Part 8

58 14 5
                                    

*Happy Reading*

Akibat ulahnya. Nesya pun segera di bawa ke ruang BK beserta dua siswi tadi dan tentu saja Venus sebagai saksi mata.

"Nesya?! Ada apa dengan kamu sebenarnya? Biasanya, kamu baik-baik saja, bahkan termasuk dalam salah satu siswi yang patut di contoh di sekolah ini. Lalu, kenapa kamu sekarang begini? Ingat Nesya, kamu sudah kelas tiga! Harusnya lebih fokus belajar. Bukan malah cari masalah!"

Guru BK, Pak Dani yang memang terkenal killer terlihat marah, dan tak habis pikir menatap Nesya. Mungkin beliau kecewa melihat salah satu murid kebanggaannya mulai berulah.

"Maaf, Pak. Tapi ini bukan salah Nesya. Mereka yang duluan!" Venus mencoba membela Nesya.

"Nggak, Pak! Bohong itu! Kak Nesya yang gangguin kami!" bantahan kompak pun langsung terdengar dari dua siswi pembully tadi, yang baru Nesya ketahui namanya Rana dan Fika. Biar lebih gampang, kalian panggil saja mereka Rafika.

Tapi ingat! Bukan Rafika pelembut pakaian ya? Kali ini Rafika pembuat onar.

"Kalian diam dulu. Saya sedang bicara dengan Nesya!" tegur sang guru tegas. Menatap murid lainnya yang ada di sana.

"Ayo, Nesya. Sekarang jawab. Kamu punya pembelaan apa untuk hal ini?" Beruntung, guru tadi lumayan bijak.

"Sebelumnya Nesya minta maaf, Pak. Nesya tahu, Nesya memang sudah salah di sini."

"Kan, Pak. Mem--"

"Kalian bisa diam dulu tidak!" pangkas Pak Dani tegas, saat dua siswi tadi mencoba menyambar jawaban Nesya. "Diajarin sopan santun kan di sekolah ini? Tahu kan, kalau memotong orang yang sedang bicara itu adalah perbuatan tidak sopan?"

Ketegasan yang diberikan guru tersebut membuat dua siswi tadi langsung menciut ketakutan, dan mengangguk patuh saja.

"Nesya lanjutkan," pinta Pak Dani lagi.

Nah, kan? Tadi sampai mana coba? Banyaknya orang memotong sedari tadi, membuat Nesya jadi lupa apa saja yang di ucapkan dan yang hendak dia sampaikan.

"Intinya, semuanya seperti kata Venus, Pak. Mereka yang mulai duluan. Mendorong saya ke kolam tiba-tiba dan ... ya, saya cuma balas aja. Apa saya salah?"

"Bohong, Pak!"

"Iya, itu bohong! Kami gak ngelakuin itu, kok!"

Dua siswi tadi kembali membantah tak terima. Sementara Nesya hanya mendengkus kasar di tempatnya. Maling mana ada yang mau ngaku, sih. Iya kan?

"Nggak, Pak. Itu benar. Saya lihat sendiri kok mereka melakukannya. Kebetulan, saya lagi bareng Nesya tadi." Venus pun tak ingin ketinggalan.

"Pak, semua orang kan tahu Kak Venus suka sama Kak Nesya. Dia pasti belain Kak Nesya, lah!" Salah satu dari Rafika masih beralaskan.

"Heh, gak gitu juga konsepnya."

"Tapi itu memang benar, kan? Kakak kan suka sama Kak Nesya. Makanya belain Kak Nesya terus."

"Ya memang. Tapi kan--"

"Sudah! Sudah!" Pak Dani segera melerai siswa siswinya yang kini malah saling berdebat tak mau mengalah. "Kenapa kalian malah jadi ribut begini, sih?"

"Kak Venus yang mulai, Pak!" Si Rafika menunjuk Venus takut-takut.

"Kalian, tuh!" Venus pun membalas.

"Sudah!"

Hadew, kalau seperti ini. Bagaimana bisa cepat kelar ini urusan. Mana Nesya sudah kedinginan banget lagi. Sebagian besar bajunya kan basah kuyup.

"Intinya begini, Pak. Tadi saya cuma balas mereka saja. Karena mereka yang Bully saya duluan." Nesya kembali buka suara.

"Kami gak--"

"Koridor sekolah ini punya cctv, loh. Gimana kalau kita cek cctv sekarang?" sela Nesya dengan nada tantangan yang tegas. Sukses membuat dua siswi tadi tak bisa berkata-kata.

Haaahhh ... jangan bilang mereka nggak tahu akan hal itu. Duh, ceroboh banget! Eh, lupa. Cemburu kan emang kadang bikin otak auto jongkok. Yee kan?

"Kebetulan kami punya rekamannya, Pak?"

Tiba-tiba, dua orang siswa menerobos masuk begitu saja. Membuat semua kepala sontak menoleh ke ambang pintu seketika. Entah siapa mereka, Nesya tak terlalu mengenalnya.

Meski sedikit kesal menerima kedatangan dua siswa tadi yang kurang sopan. Pada akhirnya, Pak Dani pun meminta ponsel mereka untuk melihat rekaman kejadian sebenarnya.

Setelahnya, sudah tahu kan apa yang pasti terjadi?

Dua siswi tadi mendapat hukuman. Pun Nesya yang juga di anggap salah karena lebih memilih membalas sendiri daripada melaporkan dan menyerahkan semuanya pada guru.

Hanya saja memang, hukuman Nesya lebih ringan. Dia hanya dihukum membersihkan sampah di lapangan. Setelah itu pulang cepat karena seragamnya hari ini memang basah semua.

Sementara RaFika. Mendapat hukuman membersihkan toilet siswi. Dipulangkan cepat dan di skors selama dua hari.

"Ayang Nesya, tetap semangat, ya!" Venus meneriakinya dari jendela kelas.

Di kelas sebelah, Nesya juga melihat Renata pun melakukan hal yang sama. Hanya saja tak selebay Venus. Cuma melalui gerak bibir dan tangan yang di kepal ke udara.

Nesya hanya mendengkus kasar dan tersenyum melihat hal itu. Dia memberikan kode 'Oke' lewat jarinya. Lalu bersiap melanjutkan hukumannya.

Matanya tak sengaja bersirobok dengan Naga yang ternyata juga tengah menatapnya dari balik jendela kelas. Pria itu hanya diam tanpa ekspresi apa pun menatap ke arah Nesya.

Itu yang dibilang menyukai Nesya?

Nesya pun terkekeh pelan. Seakan menertawakan dirinya sendiri dan takdir yang sedang mencandainya. Entah kenapa Nesya sangat yakin, kali ini pun pasti hanya salah paham.

***
"Nes, lo gak papa, kan?"

Renata menemui Nesya, sesaat setelah Nesya menyelesaikan hukumannya di lapangan. Seraya membawakan air mineral untuk gadis itu.

Padahal ini ada di jam pelajaran. Tetapi Renata malah menemuinya. Ah, pasti dia pura-pura ke toilet agar bisa membelikan Nesya minuman dan menemuinya seperti ini.

"Gak papa, kok. Lo tenang aja," jawab Nesya santai. Menerima minuman dari Renata dan langsung menenggaknya dengan rakus.

Meski hari tak begitu panas, bahkan terkesan mendung. Tetapi membersihkan lapangan seluas itu. Ya, Nesya tepar jugalah!

"Trus, abis ini lo mau ke mana?" Renata bertanya lagi. Wajahnya syarat akan rasa khawatir bercampur iba akan kondisi Nesya.

"Suruh balik, kan? Soalnya seragam gue ... ya, lo bisa liat sendiri lah gimana bentukannya." Nesya mencoba tetap santai menjawabnya. Tetapi, Renata terlihat sedih menatap Nesya.

"Ya, udah. Lo balik kelas sana. Nanti diomelin guru, loh!" Nesya pun segera mengusir lembut Renata.

"Tapi lo--"

"Udah gue bilang, gue gak papa. Lo gak usah khawatir, okeh." Nesya mencoba menenangkan Renata. "Eh, nanti kirimin gue catatan hari ini, ya?" imbuh Nesya lagi, saat Renata terlihat akan kembali membuka suara.

Tahu pasti bagaimana seorang Nesya. Akhirnya Renata pun pasrah. Mengangguk paham dan pergi sesuai keinginan Nesya.

Seburuk apa pun kondisinya. Nesya memang tak pernah suka dikasihani.

Sepeninggal Renata, Nesya pun melanjutkan langkah menuju loker. Gadis itu lumayan tertegun di tempatnya. Ketika mendapatkan lokernya kini sudah bersih dan kembali seperti semula.

Tak hanya itu saja. Dalam loker Nesya juga menemukan sebuah hodie hitam, sebotol minuman dan roti coklat kesukaannya.

Kira-kira, siapa orang baik hati yang sudah melakukan hal ini, ya?

##
Renata pasti, kan? Eh, apa Venus? Menurut kalian, siapa hayooo?
Yuk main tebak-tebakan.

Diam-Diam BucinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang