Bab 20

33 4 0
                                    

Tiba-tiba Naga naik lagi ke atas meja. Membuat cahaya matahari tertutupi dan tidak membuat Nesya silau lagi. Kan ... benar dugaannya.

Nesya menggigit bibir dalamnya refleks. Menahan diri agar tidak tersenyum kala menyadari perhatian tak terucap dari Naga barusan.

Pria ini benar-benar, ya? Kalau gini terus, gimana ... ah, Naga! Jangan nguji iman terus, bisa nggak, sih?

"Ekhm ... udah pada istirahat, ya? Kok, lo nggak bangunin gue, Ga?" Demi memecah suasana yang masih hening. Nesya pun mulai buka suara.

"Lelap banget," sahutnya singkat.

"Ya, kan bisa bangunin aja. Gue nggak bakal marah, kok."

Naga diam. Tetap fokus pada ponselnya. Hal itu membuat Nesya tiba-tiba kesal. Konyolnya, ia seperti merasa cemburu pada benda canggih tersebut.

Apa-apaan, sih?

"Ke mana?" tanya Naga cepat, saat Nesya bangun dari duduknya dan bersiap pergi.

"Ke kantin. Gue nggak bawa bekel hari ini," jawab Nesya jujur.

Naga lalu menyerahkan sebuah bungkusan pada Nesya tanpa berucap apa pun. Nesya tentu bingung dengan maksud pria di hadapannya ini.

Itu apa? Dan kenapa diserahkan pada Nesya?

Nesya hanya menatap Naga dan bungkusan tadi secara bergantian. Sepertinya Naga memang harus dibalikin lagi ke TK. Belajar huruf-huruf dari awal, agar tidak selalu membuat orang bingung.

"Ini apa?" tanya Nesya akhirnya, karena menunggu Naga menjelaskan maksudnya sendiri akan menjadi hal yang sia-sia.

"Makan siang."

Nesya tak bertanya lagi. Memilih menerima bungkusan itu, dan membukanya. Ternyata isinya adalah Nasi goreng.

Pertanyaannya sekarang adalah, nasi goreng itu buat siapa? Buat Nesya atau Naga. Masalahnya cuma ada satu bungkus di sana.

"Ini buat gue?"

Naga mengangguk.

"Nah, lo?"

Naga diam. Seakan teringat sesuatu, Nesya pun hanya bisa menghela napas panjang. Ia lalu melirik Naga lagi yang masih juga fokus pada game yang tengah dimainkan.

Ugh! Lama-lama Nesya lempar juga dah tuh hp.

"Lo udah makan, Ga?" Nesya menganti pertanyaannya. Kali ini dijawab Naga, meski dengan sebuah gelengan kepala.

Kan, sudah ia duga. Menghela nafas panjang entah untuk keberapa kali. Nesya pun kembali duduk dan mulai menyantap nasi goreng tadi. Tentu saja sambil bergantian menyuapi sang Tuan muda. Pria itu menerimanya tanpa reaksi berlebihan. Hadew .... jadi berasa punya bayi besar.

Suapan demi suapan sudah mereka habiskan secara bergantian. Makanan pun telah habis. Naga lalu menyodorkan satu botol air mineral pada Nesya. Gadis itu menerimanya dan menenggaknya tanpa malu.

Ngapain malu? Naga aja nggak ada malunya tuh minta suapin terus. Iya, kan? Dua kali loh mereka jadi harus makan sepiring berdua. Padahal biasanya, Nesya makan dua piring sendiri.

Saat setengah botol sudah berpindah ke perut dan botol tadi bersiap ditutup kembali. Naga tiba-tiba merebutnya dan menghabiskan sisa air tadi. Kemudian melempar botol kosong ke arah tempat sampah di luar. Hebatnya, masuk! Nesya sampai tertegun dibuatnya.

Nesya lalu melirik sebelah Naga, di sana padahal masih ada satu botol lagi yang belum tersentuh. Tetapi Naga malah lebih memilih botol bekas Nesya.

Aneh nggak, sih? kenapa Naga suka sekali makan atau minum bekas Nesya, sih? Biar romantis, gitu? Ah, nggak mungkin! Atau ... jangan-jangan si Naga ini punya kelainan. Wah!

Diam-Diam BucinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang