Bab 21

37 5 0
                                    

Mau tak mau, Nesya harus tetep tinggal di kelas sambil menunggu Naga datang kembali. Entah kemana lah pria itu? Sudahlah pergi main nyelonong aja, nggak jelas pula kembalinya kapan.

Ah, dasar!

"Ke mana sih si tuan muda itu?" gumam Nesya mulai bosan.

Padahal kata Davin, Naga cuma kebelet dan akan pergi sebentar. Nyatanya, ini lumayan lama loh!

"Wah, siapa nih yang mojok sendirian di kelas?"

Saat tengah kesal menunggu kedatangan Naga. Tiba-tiba beberapa siswa dari kelas lain datang. Nesya tidak begitu kenal, tapi setahunya mereka salah satu siswa langganan BK, alias perusuh!

Nesya pun mulai tak nyaman di tempatnya.

"Eh, ini bukannya si Nesya. Cewek yang lagi digosipin sama si Naga, ya?"

"Wah, bener juga. Itu dia!"

Mendengar hal itu, Nesya semakin tak nyaman. Dia mulai waspada dan melirik sekitar demi mencari apa saja yang bisa digunakan jika situasi mendadak kacau.

"Lumayan cantik juga ternyata."

Salah satu dari mereka tersenyum menyebalkan ke arah Nesya. Lancang memindai dari atas hingga kaki dengan sorot mata tak kalah menyebalkannya.

"Body-nya juga bagus," gumamnya kemudian.

Mesum!

"Si Naga ternyata jeli juga. Tahu aja barang bagus."

"Bener! Kalau bukan karena gosip si Naga. Gue nggak tahu loh ternyata ada barang sebagus ini di sekolah. Masih gres pula kelihatannya."

Ucapan mereka semakin kurang ajar. Membuat Nesya tentu saja makin gusar. Sungguh, Nesya bukan mau suudzon. Tetapi dari sorot mata saja, sudah bisa ditebak apa yang tengah mereka inginkan.

"Mau apa kalian? Pergi! Gue nggak ada masalah ya, sama kalian. Jadi jangan ganggu gue!" tandas Nesya sengit, ketika melihat lima pemuda itu mulai menghampiri.

Sungguh! Sorot mata mereka membuat Nesya tak nyaman. Takut malahan. Mana lagi sepi pula. Kalau mereka nekad, harus ke mana minta tolongnya?

Mendengar ucapan Nesya yang bernada galak. Bukannya takut, mereka semua malah saling pandang lalu tertawa keras.

"Galak juga ternyata."

"Tapi justru makin menarik ya, Bro!"

"Iya, yang galak biasanya lebih menantang."

"Jadi makin penasaran."

Ucap mereka bersahutan. Lalu menatap Nesya lagi dengan tatapan makin berminat.

"Jangan galak-galak lah sama kami, Nes."

"Iya, kami kan cuma mau kenal lo lebih deket aja."

"Gue yakin lo bukan tipe orang yang pilih-pilih temen, kan? Lo nggak keberatan kan 'main' sama kami meski kami bukan geng motor kayak Naga."

"Oh, lo tenang aja, Nes. Meski kami nggak setenar Naga di sini. Tapi soal harta kami nggak beda jauh, kok. Orang tua kami juga cukup terpandang. Uang jajan juga dikasih banyak. Jadi, kalau cuma beliin lo skincare atau tas doang sih, masih sanggup lah."

"Iya, Tapi ... tentu harus ada timbal baliknya. Ngerti kan, lo?"

"Nah, buat pemanasan. Ayo 'main' sebentar."

Nesya segera beringsut jauh, saat mereka makin dekat dan berniat memojokannya. Ingin lari, tapi mereka menghalangi jalan ke pintu.

"Jangan kurang ajar ya kalian. Jangan berani macam-macam sama gue. Kalau nggak, gue bakal teriak kenceng biar lo digebukin masa!"

Diam-Diam BucinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang