[Name] memperlambat langkahnya dan membiarkan Megumi dan Yuji berjalan di depannya. Wanita itu berjalan sambil memasang tampang kaku, dia memikirkan banyak hal. Walaupun saat tengah rapat tadi perkataannya terdengar seperti orang bercanda, tetapi setiap masukan dari Master Tengen ataupun yang lain benar-benar ia renungkan.
Aku keluarkan Satoru dari sana dan permainan konyol ini akan selesai.
[Name] menggeleng berkali-kali lalu kembali mengejar kedua anak didiknya setelah dirasa cukup tertinggal terlalu jauh. Namun tiba-tiba langkahnya terhenti, sebuah pemikiran mengenai Sukuna yang tiba-tiba bisa mengambil alih tubuh Yuji mengganggu pikirannya.
Berkali-kali [Name] mengerutkan dahi hingga berujung pada kepalanya yang mendadak sakit seperti dihantam lonceng besar. Rasa nyeri ditambah telinga berdengung benar-benar memperburuk situasinya. Wanita itu meraih tembok sebuah toko yang usang, mencoba menopang tubuhnya dan pandangan matanya pun nampak kabur. Sosok Megumi dan Yuji juga sudah hilang darinya.
Apa lagi, aku melihat apa lagi...
Penglihatannya masih berputar dan kabur, nyeri di kepalanya masih menghantam hebat. Beberapa detik kemudian, tubuhnya ambruk tetapi [Name] masih tetap sadar. Napasnya sudah tersengal-sengal hingga [Name] membuka mulut dan meraup oksigen sebanyak yang ia bisa.
"Aku merasakan ikatan tak wajar antara Sukuna dan Megumi," gumamnya sambil masih menjambak rambut.
"Bukan..." gumamnya sekali lagi mencoba tak percaya.
Perlahan-lahan, rasa nyeri di kepalanya memudar. [Name] bangkit berdiri hingga sempoyongan. Ia melihat jalanan sekitar dan masih sepi.
"Sensei?"
[Name] langsung membalikkan tubuhnya dengan waspada tetapi ia langsung bernapas lega saat melihat sosok Yuuta berdiri di belakangnya.
"Sensei tidak apa-apa?" tanya pemuda itu khawatir sambil berjalan mendekat.
[Name] mengangkat tangan kanannya, "aku tidak apa-apa. Dari mana kau datang?"
Yuuta tersenyum sopan padanya lalu menunjuk belokan kecil di ujung gedung tinggi.
"Ayo bicara, masuk saja ke dalam toko ini," ajak [Name] sembari menyeret Yuuta masuk lalu menutup pintu dengan tergesa-gesa.
"Sensei, kau benar baik-baik saja? Kau nampak pucat," cicit Yuuta.
"Dengarkan aku. Aku tidak akan mengulangi perkataanku dua kali," tegas [Name].
Yuuta mengangguk lalu memasang telinga, siap untuk mendengarkan apa kata pembimbingnya.
"Yuji dan Megumi sedang diberi misi, aku mengawasi mereka dari jauh. Dan..."
Raut wajah [Name] kembali kaku, ia bimbang apakah harus memberitahu Yuuta sesuatu yang tidak pernah ia katakan pada orang lain. Jika ia mengatakan ini maka secara tidak langsung [Name] mengekspos kelebihannya kepada yang lain kecuali Gojo.
"Aku mempercayaimu karena Gojo juga melakukan demikian, maka Yuuta... dengarkan ini baik-baik."
Yuuta berdiri memandang [Name] serius, kedua jari-jarinya terkepal sebab ia berpikir jika Sensei nya akan memberitahu sesuatu yang sangat amat penting dan bersifat internal kepadanya.
"Akan sangat sulit berhadapan dengan Sukuna dan teknik Megumi di saat yang bersamaan, tentu saja aku bisa mengatasinya tapi tidak sebaik Gojo. Aku bisa kewalahan dan tidak mampu membendung serangan dari banyak sisi. Lalu..."
"Jika Mahoraga dikeluarkan, aku tidak yakin bisa menyelesaikan Sukuna..."
"Sensei! Apa yang kau bicarakan? Ada apa dengan Sukuna dan teknik Megumi, bagaimana bisa kau bicara seperti itu?" sela Yuuta tak terima.
"Sensei, kau benar-benar tidak sedang baik-baik saja. Akan lebih baik jika kau beristirahat dan duduk bersama Master Tengen kare—"
"Tidak!"
Yuuta memandang [Name] terkejut karena wanita itu barusan membentaknya yang di mana [Name] tidak pernah membentak siapapun sebelumnya.
Keringat jatuh seperti air terjun dari pelipis [Name]. Seluruh tubuhnya berkeringat dan bibirnya semakin pucat. Tubuh wanita itu semakin ringkih dan bergetar hebat.
"Maafkan aku, Sensei. Akan ku bawa kau ke tempat aman," ujar Yuuta lalu menyentuh lengan [Name].
[Name] menepisnya lalu kembali menatap Yuuta setelah pandangannya yang bergerak liar.
"Percayalah padaku. Kau tahu mengapa si bodoh itu bisa masuk ke dalam jebakan Kenjaku?"
Yuuta menggeleng cepat lalu.
"Karena aku tak memberitahunya tentang apa yang aku lihat karena aku sendiri meragukan kemampuanku. Namun kali ini, tak kubiarkan kalian semua mati sia-sia."
Yuuta tertegun, dia mundur satu langkah. "Jadi, selama ini... Sensei bisa melihat masa depan? Itukah kemampuan yang sering dirumorkan?"
[Name] mengangguk lemah, dia terbatuk beberapa kali lalu menghadap Yuuta kembali.
"Kau... pergi awasi Yuji dan Megumi. Jangan biarkan Sukuna berpindah wadah. Dan jangan katakan ini pada siapapun, bersikaplah seolah kau tidak tahu," kata [Name].
Yuuta mengangguk, "tapi, mau kemana Sensei akan pergi?"
"Bukan waktu yang tepat untuk memberitahu, kau lakukan saja apa yang aku perintahkan. Jaga dirimu baik-baik," ucap [Name].
Mereka sama-sama diam beberapa detik hingga kembali ke posisi waspada saat jendela kaca diketuk beberapa kali. Yuuta maju terlebih dahulu, melihat dalam diam siapa yang melakukan ketukan tadi. Ia menghela napas lega saat rambut jiprak Yuji terlihat samar-samar.
"Itadori kemari," kata Yuuta yang ditujukan untuk [Name].
[Name] mengangguk lalu melangkah menuju pintu, ia berbalik sebentar menatap Yuuta.
"Saat aku keluar dari pintu ini, ikutilah mereka dari jauh dan aku juga mengawasi dari atas langit," ucap [Name] sambil tersenyum misterius.
Yuuta hanya bisa mengangguk setuju tanpa bisa mencerna apa yang ada di balik senyum [Name]. Saat setelah melihat respon Yuuta, [Name] segera beranjak pergi menemui Yuji dan Megumi.
Kedua orang itu berdiri bersandar pada tembok sisi bangunan, saat mereka melihat [Name] mendekat, senyum Yuji berkembang.
"Kami kira telah kehilangan Sensei," ujarnya pelan.
[Name] menggeleng lalu berhenti tepat di depan mereka. "Mulai sekarang, berjalanlah sendiri. Aku tak bisa selalu mengawasi kalian."
Kening Yuji dan Megumi mengerut heran.
"Apa yang Sensei maksud?" tanya Megumi ketus.
[Name] mengangkat bahu, "entahlah. Aku pergi untuk satu sampai dua hari. Kalian bisa melakukan misi ini sendiri kan?"
Keduanya mengangguk kaku masih tidak mengerti maksud perkataan [Name].
[Name] menghembuskan napas senang, dia maju lalu menepuk kedua bahu anak didiknya bangga. "Suatu saat, jika keadaan membaik... aku akan ajak kalian jalan-jalan di Kremlin!"
Kedua mata Yuji berbinar sebab perkataan [Name] lalu bersorak gembira. Megumi berdecak kesal lalu menatap [Name] aneh.
"Sensei, kau tahu apa yang sedang kau katakan ini seperti orang yang sedang mau berpisah? Berhentilah," kata Megumi jengah.
"Memangnya apa yang salah? Fushiguro, kau terlalu kaku. Sensei hanya bilang dia akan bawa kita jalan-jalan ke luar negeri, iya kan Sensei?"
[Name] mengangguk, "benar apa kata dia, Megumi. Kau terlalu kaku!" kata [Name] sambil tertawa ringan.
"Nah kan, apa sudah kubilang!" sorak Yuji gembira.
"Sshh... pergilah kalian," perintah [Name] yang diangguki mereka berdua.
Kedua punggung itu berbalik dan mulai menjauh.
"Jangan menoleh ke belakang ya!" teriak [Name] yang di balas lambaian tangan oleh keduanya.
Hati [Name] berdesir sendiri saat mengatakan kalimat itu. Dia terus melihat punggung Yuji dan Megumi hingga hilang dari pandangannya. Ia menghela napas lalu berbalik dan mengambil arah yang berlawanan dari mereka semua.
KAMU SEDANG MEMBACA
Blue Eyes [Gojo x Reader] ✓
FanficFINISHED [Full Name] adalah penyihir wanita terkuat dari klan Zenin yang memutuskan untuk memilih jalan hidupnya sendiri. Suatu hari, ia mengikuti rapat petinggi penyihir Jujutsu dan bertemu dengan pemilik sepasang mata biru langit yang membuat ia m...