rumah sakit," ujar Seojin lirih sambil memegangi lengannya. Dia langsung menutup lukanya agar darahnya tidak keluar terlalu banyak. Ji-ho langsung melajukan mobilnya menuju ke rumah sakit terdekat. Kejadian yang bukan satu kali, dua kali. Sesampainya, di rumah sakit, Seojin langsung keluar dari mobil dan langsung berjalan memasuki rumah sakit itu. Suster yang ada di ruang resepsionis itu terkejut dan langsung menuntun Seojin untuk memasuki ruang IGD.

"Nona, sepertinya peluru itu bersarang di tulang lengan anda, kita harus segera mengoperasi anda," ujar Sang dokter. Seojin pun menganggukkan kepalanya cepat. Wajahnya yang begitu pucat, dengan pelan, Seojin membaringkan tubuhnya di bangsal itu.

Ji-ho menatap ibunya dari luar ruangan dengan wajah yang terlihat khawatir dan cemas. Dalam hati dia terus berdoa, berharap ibunya baik-baik saja. Selang beberapa menit, dokter dan beberapa suster itu pun keluar dari ruangan itu. Beberapa saat kemudian seorang pria dewasa berjalan tergopoh-gopoh mendekati Ji-ho. Dia melihat anaknya itu menatap sendu ke arah pintu ruang Seojin.

Choice ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang