11. Sena

0 1 0
                                    

BISMILLAH
HAPPY READING

"Aku Rika, dan ini Aulia," ujar kakak berkacamata.

Keduanya duduk di depan Kumara dan Kinara tanpa disuruh. Sepertinya mereka hanya bisa makan di tempat duduk Kumara karena hanya itu tempat duduk yang tersisa.

"Maafin kelakuan temenku tadi, ya?"

"Yang narik-narik kamu tadi tu, Sena."

"Iya, dia itu orangnya memang pembuat onar sejak kelas 11. Belakangan dia jadi lebih kalem karena ada aturan baru tentang sanksi-sanksinya itu," timpal temannya.

Mendengar permintaan maaf mereka, membuat keduanya saling bertatap-tatapan sebab heran. Yang salah bukan mereka, tapi mereka datang dengan sukarela untuk meminta maaf.

"Kenapa jadi kalian yang minta maaf?" Tanya Kumara.

"Gapapa, kasihan aja sama Sena yang banyak dosa karena ganggu orang-orang."

"Ya, biarin aja dong, kan salah dia sendiri ganggu orang-orang," kata Kinara.

Senyuman kecil terukir di wajah Rika mendengar ucapan Kinara. Sambil mengobrol sesekali menyeruput teh cup bermerk Leo, teh melati favorit murid-murid di sana. Rasa gula batu menjadi favorit baginya sendiri. Sementara teman di sampingnya lebih menyukai rasa madu.

Kedua anggota Osis itu benar-benar terlihat berwibawa. Bahkan meminum sebuah teh saja mereka terlihat anggun, tak bersuara sedikitpun. Kumara sampai terkagum-kagum melihat tingkah mereka yang begitu sopan dan beradap. Berbeda dengan Kinara yang nampak biasa-biasa saja, ia juga sama anggun, sopan, dan beradapnya. Maklum temannya ini kan dari kecil sudah dididik dengan sedemikian rupa untuk menjaga reputasi keluarganya. Hanya saja sifatnya mudah emosi kalau di luar lingkungan keluarga besarnya. Dan kalau sudah emosi, kesopananya akan hilang dalam sekejap.

"Kalian berdua anak pondokan, ya?" Celetuk Kumara.

"Kog, tau?" Tanya Aulia.

"Nebak aja si."

"Ehehem, nebakmu hebat amat, ya," sanjung Rika. Kumara hanya terkekeh mendengarnya.

"Oh ya, nama kalian?"

"Aku Kumara kak, ini Kinara."

***

"Kakel pembuat onar tadi gangguin kamu, ya, Kin?" Tanya Farah sekembalinya dari kantin.

"Kamu tau soal dia?"

"Denger-denger si, dia gitu karena pengen diinget sama guru ketika lulus nanti."

"Kenapa mesti jadi pembuat onar?"

"Waktu SMP dia itu pendiem, nurut banget sama guru, murid teladan lah pokoknya. Suatu hari dia ketemu sama guru kesayangannya pas udah lulus. Nah, si guru SMP kesayangannya itu ga inget siapa dia, bahkan waktu acara reuni resmi dari sekolah, gurunya ga ada yang inget dia. Makanya dia jadi pembuat onar biar pas lulus gurunya inget sama dia, tapi sifatnya jadi makin keterlaluan," papar Farah.

"Oh gitu, ya?"

Untuk mendapatkan apa yang diinginkannya, Kak Sena sampai harus berbuat sebegitunya. Padahal murid guru sekolah kan banyak, mana mungkin bisa ingat semuanya. Meski jujur saja gadis ini juga heran bagaimana bisa tidak ada yang mengingat Kak Sena.

"Denger soal berita kamu kemaren, dia jadi berulah lagi."

"Ngomong-ngomong soal berita, udah ketemu siapa pelakunya?"

Kumara hanya mengendikkan bahunya sembari mengeleng. Ia tidak kenal kakak kelas selain kedua gadis pondokan tadi dan Kak Youssef. Tentu saja tidak mungkin mencurigai ketiganya, mengingat Kak Youssef adalah orang baik. Sedangkan kedua gadis pondok tadi, ia baru saja mengenalnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 17, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

TAKDIR INSANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang