Chapter ini lebih sedikit daripada chapter yang lain karena aku juga lagi sibuk sama persiapan Ujian Kejuruan (cry)
Jadi mohon maaf buat kalian yang sudah nunggu lama agar story ini up...
Dan terimakasih komennya, aku seneng banget baca-baca komen kalian ehehehe, ok tanpa basa-basi lagi, selamat membaca
Gojo Satoru yang dulu menganggap hal percintaan adalah suatu kegiatan yang membuang waktu dan tenaga, walaupun ia sendiri bisa dikategorikan sebagai kekasih loyal yang senang memberi wanitanya uang. Gojo pikir hubungan seperti itu terlalu klise, itu dulu. Sebelum dia bertemu dengan anak ajaib klan Zenin ini, wanita yang selalu menatapnya dengan tatapan penasaran disetiap sesi rapat petinggi.
Bola mata amber itu selalu menarik perhatiannya, begitu juga dengan rupa [Name], terlihat dingin dan sangat independen menurutnya. Para pria akan beranggapan jika [Name] terlihat seperti tidak membutuhkan bantuan lelaki, namun itu salah besar, pria albino itu membuktikan dengan caranya sendiri jika [Name] akan terus bergantung padanya. Gojo menjilati bibirnya saat tetesan air menjatuhi bibir ranum itu. Mandi ditengah malam sangat disarankan menurutnya, ia menganut paham jika kegiatan mandinya harus tenang dan tidak ada satupun suara yang mengganggu.
Gojo bertelanjang dada dan hanya melilitkan handuk di pinggangnya. Ia duduk diujung ranjang sambil mengetikkan sesuatu di telepon pintar. Pada seseorang yang ia tugaskan untuk melakukan pengintaian di kediaman Zenin. Napasnya teratur namun terdengar berat, beban yang ia pikul terasa lebih menyakitkan daripada yang ia kira.
Handuk kecil pengering rambut ia sambar, pria itu mengeringkan rambutnya sendiri dengan gerakan acak. Sesekali tatapannya terlempar pada satu kotak beludru bewarna biru tua yang tergeletak di meja nakas. Helaan napasnya baru terdengar, Gojo berkali-kali menahan agar tidak menghela namun apa boleh buat, sekuatnya ego lelaki, pasti akan runtuh juga jika sudah disangkut pautkan oleh belahan jiwanya.
Satu persatu memori kenangannya dengan [Name] seolah diputar balik kembali seperti adegan film. Gojo ingat, saat [Name] bertanya padanya apa arti cinta menurut pria albino itu. Dengan lugas, Gojo menjawab jika cinta hanya membuang waktu dan membuat dirimu lemah, Gojo juga ingat wanita itu menelan ludah dengan susah payah disepersekian detik setelah ia mengatakan jawabannya. Itu adalah Gojo Satoru yang dulu, pria berusia dua puluh enam tahun dengan kenangan masa lalu yang pahit. Sekarang usianya sudah menginjak dua puluh delapan, bisa tergolong dalam usia yang matang untuk menikah, mindsetnya seketika berubah.
"Lalu, apa arti keberadaan ku untukmu?"
Satu pertanyaan yang tidak bisa dijawab Gojo hingga sekarang. Ia bisa saja mengatakan jika [Name] adalah pusat hidupnya, namun ia hanya bisa menebak jika suatu saat nanti--mungkin saja mereka tidak bersama lagi, Gojo tidak mau menelan pil pahit untuk dirinya sendiri. Katakanlah dia egois, tapi itu adalah bentuk antisipasi versi dirinya agar tidak tersakiti secara berlebihan.
Kenangan itu melempar dirinya kepada satu memori saat [Name] kembali menanyakan arti dari eksistensinya di kehidupan Gojo Satoru. Lagi, Gojo terdiam seribu bahasa sambil memainkan rubik ditangannya. Waktu santai di halaman belakang berubah menjadi serius saat [Name] menuntut jawaban. Gojo memaklumi.
"Jika kau menanyakan alasan mengapa aku tidak bisa menjawab pertanyaan bodohmu itu. Aku bisa mengatakannya kepadamu sekarang juga." Bisiknya entah kepada siapa.
Gojo seketika kembali teringat saat sesi liburan 'berdua' dengan [Name] di kawasan tropis, Hawaii. Wanita itu menanyakan hal sepele, "Satoru, jika aku memakai dress ini untuk acara peresmian besok, kira-kira ada laki-laki yang menyukaiku tidak?"
"Akan ku bunuh jika ada laki-laki lain yang berani melirikmu saat kau memakai dress itu. Maaf aku tidak mengijinkan mu untuk memakainya." Gojo menjawab dalam lamunannya. Ia berbicara sendiri, meracau seperti orang gila, menyebut nama [Name] tanpa henti dimalam hari.
KAMU SEDANG MEMBACA
Blue Eyes [Gojo x Reader] ✓
FanficFINISHED [Full Name] adalah penyihir wanita terkuat dari klan Zenin yang memutuskan untuk memilih jalan hidupnya sendiri. Suatu hari, ia mengikuti rapat petinggi penyihir Jujutsu dan bertemu dengan pemilik sepasang mata biru langit yang membuat ia m...