BISMILLAH
HAPPY READING"Kumara sakit apa si, Om, sebenernya? Kog, dokter bilang ini penyakit langka?"
"Om juga ga begitu paham. Katanya si nama penyakitnya Allon Argon. Dia mulai seperti ini waktu dia punya pacar pertamanya."
"Kumara udah punya pacar?" Ketiga gadis itu memandang tidak percaya pada ayah Kumara.
"Lebih tepatnya, mantan pacar!"
Mereka bertiga membundarkan bibir dan mengeluarkan suara 'O'. Ayah Kumara menceritakan bagaimana awal mula penyakit Kumara muncul. Ini terjadi semasa Kumara kelas 8 SMP.
Kedua orang tua Kumara tidak pernah mengizinkannya berpacaran. Mereka begitu melarang keras pacaran. Mereka juga membatasi pertemanannya. Boleh berteman dengan lelaki, hanya saja jangan sampai mengobrol sesuatu yang kurang penting, dan yang paling penting tidak ada kontak fisik secara langsung. Sedangkan Kumara kerap kali mendengar curhatan teman-temannya yang kadang sedang dimabuk cinta, kadang galau karena pasangannya. Ia jadi penasaran, bagaimana rasanya pacaran? Apa itu cinta? Pernah terbesit dipikirannya untuk mencari pasangan. Tapi, apakah ada yang mau dengan dirinya, yang wajahnya pas-pasan?
Hari itu adalah hari yang pelik bagi Kumara. Pasalnya tidak seperti biasanya. Temannya yang biasanya ngumpul dan berbagi cerita mengitari bangkunya waktu jamkos atau istirahat, kini kosong. Hanya dirinya sendirian, bahkan di kelas tidak ada keturunan adam lain selain temannya yang pendiam dan apatis tengah tidur di atas seliri yang berjejer rapi. Tidak mau mengambil pusing, Kumara juga ikut tidur.
"ULAR-ULAR!"
Mendengar teriakan temannya, gadis yang terlelap itu terbangun. Terdengar kerumunan orang berteriak dari luar kelas.
Kumara mengintip dari jendela. Terlihat segerombolan orang-orang yang mengrubungi sesuatu di depan pintu. Ia tidak bisa melihat dengan jelas apa itu. Badan teman-temannya menghalangi penglihatannya.
"Kumara, jangan keluar! Di depan pintu ada ular!" Teriak teman-teman sekelasnya.
"Hah? Terus gimana dong?" Katanya yang tentu saja ikut panik mendapat peringatan seperti itu.
"Tunggu aja! Kita bakal coba ngusir ular ini."
Kumara menoleh ke temannya yang tadi tidur di kelas. Saat ia lihat, ternyata hanya ada dirinya sendirian di kelas. Kumara beralih memandang jam dinding. Jam menunjukkan pukul dua siang.
"Aku ketiduran sampe pulang?"
"Kumara, ayo buruan keluar! Ularnya udah ga di depan pintu lagi!"
Segera Kumara mengemasi barang-barangnya, lalu keluar secepatnya. Kala gadis itu membuka pintu, ia dikejutkan oleh segerombolan orang-orang yang berada di depan pintu kelas.
"Selamat ulang tahun Kumara! Yeay ...," seru mereka. Di tangan salah seorang dari mereka membawa kue brownis kesukaan Kumara. Bukan kue tart yang dipakai untuk acara ulang tahun pada umumnya.
"Apa ini? Astaga, jadi kalian ngerjain aku?" Ucap Kumara sedikit terharu.
Ya sedikit, karena sebenarnya Kumara paling tidak suka merayakan hari ulang tahunnya. Merayakan ulang tahun baginya sama dengan merayakan berkurangnya masa hidup di dunia ini. Tapi toleransi untuk kali ini. Ia tidak tega memarahi teman-temannya yang sudah bersusah payah memberikan kejutan ini. Selain itu, mereka belum tau jika Kumara tidak suka jika ulang tahunnya dirayakan. Dan ini akan menjadi perayaan pertama dan terakhir kalinya dalam seumur hidup Kumara.
KAMU SEDANG MEMBACA
TAKDIR INSAN
Teen FictionKumara, seorang gadis biasa yang hanya tinggal bersama seorang ayah. Ditinggal ibu tersayang karena sebuah kemalangan. Sang gadis ditakdirkan tidak dapat menyentuh lelaki mana pun yang tidak memiliki hubungan darah. Lelaki yang menyentuhnya, mengaki...