Bendera Hitam

2K 226 40
                                    

Bunyi gemuruh terdengar menggema di seluruh daratan Tokyo. Tanah mulai sedikit tergeser, menciptakan retakan kecil sepanjang jalan raya ataupun gang-gang. Luar biasa dampaknya, hingga mampu membuat kutukan tingkat khusus menciut dan bercicit ngeri. Inilah kedahsyatan Zenin [Name], wanita pembawa kestabilan dunia Jujutsu setelah Gojo Satoru. Di balik perangainya yang tenang, siapa sangka jika teknik terkutuknya dapat membuat kiamat sementara pada seluruh Jepang.

"Jadi ternyata kau, aku tak menyangka jika wanita yang ku cari tepat berada di depan mataku sejak lama," ujar Sukuna congkak.

Gojo bergeming dan tak bergerak, seingatnya sudah jelas bahwa dia membaringkan tubuh dingin [Name] di atas ranjangnya yang bahkan spreinya segera ia ganti. Namun, dengan nyata, wanitanya berdiri—melayang di atas udara bak fatamorgana fiksi yang Gojo sendiri menolak mempercayainya.

Angin berhembus sangat kencang, beberapa atap bangunan ikut terbawa arus angin. Tangan [Name] terangkat hingga sejajar dengan dadanya, matanya berkilat dan berubah warna menjadi ungu terang.

Saat dia mulai membuat gerakan menarik sesuatu, Sukuna berteriak kencang. Mahoraga mulai sedikit tidak stabil, objek itu mulai menyerang siapa saja bahkan termasuk Gojo sendiri yang masih termenung.

"Dibandingkan dengan kekuatan penyihir era Hainan, dia jauh di atas segalanya," gumam Yuuta yang menyaksikan semuanya beserta rekan-rekan yang masih selamat.

Teriakan Sukuna tidak mereda, bahkan semakin keras setiap [Name] semakin mempersempit gerakan tangannya. Dengan kecepatan tak kasat mata, wanita itu melesat hingga ke belakang tubuh Fushiguro lalu mencekiknya. Gojo yang tersadar lalu ikut membereskan Mahoraga yang semakin liar. Gojo percaya pada wanitanya, dia percaya jika [Name] tidak akan melukai anak angkatnya.

Kobaran api menyala muncul dari mulut tubuh Fushiguro sembari Sukuna tetap berteriak kesakitan. [Name] melepaskan tangannya lalu berdiri sekitar tiga puluh sentimeter darinya.

"Teknik terkutuk manipulasi roh, aku akan mengampuni mu dengan bayaran yang mahal. Maka dari itu, binasa adalah tindakan yang tepat."

Suara ledakan terdengar diselingi gempa hebat hingga seluruh puing bangunan tinggi seketika roboh. [Name] mencabut kutukan tingkat khusus dan memerlukan banyak sekali energi.

Utahime berlari menuju tempat [Name] berdiri, ia mengerahkan seluruh usahanya untuk memasok energi pada [Name] yang tubuhnya sedikit demi sedikit mundur ke belakang karena tidak kuat menahan beban tubuh dan dorongan akibat teknik terkutuknya.

Sukuna merasakan bagaimana rasanya terbakar dalam api biru yang sangat panas disertai tarikan kuat pada jantungnya. [Name] adalah target yang harus dia bunuh setelah kebangkitan, namun Kenjaku melarangnya sebab ikatan darah yang terjadi pada mereka.

Teknik yang [Name] punya bukanlah teknik manipulasi biasa, dia tidak bisa menghidupkan orang mati namun bisa mencabut dan menukar jiwa dengan sesuka hati. Dia tidak bisa mengubah masa depan, namun berkuasa untuk menciptakan paradoks pada setiap orang. Dia adalah pasangan yang sempurna untuk Gojo Satoru, sang pemilik sixth eyes dan limitless. Wanita inilah yang menjadi titik kelemahan Gojo, dia mampu mematahkan teknik terkutuk ahli jujutsu yang agung itu dalam sekali coba. Maka dari itulah munculah slogan:

[Name] lahir hanya untuk Gojo Satoru dan menyeimbangkan dia.

Tubuh Fushiguro tergeletak, semua menjaga napas menahan euforia bahagia sebab Sukuna tak lagi berada di tubuh remaja laki-laki malang itu. Yuuji mulai tersenyum, begitu juga disambut dengan yang lain. Namun, kebahagiaan itu tak semata bertahan lama. Mahoraga kembali mengamuk dan menghancurkan segala objek yang ada di dekatnya.

Gojo kewalahan, keringat bercucuran dari mana saja. Dia gengsi meminta pertolongan pada wanitanya. [Name] yang sudah berada di ambang kematian suri pun berbalik, menatap Gojo yang kesulitan melawan Mahoraga dari jarak seratus meter. Tangan kanannya terangkat lagi, objek matanya kini adalah Mahoraga.

Kawan-kawan yang lain berlarian menghampiri tubuh Fushiguro yang tergeletak tak berdaya di tanah, [Name] tak menggubris. Yang harus dia lakukan adalah mencabut dan memenjarakan kembali Mahoraga dalam tubuh Fushiguro.

"Teknik manipulasi," ucapnya lemah. Ia mencoba fokus meskipun matanya sudah mengabur dan berair.

"Ah... aku sudah tak kuat lagi," lirihnya. Namun dalam kecepatan sepersekian sekon, sinar jingga keluar dari tangan kanannya.

Mahoraga melemah, ia memudar seiring kecepatan angin yang menyapunya. Dan pemandangan terakhir yang [Name] lihat adalah Gojo yang berdiri di depannya, memanggil keras-keras namanya.

Setelah itu yang bisa [Name] rasakan adalah dia akan menghadapi fase tidur panjang lalu semuanya menjadi gelap gulita.

****

Seingat [Name], dia sedang ada dalam permainan bejat akibat ulah Kenjaku. Sial, rencana liburan ke Perancis gagal total. Dia gagal sarapan dengan sepotong roti croissant dan segelas cappucino di meja makan serta menikmati pemandangan kota mode itu pada pagi hari.

Hatinya dongkol, kalau saja Kenjaku tidak berulah maka semuanya akan berjalan lancar. Tidurnya gelisah walaupun semuanya masih terlihat gelap. Dia koma, tidur panjang yang serius.

Suara bising tertangkap indera pendengarannya. Suara Gojo dan Shoko yang sedang mengobrol mengenai kondisi fisik [Name] terdengar samar-samar. Namun, [Name] masih tidak peduli mengenai itu, dia masih kesal dengan Kenjaku yang sudah merusak rencana berlibur musim panasnya.

[Name] juga sedikit menyesal, dia tidak bisa menghabisi Kenjaku sebab ikatan darah di antara mereka yang tidak akan bisa masuk di akal walaupun Kenjaku sendiri yang menjelaskan secara jujur dan terbuka. Mereka tidak terikat secara biologis namun secara roh, maka dari itu sulit untuk wanita itu menuntaskan masalah yang terjadi. Tapi, mendengar pembicaraan samar-samar sepasang teman satu angkatan itu, [Name] bisa mengira jika culling game telah selesai dan masa pemulihan terjadi.

"Ada harga yang harus di bayar, Yuuji beruntung bisa selamat setelah bertarung dengan Kenjaku," bisik Gojo pelan sekali.

Shoko memasang muka poker, dia ikut cemas tapi dia menganut ideologi apa yang terjadi biarlah terjadi. Pertarungan antara Yuuji dan Kenjaku berjalan sangat sengit tepat setelah [Name] mengalami henti jantung setelah melumpuhkan Mahoraga.

Suara sepasang pantofel terdengar, mendekat menuju ranjangnya. Tangan kasar dan kuat itu meraba dari pucuk tangan kiri hingga ke bahu. Lembut sekali hingga membuat hati [Name] menghangat.

"Kapan kira-kira dia akan kembali?" Tanya Gojo pada Shoko.

"Entahlah, jantungnya belum berdetak," jawabnya acuh sembari mencoba menyulut rokok dengan tangan bergetar.

"Jangan merokok di sini."

"Aku merokok di depan orang mati, kau tidak pernah keberatan sebelumnya."

"Aku memintamu untuk menyimpan korek, jadi jangan merokok di depanku."

Shoko berdecih, dia menyimpan kembali korek dan rokok mentol nya ke dalam saku celana.

"Tidak ada jaminan dia akan bangun," ujar Shoko.

Gojo diam, tak mengeluarkan suara. Tangan kanannya masih meremas lembut lengan atas [Name]. Alat pendeteksi jantung yang dipasang tidak berbunyi sama sekali.

[Name] bisa memastikan dia sudah seperti orang koma, tapi dia juga heran mengapa jantungnya tak berdetak.

"Aku akan menemanimu besok. Ya.. besok. Setelah menyelesaikan urusan Yuuji dengan para petinggi," pamit Gojo.

Pria itu mencuri kecupan kecil dari bibir pucat yang pecah-pecah dan dingin itu. Setelah Gojo dan Shoko keluar dan pintu besi itu tertutup, alat pendeteksi jantung menampilkan satu garis terangkat serta suara tut yang mulai perlahan-lahan terdengar stabil.

Masih dalam keadaan koma, [Name] malah menjadi galau bukan kepalang. Dia sudah menjadi salah satu sumber malapetaka besar ini. Kehilangan kawan seperti Nanami dan kepala sekolah luar bisa seperti Yaga Masamichi.

[Name] memikirkan semuanya. Tanpa sadar, satu bulir air mata terjatuh, membasahi selang bantu pernafasan.

[Name] putus asa.

TBC
*Menuju ending, persiapkan hati dan pikiran.

Blue Eyes [Gojo x Reader] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang