4. KINARA

4 2 0
                                    

Bismillah
Happy reading


Sinar baskara pagi, menembus sela-sela jendela kamar. Si empu sudah bangun dan bersiap berangkat sekolah. Ia duduk di depan cermin.

Mata coklat terangnya menatap bayangan dirinya sendiri di cermin. Memakai sebuah bandana putih dan hijab segi empat putih, tanpa hiasan lain, dirinya cukup terlihat cantik natural.

"Jadi ga enak mau turun ke bawah. Mama pasti masih marah," gumamnya.

Mau bagaimana pun, ia harus tetap turun untuk keluar dari rumah ini. Tidak mungkin sekali mematahkan kakinya, hanya untuk berangkat sekolah, dengan loncat dari lantai dua yang tingginya kurang lebih sepuluh meter.

Gadis ini akhirnya menapakkan kaki keluar kamar. Menulusuri koridor lantai dua, menuju ruang makan di lantai satu. Niatnya ingin menghindari ibu dan melewatkan sarapannya, tapi karena sudah di bawah, sekalian saja sarapan.

Namun, sedari tadi anak gadis ini memperhatikan, tidak ada tanda-tanda kemunculan batang hidung ibunya.

"Mbak Kinara nyari siapa?" Tanya seorang pembantu yang biasa bertugas memasak.

"Eh, Bu Zah, Mama di mana, Bu?" Tanya balik Kinara, yang tentu saja menjadi jawaban untuk pertanyaan Bu Zah.

"Ibu udah berangkat dari tadi pagi, Mbak," jawabnya.

Lega rasanya, Kinara tidak harus bertemu ibunya untuk pagi ini.

"Monggo sarapan dulu, Mbak!" Bu Zah mempersiapkan piring dan mengisinya dengan nasi. Kinara duduk, menunggu piringnya tiba.

"Mau lauk apa, Mbak? Ayam, telur, atau mie?"

"Telur sama ayam aja, Buk."

Ketika makanan Kinara siap, Bu Zah berniat kembali ke dapur untuk mencuci peralatan masak yang ia pakai untuk memasak sebelumnya.

"Mbak Lena mana, Buk?"

"Baru sampai Mbak, itu orangnya," kata Bu Zah, sambil menunjuk ke belakang Kinara.

"Eh, Mbak Lena, Bu Zah, makan bareng yuk! Mumpung Mama udah berangkat," ajak Kinara.

Mbak Lena yang sudah memegang penyedot debu berhenti sejenak. Ia mengangkat alisnya ke arah Bu Zah, pertanda ia menanyakan, "Bagaimana?" Ke Bu Zah. Kinara menatap Bu Zah.

"Ga usah, Mbak, nanti saya makan di rumah. Habis ini kan saya mau pulang," tolak Bu Zah.

Kinara tidak suka ditolak. Ia turun dari kursi menghampiri Bu Zah, kemudian menariknya dan memaksanya duduk di sampingnya. Hal serupa juga dilakukan pada Mbak Lena.

"Makan! Makan yang banyak, ga usah malu-malu!" Kata Kinara, lebih terdengar sebagai perintah.

"Ya sudah, kalau gitu, terima kasih Mbak!" Ujar Bu Zah, akhirnya tidak bisa menolak.

"Makasih, ya, Mbak Kinara, kebetulan tadi saya belum sarapan. Hehe ...," ucap Mbak Lena.

●●●

Setelah mandi, Kumara memberikan makan untuk kucing barunya si Muku. Makanan kucing yang diberikan untuk Muku, tidak boleh sembarangan. Karena ia sudah berjanji merawat Muku, jadi Kumara sudah membeli cat food kemaren saat berada di Almart.

Kumara cukup heran, kenapa kucing selucu ini dibuang oleh pemiliknya?

Beruntung lah bagi Kumara yang tidak berani beli kucing. Kalau tanya kenapa? Karena ada Hadist yang mengatakan, jika jual beli kucing itu haram. Tetapi ada juga yang mengatakan boleh.

Seperti hadist ini, "Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam melarang dari hasil penjualan anjing dan kucing." (HR. Abu Daud, no. 3479 dan An-Nasa'i, no. 4672.

TAKDIR INSANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang