Geran dan..???

2 1 0
                                    

Kana menghela nafasnya kasar. Mood nya sudah turun baru 1 menit yang lalu. Ia melihat Geran berasama gadis lain begitu ceria dari obrolannya. Geran tertawa bahkan tak sekali sang gadis memukul lengan Geran. Kana cemburu.

Kana mengalihkan pandangannya menuju handphone nya.

"Semua orang gak jelas banget hari ini." Gumam Kana pelan.

Ia berasa di Koridor lantai 3 kelasnya. Kana berjalan ke kelasnya dan menjatuhkan tubuhnya diatas kursi kasar.

"Kenapa lo?" Tanta Gita. Kana menggeleng, "enggak."

Sejenak terdiam.

"Git."

"Ha?"

"Lo pernah gak si ngeliat orang yang lo suka sama orang lain?" Tanya Kana.

"Pernah lah." Gita memutar badannya ke arah Kana, "lo lagi suka sama orang ya." Jari telunjuk Gita menunjuk Kana.

"Iya." Jawab jujur Kana.

"Anjayy siapa?"

"Ada dah pokoknya ya gatau sih ini suka apa enggak ya." Gita hanya mengangguk menanggapi.

Sesampainya dirumah, Kana membaringkan tubuhnya diatas kasur.

"Kok sakit ya?" Kana memukul dadanya. Tanpa sadar setetes air mata jatuh.

"Biasanya gue gak akan suka lagi sama orang itu kalau gue udah liat dia sama yang lain." Kana menatap langit-langit kamarnya. Kana menghapus air matanya dan bergegas mandi. Ia ingin sejenak melupakan kejadian tadi.

"Denger spotify aja kali ya gue, daripada galau gajelas." Gumam Kana.

Rumah sangat sepi, orang tua kerja dan Kana hanya sendiri tanpa ada saudara kandung.

"Monyet emang malah lagu beginian yang keputer." Kesal Kana.

"Hiks... Hiks... Kenapa gue suka sama dia ya? Apa alesannya?"

"Kalau bisa milih juga gamau.." Tangis Kana.

Kana menangis selama 5 menit. Ia merasa lega dan tidur lelap.

***

"Kayaknya dia gak si ya yang cewe yang dibonceng Geran itu?" Tanya Kana sambil meng stalk Geran.

"Cantik."

"Apalah gue, sebatas debu doang kali ya." Kana menghela nafasnya kasar.

Ia keluar dari kamar mandi, untungnya sepi tidak ada seorangpun. Jadi, tidak ada yang mendengar gumam an Kana.

"Na, lo jadi juru bicara ya." Suruh salah satu teman Kana. "Gue?" Semuanya mengangguk.

"Eh kan ada banyak ya kenapa mesti gue?" Tanya Kana.

"Lo kan pernah pengalaman pas pameran kemaren ngejelasin tentang stand di depan banyak orang. Plis na, gak ada lagi selain lo. Lo gak usah cari materi cuman ngejelasin doang." Kana mau gak mau mengangguk. Habis energi untuk menolak, ia terlalu banyak menghabiskan energinya untuk memikirkan Geran.

Pagi sekolah tadi, Kana bertemu Geran. Dia sendiri. Kana dan Geran sering bertemu di parkiran sekolah, Kana sering menatap Geran dibelakang nya. Menurutnya, di belakang Geran akan lebih enak leluasa melihat daripada di depannya. Geran tidak melihat Kana, entah dia melihat atau pura-pura tidak lihat.

Kalau begini, enakan balik ke SMP aja. Batin Kana.

Seketika ia rindu dengan Geran yang menatapnya sambil tersenyum. Padahal belum tentu juga Geran benar menatapnya, walau Kana yakin Geran menatapnya.

Geran pernah gak si gitu sekali aja suka sama gue gitu? Ini gue yang terlamat atau emang perasaan gue doang? Batin Kana.

"Na, lo kenapa diem aja dari tadi." Ujar teman Kana. Kana menggeleng, "gapapa."

"Lo cari pengertian tentang Heiho, lo cari tentang dibentuknya organisasi itu, lo cari tentang bubarnya, lo anggotanya, dan gue yang buatin posternya. Nanti, tinggal Kana ngejelasin, lo juga baca materinya." Semuanya mengangguk menanggapi ucapan Raka, si ketua kelompok. Kana juga ikut mengangguk.

"Eh tapi masa lo cuman buat poster." Ucap Doni gak terima.

"Eh ya nyet udah bagus gua bantu, malah disuruh bu eca ketua gak boleh ngerjain apa-apa cuman bisa nyuruh. Emangnya kalau gak gue yang buat sama print siapa lagi? Lo mau?" Doni menggeleng.

"Nah yaudah."

"Deadline nya kapan si?" Tanya Kana.

"Paling 2 minggu lagi."

Bel istirahat berbunyi, Kana dan Gita pergi ke kantin. Sebenarnya Kana tidak ingin, ia malas bertemu Geran. Tapi Gita memaksa, Kana juga bingung memberi alasan ke Gita.

"Tunggu na, lo disini aja disitu rame gue kesitu dulu ya."

"Jangan lama."

"Oke."

Kana melihat sekitar dan menemukan kedua mata yang selama ini ia cari.

Geran.

Geran menatapnya?

Geran? Natap gue? Pikir Kana.

Ini berbeda, tidak ada senyuman seperti dulu. Hanya tatapan. Bahkan seperti tatapan kosong.

Geran memutuskan kontak matanya, hati Kana sedikit teriris. "Siapa suruh suka sama kakak kelas. Hah, makan omongan sendiri emang enak ya." Gumam Kana kecil.

Sedari dulu, Kana tidak suka dengan kakak kelas. Karena, mereka itu seperti sok berkuasa disekolah cuman karena lebih tinggi kelasnya. Apalagi jatuh cinta dengan kakak kelas? Itu tidak akan mungkin. Ya itu komitmen Kana dengan dirinya yang dulu sebelum suka dengan Geran.

KanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang