Bab 22

34 3 0
                                    

"Di rusak anak sebelah? Kok, bisa?"

Naga kembali diam. Seakan tak perduli dengan rasa penasaran Nesya.

"Ga, jangan diem aja. Jelasin, kenapa motor gue di rusak anak sebelah? Perasaan gue nggak punya masalah loh sama mereka. Kenapa mereka ngerusak motor gue? Salah gue apa?" tuntut Nesya.

"Ayo pulang."

Alih-alih memberi penjelasan pada Nesya yang rasa penasarannya sudah sampai ubun-ubun. Naga malah kembali mengajak gadis itu untuk pulang.

Bahkan, seenaknya Naga juga beranjak begitu saja meninggalkan Nesya. Jangan tanya bagaimana perasaan Nesya saat ini. Kalau saja didekatnya ada batu besar, sudah pasti Nesya lemparkan pada kepala Naga. Biarin! Biar bocor sekalian!

Kali aja dengan begitu, kosa kata dalam kepala Naga juga jebol, jadi nggak akan pelit lagi kalau ngomong. Sumpah! Lama-lama Nesya frustasi juga menghadapi Naga.

"Ga, tunggu! Jelasin dulu yang tadi!" seru Nesya mengejar Naga. Namun, yang dikejar tetap acuh.

"Jangan-jangan tadi lo gelud sama anak sebelah gegara motor gue juga, ya? Lo mau sok jagoan ceritanya belain gue?" ucap Nesya di sela langkah mengejar.

Naga tetap bergeming.

"Naga, ih! Jelasin dulu! Gue penasaran tahu. Nanti gue nggak bisa tidur malem saking penasarannya!"

Naga masih tak perduli.

"Naga, jangan cepet-cepet jalannya. Gue capek!"

Selain pelit ngomong, pria itu juga nggak sadar diri. Udahlah tahu punya kaki panjang, langkah lebar-lebar banget. Nesya yang punya kaki pendek kan jadi repot ngejarnya. Apalagi tadi Nesya ngejar juga sambil ngomel, kan? Makin-makin deh capeknya.

Kiranya Naga akan tetap acuh. Siapa sangka, kali ini Naga peduli dengan ucapan Nesya dan langsung menghentikan langkah begitu saja.

"Pendek!"

Nesya melotot kesal saat Naga malah mengatai postur tubuhnya. Mentang kebanyak kalsium seenaknya saja kalau ngomong.

"Gue nggak pendek, ya! Lo nya aja tuh yang ketinggian!" tukas Nesya tak terima. Sambil menghampiri pria itu dengan tergesa.

"Memang pendek!"

Sialan!

Baru saja Nesya mau mengomel lagi, Naga sudah lebih dulu menarik jaketnya yang masih ada di tangan gadis itu dan mengikatkannya pada pinggang Nesya. Setelah itu ...

"Akh!" Nesya pun memekik saat Naga menarik tangannya ke belakang tubuh pria itu dan menggendongnya tanpa aba-aba.

"Eh, lo mau ngapain! Turunin!"  Nesya tentu saja meronta tak terima.

Namun Naga kembali membungkam mulutnya. Pria itu lalu melanjutkan langkah, dengan menggendong Nesya di belakang punggungnya.

"Naga, turunin gue! Orang bisa makin salah paham kalau liat kayak gini! Gue nggak mau ya, gosip antara kita makin santer di sini."

Naga acuh.

"Naga, ih! Turunin, nggak? Kalau nggak, gue gigit nih leher lo!"

Naga tak perduli.

"Naga! Gue serius, loh! Beneran gue gigit nanti leher lo!"

Naga tetap mengabaikan Nesya.

"Naga--"

Nesya langsung menutup mulutnya, saat melihat di ujung koridor menuju parkiran ternyata sudah ada beberapa anak geng Naga. Juga para berandal tadi yang berlutut dengan bahu yang di tahan anak buah Naga.

Diam-Diam BucinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang