BAB 56

583 32 2
                                    

Malam ini adalah malam ke 2 pasca pernikahan papinya.

Kini keluarga Abraham sedang mengadakan makan malam bersama di kediamannya, termasuk Zee,ia terpaksa datang karena di paksa oleh kembaran dan kakak nya.

"Ayo duduk,kita makan malem bersama dulu" ucap Abraham.

Mereka pun duduk di meja makan panjang itu,Sari duduk di samping suaminya sedangkan Rafa,Reva dan juga Azizi duduk di hadapan papi dan mama baru mereka.

"Kamu mau makan apa Zee?biar mama ambilkan" ucap Sari.

"Gue bisa ambil sendiri" ucap Zee dengan nada bicara yang dingin.

"Zee jaga sikap kamu sama mama" ucap papinya memperingati Zee.

"Mas udah mas gak papa kok" ucap Sari menenangkan suaminya agar tidak emosi.

Mereka pun melanjutkan acara makan malam bersama dengan keadaan hening,hanya dentingan sendok dan piring saja yang terdengar.

Hingga Abraham memecahkan keheningan itu.

"Reva gimana kuliah nya sayang? Lancar?" Tanya papinya dengan nada lembut.

"Lancar pi,aku suka sama jurusan aku" ucap Reva.

"Tapi kan pi, boleh gak aku buat galeri untuk ngelukis gitu" ucap Reva lagi.

"Boleh dong sayang,besok papi bakal buatin galeri khusus buat ngelukis kamu di tanah kosong samping rumah kita gimana?" Ucap Papinya.

"Wah yang bener pi,aaa aku seneng banget" ucap Reva kegirangan.

"Kantor kamu gimana Rafa?" Tanya papinya.

"Aman pi,bulan depan aku mau buat kantor cabang di daerah serpong" ucap Rafa.

"Wah bagus banget papi bangga banget sama kamu,pokoknya kamu harus bisa kembangin perusahaan peninggalan mami kamu itu ya" ucap papi nya.

"Pasti pi" ucap Rafa dengan senyuman

Zee yang tidak di ajak bicara pun hanya diam saja sambil fokus ke makanannya tanpa memperdulikan pembahasan mereka.

"Kuliah kamu gimana Zee?,mama denger kamu ambil jurusan per filman ya?" Ucap Sari.

"Hm" ucap Zee seadanya tanpa mengalihkan penglihatannya ke makanan itu.

"Kalau di ajak ngomong tatap orang nya Zee" ucap Papinya dengan nada agak keras.

Zee pun meminum jus jeruk nya dan berdiri.

"Aku gak perduli,aku udah selesai" ucap Zee sambil berlalu,ia ingin pergi dari rumah.

"Azizi denger papi dulu,dia itu mama kamu,seharusnya kamu punya sopan santun sedikit,kamu itu j-" ucap Papinya terpotong.

"Jadi anak gak berguna? Iya? Memang pi aku memang anak yang gak berguna untuk papi,aku cuma jadi beban di keluarga ini,anak kebanggaan papi itu cuma Reva sama kak Rafa doang kan, iya kan pi? Jawab aku pi? Dan sampai kapan pun aku gak akan sudi punya mama ," ucap Zee dengan sangat marah.

Papi nya mendekat ke arah Zee dan....

plakk..

Terdengar suara tamparan yang sangat keras, membuat orang yang di tampar terjatuh ke lantai,dan sudut bibir nya mengeluarkan darah segar untuk yang kesekian kalinya.

"Jaga ucapan kamu Zee,kamu memang anak yang gak berguna bagi keluarga ini,mulai sekarang kamu keluar dari rumah ini,jangan pernah kamu injak kan kaki kamu di rumah ini anak sialan,anak tidak tau di untung kamu ya,dan jangan harap kamu dapat fasilitas dari saya lagi,semua akses kamu saya blokir mulai detik ini" ucap Papi nya sangat marah,mata dan mukanya juga sangat merah padam.

Semua orang yang berada di situ tidak ada yang berani menenangkan Abraham.termasuk istri baru nya.

Tidak ada air mata yang keluar dari mata Zee,darah yang keluar dari sudut bibir nya juga ia hiraukan,rasa sakit yang ada di bibirnya tidak seberapa di banding kata kata yang di lontarkan papinya terhadapnya.

"Oke kalau memang itu mau anda,sampai saya mati pun saya tidak akan pernah menginjakkan kaki saya di rumah ini lagi,dan ini kunci mobil dan semua kartu fasilitas yang anda kasih untuk saya,saya kembalikan" ucap Zee dan melempar barang itu di lantai.

Plak...

Papinya menampar Zee sekali lagi,tetapi untung Zee sudah lebih dulu bersiap sehingga ia tidak terjatuh ke lantai.

"KELUAR KAMU"ucap papinya

Zee pun keluar dari rumah itu,ia berlari ntah kemana.yang ia bawa kali ini hanya ponsel.sementara black card yang di kasih kakak nya tertinggal di apart.

Ia berani memberi semua fasilitas itu kepapi nya karena Rafa sudah memberi Zee fasilitas terlebih dahulu,dan itu juga sebanding dengan fasilitas yang di beri papinya.jadi ia tidak akan pernah merasa kekurangan sedikit pun.

Sementara di rumah,Reva sudah menangis,ia sangat sedih melihat nasip kembarannya.

"Papi jahat pi,papi gak seharusnya bicara kayak gitu sama Zee,Azizi itu anak papi,dia darah daging papi juga,sama kayak aku dan kak Rafa pi,aku kecewa banget sama papi" ucap Reva sambil menangis di pelukan Rafa.

Papinya kali ini sangat di buat pusing,ia hanya bisa menghembuskan nafasnya kasar.sebenarnya di dalam lubuk hati paling dalam ia sangat menyesali semua perkataan nya terhadap anaknya itu.

Ya,benar kata Reva bagaimana pun Zee tetap lah anak nya,darah daging nya.tetapi ia sudah sangat terlanjur marah dan kesal kepada Zee,jadi ia tidak bisa mengontrol ucapan dan tindakannya.

"Papi minta maaf" ucap papi nya berlalu dari hadapan Reva dan Rafa,ia menuju kamar nya dan di ikuti oleh Sari.

Kali ini Zee ingin ke bar saja,ia menaiki taxi online.

"Makasih ya pak" ucap Zee ke pada supir itu.

"Sama sama neng,itu luka di bibir nya di obatin ya neng" ucap supir.

Zee hanya tersenyum tipis sambil menganggukkan kepalanya.

Ia keluar dari mobil dan masuk kedalam bar.

Baru saja masuk ia langsung duduk di meja bar panjang itu tepat di depan Harun bekerja.ia mendaratkan pantat nya di kursi  tinggi,kali ini ia tidak ingin bersama temannya.

"Kenapa lo? Berantem sama bokap lo lagi? Ucap Harun.

"Hm" ucap Zee sambil mengangguk.

Walau pun suara dentuman musik dan minim pencahayaan tetapi Harun masih dapat mendengar dan melihat wajah Zee yang cantik namun dingin itu.

Harun hanya mengangguk kan kepalanya dan memberikan Zee kotak p3k.

"Obati luka lo dulu,ntar infeksi kalau nggak di obati" ucap Harun.

"Gue gak mau,kasih gue bir yang kadarnya tinggi" ucap Zee.

Harun hanya diam saja,ia memberikan minuman yang di inginkan Zee.

Zee pun menyalakan rokoknya dan sambil meneguk minuman itu.

"Kok lo bisa sih kerja beginian?" Tanya Zee tiba tiba kepada Harun.

"Gue gak ada pilihan lain,yang mau nerima gue ya cuma kerjaan kayak gini doang,gue cuma tamatan SMP.zaman sekarang susah nyari kerja yang tamatan kayak gitu" ucap Harun sambil meracik minuman untuk tamu lain.

"Sedangkan lo kenapa bisa jadi kayak gini?" Tanya Harun lagi.

"Gue pusing banget,semenjak nyokap gue meninggal,bokap jadi beda.dia jadi tempramen kalau sama gue.gue selalu salah di matanya,beda sama kakak dan kembaran gue,mereka selalu di bela dalam keadaan apapun,mangkanya gue ngelampiasin semua ke sini" ucap Zee sambil mematikan sisa rokok dan meneguk bir.

"Nyokap lo meninggal sejak kapan?" Tanya Harun

"3 tahun yang lalu,dia meninggal gara kecelakaan pesawat yang dari new york ke indonesia" ucap Zee

"Wah kecelakaan pesawat itu sih memang parah banget" ucap Harun.

Mereka pun bercerita panjang,hingga Zee sudah sangat mabuk,bahkan Zee sudah tidak bisa lagi menegakkan kepalanya .

TWINS (ZEEDEL)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang