Episode 8

25 6 2
                                    

Episode 8

Happy reading.

"Ketua sudah mempunyai rencana untuk menangkapnya kan?"

"Tentu, tapi aku tidak enak dengan Jaesung, dia yang mengajakku," jelasnya.

"Aku yakin, dia sudah tahu akan hal ini ketua," balas Tae-ho.

Mereka semua berkumpul di rumahnya Seojin. Dengan Sean yang juga ikut berdiskusi dengan para detektif itu. Ji-ho yang hanya mengamati mereka semua, dan kadang bertanya beberapa hal ke paman anehnya itu. Sunghan, yang sering Ji-ho panggil dengan sebutan paman aneh.

"Baiklah, semua anggota harus menggunakan alat komunikasi ini, jangan bertindak gegabah sebelum aku yang memerintahkan kalian, oh iya, pesta pernikahannya akan menjadi pesta pernikahan yang legend," ujarnya sambil terkekeh geli.

Dengan gaun yang indah dan simpel, lengan Seojin masih memakai arm sling. Dengan bantuan Yeon-jin yang sedikit pintar merias, wajah Seojin terlihat lebih cerah dan manis. Tidak terlalu pucat seperti tadi siang. Di telinganya terdapat alat komunikasi yang Seojin maksudkan. Benda itu sangat kecil sekali dan warnanya bening. Jadi, tidak terlalu kelihatan jelas, jika dilihat sekilas.

Sean juga memakai pakaian semi formal, dan dengan dasi yang Seojin pasangkan. Sean sendiri masih bingung menggunakan dasi itu dengan rapi. Sunghan, dan Tae-ho berangkat terlebih dahulu, lalu Yeon-jin dan Sungmin mengikuti dari belakang.

Tak berselang lama, mobil Jaesung pun tiba di depan rumah Seojin. Seojin pun langsung mencium kening dan pipi sang anak lalu berpamitan dengannya. Dia tak pernah bosan memberikan Ji-ho pesan untuk terus menjaga diri.

"Tenanglah, aku sudah meminta beberapa orang untuk menjaganya di rumah," ucap pria itu dengan lembut.

"Baiklah, terima kasih banyak," balas Seojin. Mereka pun bergegas menuju ke tempat dimana pesta pernikahan itu diadakan.

Seojin menoleh ke sampingnya, menatap tidak percaya ke pria tampan itu. Setelan jas yang rapi, dan juga rambutnya panjang sedikit. Dengan sedikit riasan diwajahnya, untuk mempertegas kesan menawan wajah pria itu.

Tidak salah kan? Dia Jaesung kan? Bukan malaikat kan? Atau dia itu pangeran yang turun dari surga? Gumam Seojin lirih memperhatikan pria itu dengan intens.

"Iya, aku tahu aku itu tampan," ucap Jaesung, sambil menoleh sebentar lalu kembali fokus dengan jalanan. Semburat merah muncul si kedua pipi Seojin. Wanita itu langsung mengalihkan pandangannya lalu menundukkan kepalanya dalam-dalam.

Jaesung pun terkekeh kecil, selama menyetir mobilnya, dia sesekali melirik singkat ke arah samping kanannya. Seojin sama sekali tidak mengangkat kepalanya, tidak memperlihatkan wajahnya lagi, wanita itu bener-benar malu.

Sesampainya mereka di depan gedung hotel bintang lima. Seojin dan Jaesung pun keluar dari mobil lalu berjalan memasuki gedung dengan tenang. Jaesung sengaja menggenggam tangan wanita itu agar wanita itu tidak tersesat di dalam gedung. Ada niatan lain juga ketika dia mengajak wanita itu.

"Setelah bertemu dengan pengantinnya dan mengucapkan selamat, ayo kita bertemu dengan orangtuaku," ucap Jaesung dengan santai. Seojin langsung melepaskan genggaman tangan pria itu dan berhenti berjalan.

"Apa maksudmu?"

"Aku hanya ingin memperkenalkan temanku dengan orangtuaku, itu saja, tak masalah kan?" Ujar Jaesung santai, sambil kembali menarik tangan Seojin dengan lembut. Dengan rasa penasaran yang tinggi, Seojin pun ikut berjalan di samping pria itu. Semua orang yang ada di acara itu memperhatikan dirinya dengan begitu sinis.

Ah, iya, mereka pasti sudah tahu tentang semua kelakuanku terhadap beberapa orang seperti mereka, gumam Seojin yang ternyata dapat di dengar oleh Jaesung.

Choice ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang