Part 5

63 13 2
                                    

*Happy Reading*

"Renata!"

Nesya sontak berseru memanggil nama sahabatnya, yang tadi hampir saja kena bola nyasar. Gadis itu kembali balik badan dan menghampiri Renata.

"Bangsat! Ngapain lo peluk-peluk cewek gue!"

Tak lama, Davin pun ikut menghampiri. Namun, langsung menarik kaos olah raga Naga dan menjauhkannya dari Renata.

Bugh!

Pemuda itu bahkan tak segan langsung melayangkan sebuah pukulan pada wajah Naga. Hal itu tentu saja membuat suasana di sana makin kacau.

Beberapa orang mencoba menahan Davin yang terlihat masih ingin menghajar Naga. Sementara lainnya, mencoba membantu Naga untuk bangun setelah tadi sempat tersungkur akibat pukulan Davin.

"Vin, udah, Vin!" lerai beberapa orang.

"Lepasin gue, bangsat! Sialan! Dasar lo temen gak tahu diri! Seenaknya aja peluk-peluk cewek orang!" Davin masih sangat marah pada Naga.

"Gue cuma mau nolongin cewek lo!" Akhirnya Naga membalas.

"Gak pake peluk, juga bisa kan?"

"Jadi lo maunya gimana? Gue dorong cewek lo sampe jatoh, terus baret-baret? Begitu?"

"Halah! Banyak bacot lo!" Davin tetap tak mau terima argumen Naga, dan malah makin mengamuk.

Setelah itu, Davin berhasil melepaskan diri dan menyerang Naga lagi. Namun, kali ini Naga seolah tak mau mengalah dan membalas Davin.

Perkelahian pun tak terelakan lagi.

Di tempatnya, Renata hanya bisa menangis saja. Bingung harus berbuat apa dan membela siapa. Masalahnya, Davin itu memang tipe pencemburu abis. Menasehatinya akan jadi hal percuma jika pria itu sedang di kuasai emosi.

***
Naga menyukai pacar temannya.

Itulah gosip yang tersebar paska insident di lapangan waktu itu. Di tambah lagi, ternyata waktu si adik kelas menegur Renata. Ada seorang siswi lainnya yang mendengar dan diam-diam menyebarkannya.

Awalnya, itu dianggap hanya sekedar gosip semata. Akan tetapi, perkelahian Davin dan Naga seakan membenarkan gosip tersebut.

"Sumpah demi apa? Gak nyangka banget gue kalau Kak Naga begitu. Padahal, yang lajang banyak, loh. Bisa-bisanya dia lebih doyan bekas temennya sendiri."

Nesya yang tak sengaja mendengar nyinyiran sekelompok adik kelasnya, hanya bisa mendesah panjang dengan prihatin.

"Sama, gue juga gak nyangka." Lainnya menyahuti. "Pantes dia nolak Kak Tiara waktu itu. Padahal, Kak Tiara kurang apa, coba?"

"Bener itu!"

"Eh, tapi. Tadinya gue kira Kak Naga nolak karena sebenarnya yang dia suka tuh Kak Nesya. Soalnya, di antara pertemanan mereka kan, cuma Kak Tiara sama Kak Nesya aja yang jomlo. Ternyata eh ternyata. Faktanya di luar nalar!"

Nesya pun memilih pergi akhirnya. Karena tak ingin telinganya lama-lama panas juga mendengar gosip yang tak berkesudahan ini.

Bukan apa-apa. Nesya cuma kasian saja pada Renata. Karena kini, tak jarang dia jadi kena bullyan para Fans Naga yang tak terima pada fakta yang di suguhkan.

Kasihan sekali.

Seperti kali ini, baru saja sampai di dalam kelas. Nesya sudah melihat Renata tengah menangis sambil membersihkan meja kelasnya yang penuh coretan kata-kata kasar.

Hal ini bukan pertama kali terjadi. Sudah beberapa kali sejak gosip itu mulai tersebar. Entah siapa yang melakukannya. Yang jelas, ini sangat merepotkan sekali.

"Ren, gue bantuin, ya?"

Nesya pun bergegas mengambil lap untuk membantu sahabatnya. Renata sendiri, hanya mengangguk lesu di tempatnya.

Meski wajahnya sendu dan matanya berkaca-kaca. Tetapi gadis itu tidak menangis kali ini. Mungkin, Renata pun sudah lelah meratapi nasibnya yang tiba-tiba jadi begini.

Renata itu meski kadang galak dan bar-bar pada orang, tapi dia tidak jahat. Orangnya humble dan enak diajak ngobrol. Makanya temannya cukup banyak di sekolah. Meski tidak termasuk siswi famous, Renata dikenal sebagai siswi baik dan tidak suka nyari musuh.

Itulah kenapa, pembullyan yang terjadi beberapa hari ini pasti membuatnya lumayan shock. Gadis itu pasti tidak pernah menyangka akan mengalami hal sepahit ini.

"Aduh, kok susah, ya?" keluh Nesya tanpa sadar. Saat kesulitan menghilangkan tulisan kasar di atas meja Renata.

"Percuma, Nes. Itu gak akan hilang. Sekarang mereka pakenya spidol permanen," lirih Renata. Sukses membuat hati Nesya miris.

Awalnya, para pembully itu menggunakan kapur untuk mencoret-coret meja Renata. Hingga menghapusnya bukanlah hal yang sulit. Makanya, Renata tak terlalu mengindahkannya.

Akan tetapi, lama kelamaan para pembully itu makin menjadi sepertinya. Berawal dari kapur, berlanjut jadi pinsil, pulpen, kini mereka berani menggunakan spidol permanen untuk menandai aksinya. Benar-benar keterlaluan!

"Terus ini gimana? Ngilanginnya pake apa ya, Ren?" erang Nesya lelah.

"Gak tahu," jawab Renata lesu. "tapi udahlah, Nes. Gak usah di bersihin lagi. Toh percuma kita bersihin juga. Besok bakal ada lagi coretannya." Renata benar-benar sudah terlihat pasrah.

"Ya tapi kan Ren--"

"Awas!"

Baru saja Nesya ingin protes. Tiba-tiba saja seorang muncul di antara mereka. Membuat kepala Nesya dan Renata sontak berputar ke arah yang sama. Ternyata, itu adalah Naga yang entah sejak kapan sudah ada di sana.

"Lo mau ngap--"

Sret!

Nesya yang awalnya ingin mengomeli pemuda itu pun seketika terkesiap kaget. Saat tanpa aba-aba Naga mengangkat meja Renata, memanggulnya di sebelah bahu. Nesya sampai refleks melangkah mundur saking kagetnya. Setelah itu, Naga membawa meja itu pergi.

Eh, Dia mau ke mana?

Nesya melirik Renata dengan bingung, dan ternyata Renata pun terlihat sama bingungnya. Kadang, Naga ini memang susah di tebak aksinya.

Tak berselang lama, Naga kembali. Kali ini membawa meja yang bersih dan langsung menempatkannya di tempat semula.

Sebenarnya, apa yang dilakukan Naga barusan sangat menolong Renata dan Nesya. Setidaknya, kedua gadis itu tak harus susah-susah lagi membersihkan tulisan di meja. Akan tetapi, orang yang melihatnya malah jadi semakin salah paham. Karena tindakan Naga barusan, seakan membenarkan jika dia memang ada something pada Renata.

Tak ayal, hal itu jadi memperkeruh keadaan yang sudah keruh. Pun hubungan pertemanan Davin dan Naga. Lagi-lagi Davin pun pun berang dan mengajak Naga bergulat karena kembali dibakar api cemburu.

Aduh kenapa jadi kacau begini, sih?

Diam-Diam BucinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang