Part 10

61 7 6
                                    

*Happy Reading*

"Dirusak gimana maksudnya?" Davin makin penasaran.

"Ya aku juga gak tahu. Tapi tadi, pas Nesya mau ganti baju. Ternyata bajunya ada yang gunting asal-asalan. Jadinya tuh baju gak layak pake lagi. Celana olah raganya juga. Pokoknya kasian banget. Itu kan mahal, ya?"

Renata mendesah panjang. Iba menyelimuti hati melihat nasib Nesya saat ini. Istimewanya, beberapa hari lalu dia mengalaminya juga. Tentu saja deritanya jadi korban bully masih terasa jelas.

"Eh, Ga. Lo mau ke mana?" seruan pelan Davin membuyarkan lamunan Renata. Gadis itu menoleh refleks mengikuti arah tatapan Davin dan melihat Naga sudah pergi begitu saja.

"Mau ke mana dia?" Davin bermonolog saat Naga sudah jauh tanpa memberikannya jawaban sedikit pun.

Renata diam saja. Sejujurnya ia masih sakit hati pada Naga. Tentu saja karena hidupnya sempat kacau ulah kesalahpahaman yang di timbulkan pria tersebut.

Sementara itu di kelas. Nesya hanya bisa terduduk lesu di tempatnya, sambil menatap ke arah lapangan. Di mana semua teman sekelasnya sedang melaksanakan pelajaran olah raga.

Harusnya Nesya juga bergabung bersama mereka. Namun, apa boleh buat. Para pembully kembali berulah yang menyebabnya Nesya harus absen kali ini. Bahkan, ulah mereka semakin menjadi saja.

"Nilai gue pasti ancur banget semester ini. Mana udah semester akhir. Kalau gue nggak lulus, gimana?" keluhnya, bermonolog.

Nesya tidak mengerti kenapa hidupnya jadi jungkir balik seperti ini? Padahal, dia selalu berusaha menghindari masalah dan tak ingin mencari musuh.

Hampir Tiga tahun Nesya bisa melewati masa sekolahnya dengan lancar jaya tanpa hambatan yang berarti. Ya, paling perkara biaya sekolah saja yang kadang bikin sesak nafas. Maklum, dia memang bersekolah di swasta. Tahu sendiri kan, biayanya gimana? Meski begitu, Nesya tetap bisa melalui masalah tersebut dengan aman selama ini, walau dengan ngesot dan berdarah-darah tentunya. Tetapi tidak apa-apa. Nesya baik-baik saja, kok. Dia tak pernah ingin mengeluhkan apa pun tentang hidupnya.

Sayangnya, seakan kurang cukup beban hidup Nesya, Tuhan malah menempatkannya di posisi saat ini. Entah apa maksudnya?

Sebagai manusia biasa Nesya tentu saja kesal, Nesya juga ingin marah sebenarnya. Tetapi setiap ia ingin melakukannya, ia teringat wejangan dari sang ibu.

"Sesulit apa pun hidupmu, jangan pernah berburuk sangka pada Tuhan. Karena di dunia ini, tidak ada yang lebih menyayangi kita daripada-Nya. Hanya Dia yang tahu apa yang terbaik untuk kita sebagai umatnya. Percaya saja, kesulitanmu saat ini adalah cara Tuhan menaikan derajatmu. Tetap percaya dan pasrahkan semuanya pada Tuhan. Jika saatnya tiba, kamu akan memetik buah dari kesabaranmu."

Ibunya memang terlalu baik. Sejujurnya Nesya tak sesabar itu jika di uji. Tetapi, sepertinya dalam masalahnya ini mengamuk pun rasanya percuma. Karena entah kenapa, Nesya merasa predikat sebagai crush dari Naga sudah tersemat lekat padanya.

Berbeda dengan kasus Renata tempo hari yang langsung terpatahkan karena pengakuan sang adik kelas. Kasus Nesya kali ini nampaknya lebih parah dan tak tertolong. Selain karena Naga tidak pernah memberikan klarifikasinya. Anak-anak geng di bawah kepemimpinan Naga seolah membenarkan gosip itu.

Entahlah, Nesya bingung banget sekarang harus gimana? Membantah tidak bisa, membenarkan juga nggak mungkin. Lah, wong, dia dan Naga memang nggak punya hubungan apa-apa, kan?

Lalu, sekarang gimana?

"Permisi?"

Lamunan Nesya seketika terhenti kala rungunya mendengar sebuah suara lembut dari arah pintu kelas. Suasana hening yang tengah tercipta, akibat kelas kosong yang ditinggalkan penghuninya untuk olah raga di depan membuat suara itu terdengar jelas sekali.

Diam-Diam BucinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang