BAB V | BROKEN GLASS

69 11 0
                                    


Tsunade dan Mito terlampau bahagia dengan rencana untuk mengikat putra-putri mereka sementara kedua orang yang dilibatkan sama-sama terkejutnya. Terutama Kushina yang sudah memilih untuk melupakan dan merelakan masa lalu karena kekecewaan yang terlalu dalam.

Sepuluh tahunnya selepas Minato pergi sangatlah tidak mudah. Andai saja kedua wanita—ibu mereka—ini tahu, niscaya mereka takkan melakukan ini.

Namun mereka tidak tahu dan Kushina tak ingin mengungkit kembali hubungan masa lalunya. Sekarang yang perlu ia hadapi adalah pertunangan tiba-tiba yang seenaknya dibuat oleh kedua ibu itu.

Sejak kapan mereka bertunangan? Kushina hanya bisa membatin. Diantara kedua ibu itu, siapa yang mencetuskan ide gila ini?

"Kaa-san, sebutan tunangan itu ... aku yakin kita bisa membicarakannya dengan baik. Kaa-san tidak memberitahuku apapun soal ini dan aku yakin Kushina-san juga terkejut," Minato berkata dengan tenang. Tipikal Minato sekali yang tak mudah tersulut emosinya—bahkan ketika ibunya mencampuri privasinya. Dan Kushina sudah terbiasa.

Mito tersenyum senang, "Kau benar-benar pengertian sekali, Minato.Aku jadi semakin ingin membuatmu menjadi menantuku."

Kushina buru-buru menarik pinggiran kain baju ibunya itu agar tidak mengatakan hal yang tidak-tidak.

"Bagaimana menurutmu, Kushina?" Tsunade beralih pada Kushina yang sedari tadi diam setelah kedatangan Minato.

"Saya rasa ... ini sangat terburu-buru ..." Tsunade membalas dengan senyuman.

"Kalau begitu aku yakin kalian harus membiasakan diri!" seru Mito dengan antusias. Bukannya mengerti perasaan Kushina, ibunya justru semakin antusias dan memperburuk posisi Kushina.

Dan pembicaraan mereka pun terjeda karena makanan sudah sampai di meja mereka. Steak daging yang sangat lezat sudah menanti untuk dinikmati. Mereka pun memakan makan malam dengan tenang. Sekali lagi, perbincangan hanya terjadi di antara Mito dan Tsunade. Sesekali Mito bertanya-tanya pada Minato soal pekerjaan dan hal lain.

Kushina sangat menahan diri dan tidak mau berbicara banyak. Akan lebih baik jika pria yang akan dijodohkan dengannya adalah orang yang tidak ia kenal. Kenapa justru Minato yang ada di hadapannya? Apakah ia bisa mengajak pria itu bekerja sama untuk membatalkan ini? Kushina bahkan sangat menghindari bertatap muka atau bicara dengan Minato sebisa mungkin. Namun sekarang justru orang tua mereka yang mempertemukan mereka.

Takdir benar-benar seakan memaksa Kushina untuk menghadapi Minato lagi setelah sekian lama ia sudah menguburnya diam-diam di sudut hatinya yang terdalam.

Tanpa disadari Kushina, Minato terus mencuri pandang terhadapnya.

"Aku yakin kalian akan cocok. Kalian harus membiasakan diri. Benarkan, Mito?" Tsunade berujar lagi. Sepertinya keduanya memang benar-benar serius menjodohkan Minato dan Kushina.

Ponsel Kushina yang berada di meja tiba-tiba berdering. Nama Rin Nohara tertera jelas di atas ikon hijau dan merah. Buru-buru Kushina meraih ponselnya dan menerima panggilan itu.

"Iya, Rin?"

"Kondisi salah satu pasien menurun, Nee-chan!" seru Rin khawatir dari seberang sana.

"Baiklah. Aku segera ke sana. Kau bisa mengatasinya hingga aku sampai, kan?"

"Aku akan berusaha! Segeralah kemari!"

Panggilan mereka pun terputus dan Kushina buru-buru membersihkan mulutnya. Ia mengakhiri makan malamnya yang masih tersisa separuh dan hendak berpamitan.

RED [SLOW UPDATE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang