*Happy Reading*
"Si Davin tuh kenapa, sih? Padahal tahu yang sebenarnya, tapi masih aja ngajak gelud si Naga. Aneh!"
Nesya yang baru saja membuang sampah kelas di halaman belakang, sontak terdiam kala tak sengaja mendengar obrolan sekumpulan siswa seangkatannya, yang tengah merokok.
"Gak aneh sih menurut gue. Siapa juga yang bakal terima ceweknya jadi sasaran bully begitu?" Seorang pemuda lainnya menimpali. "Lagian si Naga juga kebangetan, sih. Masalah udah sekacau ini masih aja keras kepala gak mau jujur. Apa coba yang dia takutkan?" Pria itu menambahkan.
"Takut ditolak kali!" Seloroh lainnya. Di sambut tawa renyah dari kumpulan itu.
"Ya kali ditolak. Buta banget dah tuh cewek. Si Naga kurang apa coba sampe ditolak? Ketua kita gitu, loh! Harusnya dia malah bangga justru, karena dipilih Naga dari sekian siswi yang ngejar ketua kita."
"Lah, lo kagak tahu?" tukas seseorang. "Justru Si Naga sampe milih diem terus kan, gegara ceweknya emang beda dari yang lain."
"Beda gimana maksud lo?"
"Satu, ceweknya bilang belum mau pacaran. Dua, sekalipun pacaran. Dia gak mau cari cowok kaya. Soalnya sadar diri beda level. Tiga, baginya daripada pacaran. Mending--"
"Hayo, lagi ngapain!"
Nesya pun seketika berjengit kaget. Saat tiba-tiba saja bahunya di tepuk seseorang. Padahal, dia sedang nguping dengan seksama obrolan kumpulan siswa tadi.
Nesya tahu itu tidak sopan. Tapi mau gimana lagi, dia kadung penasaran dengan cewek yang di sukai Naga, katanya. Dan tak menyangka jika Renata hanya di jadikan tumbal salah sasaran doang.
Kan, Nesya jadi kepo ya siapa cewek yang sangat Naga lindungi. Nesya berharap bisa tahu namanya dari kumpulan siswa tadi. Hal itu bisa Nesya jadikan senjata buat menyelamatkan Renata.
Kalau Naga gak mau ngaku, biar Nesya yang bongkar! Begitu rencananya. Tetapi oh tetapi. Si Venus datang tiba-tiba dan malah mengacaukan segalanya. Jantung Nesya sampai kebat-kebit parah karena takut ketahuan sekumpulan siswa tadi.
"Venus, ih! Lo ngapain sih, ngagetin gue aja!" Nesya pun kesal.
"Ya habis kamu ngapain, Ayang. Betah banget nongkrong deket tong sampah kek gini?" jawab Venus tanpa dosa.
"Ya kan gue lagi buang sampah. Wajar dong kalau deketan sama tong sampah."
Nesya mencoba mencari alasan yang logis untuk Venus. Pun para siswa yang saat ini pasti sudah mengetahui keberadaannya.
Ah, sialan. Kayaknya Nesya memang tidak cocok jadi mata-mata, ya?
"Tapi--"
"Ssttt, udah, deh! Curigaan mulu lo kek tetangga gue. Buang sampah aja diperkarai panjang bener. Gak jelas lo, Nus!" Nesya pun pura-pura marah dan segera beranjak dari tempat itu.
"Eh, eh. Kok, marah? Aku kan cuma nanya, ayang?" Venus mengejar Nesya.
"Lo mah bukan nanya. Tapi nuduh! Lo kata gue buronan?" sahut Nesya sambil terus melangkah pergi.
"Bukan gitu. Aku kan cuma pengen tahu."
"Halah! Gue gak--"
Set!
Nesya menghentikan langkahnya mendadak. Membuat Venus yang masih mengejarnya hampir menabrak tubuhnya. Beruntung, Rem Venus lumayan pakem. Jadinya mereka berdua aman dan tidak sampai jatuh tersungkur dan terguling-guling macem di film india.
Di film yang begitu sih keliatan romantis. Lah, di dunia nyata mah pasti sakit. Belum lagi malunya. Aduh, nggak banget!
"Astaga, Ay--"
KAMU SEDANG MEMBACA
Diam-Diam Bucin
Teen FictionJangan lupa follow akun author ya ... Sekalian klik ikon hati tiap bab. Cerita baru. Biasa slow up date. Jan ditungguin pokoknya. up date sesuai mood.