Kalau ada beberapa kata yang bisa menggambarkan rasa cinta [Name] pada Gojo yaitu: tak terdefinisikan. Pria itu tak lelah mengatakan jika dia akan selalu mencintai [Name] dan tak henti meminta maaf padanya kala setiap senja datang. Meminta maaf jika dia pernah menyangkal perasaannya sendiri, mengutuk kebodohannya karena merelakan wanitanya hilang dari pandangannya.
Yang ada di pikiran Gojo hanyalah, bagaimana [Name] akan menghadapi semuanya sendirian tanpa ada dirinya di sampingnya? Pria itu menjadi cemas dan selalu merasa takut. Walaupun saat ini ia sedang santai dalam posisi duduk dan memakan banyak sekali permen guna untuk menenangkan dirinya, tapi tak menampik bahwa dadanya terasa sesak. Ia memikirkan semuanya matang-matang, mengutuk dirinya sendiri pula yang beranggapan jika sahabatnya yang mati telah hidup kembali dan menjadi lengah.
Skala getaran terasa. Ia mengubah posisinya menjadi berjongkok, menempelkan telapak tangannya di dasar kotak ranah penjara itu. Mustahil, pikirnya. Kunci untuk membuka kotak ini sudah ia hancurkan, lantas siapa yang bisa membukanya?
Gojo mengangkat penutup mata lalu mengantonginya, ia bangkit berdiri, menyentuh dinding-dinding itu sambil terus menerka-nerka. Apa yang sedang terjadi di luar sana? Tidak mungkin Kenjaku mau membebaskan dirinya dengan sukarela.
Suara dentuman keras terdengar memekikan telinga. Gojo berdiri tegak saat ia melihat dengan mata kepalanya sendiri saat kotak yang mengurung dirinya terbelah lalu hancur menjadi abu. Asap tebal mengepungnya dan membuat ia terbatuk-batuk beberapa kali.
Saat dirasa asap mulai menghilang, Gojo melihat sosok itu berdiri di depannya. Berdiri tegak dengan wajah penuh darah dan pakaian yang terkoyak-koyak tak berbentuk.
Gojo sempat tak mengenali sosok itu hingga suara lirih nan lembut memanggilnya, "Satoru...."
Dan semua hal mengejutkan yang barusan terjadi membuat ia seakan disambar petir di siang bolong.
****
[Name] tak menyesali apapun keputusannya, dia sesekali melihat ke belakang. Berbanding terbalik dengan pesannya kepada Yuji agar anak itu tak pernah melihat ke masa lalu. Tangan yang tersembunyi di balik kantong itu mulai mengeluarkan keringat dingin. Kalau saja waktu bisa diputar balikkan, dia akan memberitahu Gojo tentang apa yang dilihatnya. Andaikan saja...
Mendadak, ia merasakan hawa menjadi sedikit lebih dingin. Kutukan tersebar di mana-mana seperti kutu, sedangkan dia banyak melihat mayat orang tak tahu apa-apa tergeletak di sana-sini. Perilaku tenangnya ini bukan sekedar supaya tidak gegabah, tetapi dia juga berusaha menenangkan diri. Ia merasa takut. Takut jika ia gagal dan tak bisa lagi melihat sepasang mata biru indah kesukaannya.
Langkah kakinya ia percepat, dengan lincah ia berbelok kesana-kemari tanpa beban. Saat sudah mencapai ujung jalan, di mana dia berdiri di dekat sebuah bangunan terbengkalai yang gelap, tubuhnya berbalik menghadap bangunan itu.
"Keluarlah, ayo bicara," ucapnya datar.
Suara pria yang sedang tertawa terdengar, "aku tak menyangka kau akan menyetujui kerja sama kita," ujar suara itu dengan sarat akan kepuasan.
[Name] menghela napas jengah ia menendang sebuah batu hingga batu itu terbentur pada sebuah dinding yang kasat mata.
"Tak menduga kau sampai repot-repot melakukan itu, padahal kau hanya bertemu seorang wanita," cemooh [Name].
Bunyi langkah kaki terdengar, muncullah sosok laki-laki yang sedari tadi bersembunyi di sudut bangunan yang paling gelap. Senyum lebar tersungging di bibir pria itu. Caranya berjalan nampak anggun dengan rambut yang menjuntai ke sana kemari sebab terhembus oleh angin.
"Lama tak bertemu, Geto."
Geto—Kenjaku, membuka tangannya lebar-lebar lalu berhenti di ujung pembatas yang ia buat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Blue Eyes [Gojo x Reader] ✓
FanfictionFINISHED [Full Name] adalah penyihir wanita terkuat dari klan Zenin yang memutuskan untuk memilih jalan hidupnya sendiri. Suatu hari, ia mengikuti rapat petinggi penyihir Jujutsu dan bertemu dengan pemilik sepasang mata biru langit yang membuat ia m...