BAB XX | HE WHO NEVER CHANGE

74 8 0
                                    


Kushina melepas jas putihnya dan meletakannya di atas sofa. Ia pun duduk dan menghela nafas panjang sembari memijit-mijit pelan tengkuknya. Pekerjaannya selesai dengan baik hari ini. Kemudian ia teringat dengan pria yang membawa mobilnya

"Ah, apa dia sudah memperbaiki mobilnya?" tanya Kushina lalu meraih ponsel di saku jasnya. Ibu jarinya menggulir layar dengan santai mencari nomor pria yang kemarin pulang bersamanya. Ah, pria yang membawa mobilnya.

Panggilannya tersambung. Kushina menebak pria itu pasti sudah bangun pukul tujuh pagi begini. Jika ingatannya benar, Minato adalah manusia pagi. Jika itu tidak berubah.

TOK TOK TOK

Kushina menoleh ke arah pintu dengan ponsel yang masih menempel. Ia berdiri dan melihat ke arah pintu.

Kei tersenyum lebar di balik pintu seraya melambaikan tangan. Kushina mengangguk mempersilahkan pria itu masuk. Lagipula pintunya tidak terkunci. Kei pun masuk dengan riang membawa sebuah kantong plastik.

"Duduklah, Kei. Ada apa?" tanya Kushina setelah Kei duduk di sisinya.

"Kau sudah sarapan?" tanya pria berkacamata itu. Kushina menggeleng. Ia belum sempat mengisi perut tentu saja. Bahkan ia barusaja sampai di ruangannya untuk bernafas.

"Ah, Minato! Apa kau sudah kembali? Iya aku sudah selesai. Oh sarapan? Belum, sih. Baiklah aku akan segera turun kalau begitu."

Kei menaikkan kedua alisnya. Sepertinya dia kalah lagi kali ini.

Kushina menurunkan ponselnya dan beralih melihat Kei dengan penyesalan. "Maaf Kei aku harus segera pergi," katanya seraya berdiri dan mengambil tasnya yang berada di atas kursi. Dengan cepat ia segera beranjak dan melambaikan tangan pada Kei yang masih duduk di sofa.

"Sampai ketemu besok, Kei. Dah!" pamit Kushina lalu menghilang di balik pintu dengan cepat.

"Satu panggilan dan dia pergi begitu saja, ya?" ujar Kei tersenyum kecut lalu berdiri membawa kantong plastiknya dan menuju lift.

.

.

"Oh, Kei? Darimana? Ruangan Kushina? Tapi dia barusaja turun ..." Mikoto yang tak sengaja masuk lift yang sama mencerca Kei dengan pertanyaan. Lalu matanya turun melihat kantong plastik yang dibawa Kei.

"Apa itu?" tanyanya lagi. Kei menghela nafas pendek. Suasana hatinya buruk.

"Tadinya aku mau mengajaknya sarapan. Aku membawa sushi," jawabnya sambil mengangkat kantong plastiknya. Lalu ia menyerahkan—lebih tepatnya mendorong kantong berisi sushi itu pada Mikoto.

"Bawa saja. Makanlah bersama perawat atau gadis yang biasanya bersama Kushina itu. Aku kenyang," kata Kei lalu melangkah keluar tepat ketika pintu terbuka meninggalkan Mikoto dengan kantong plastik berisi sushi di tangannya dengan heran.

"Kau kenapa sih, Kei?!" serunya namun tidak dihiraukan oleh si pemilik nama yang sudah menghilang entah kemana.

*****

Kushina mendekati mobilnya yang berhenti tepat di depan rumah sakit lalu membuka pintunya dengan riang dan menyapa pengemudi di dalamnya.

"Ah, terima kasih sudah menjemputku—oh! Apa kau tidak keberatan kalau pulang dulu? Aku ... belum mandi ..." ucap Kushina yang mendadak malu karena ia baru ingat jika belum mandi. Ah, bagaimana bisa ia bersikap sesantai itu tadi dan langsung masuk ke mobil begitu saja?!

Minato terkekeh pelan sambil mengangguk. "Tentu saja."

Minato pun memutar kemudinya untuk menuju ke rumah Kushina supaya wanita itu bisa membersihkan diri.

RED [SLOW UPDATE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang