Chapter 8

110 8 0
                                    

Author's PoV

Sudah 3 hari dia terdiam di kamarnya dan selama 3 hari pula dia tidak bertemu dengan Niall. Dia tidak tahu bagaimana hubungannya dengan Niall. Dia menunggu hari pertunangannya yang tinggal 10 hari lagi.

"Aku mau memetik bunga yang ada di taman kerajaan untuk ku letakkan di kamarku. Mau ikiut?" tanya Elle. Well, kini Putri Elle selalu menemaniku. Datang di pagi hari setelah sarapan dan pulang sebelum makan malam.

Putri Ally menggeleng sebagai jawaban. Tiba-tiba dia menarik lengan Putri Ally dan membuatnya berdiri.

"Karena jawabanmu tidak, aku harus memaksamu. Kau harus keluar dari kamar ini. Kau terlalu lama diam disini. Ayo!" ujarnya lalu menarik Putri Ally pergi ke taman Kerajaan. Putri Ally hanya pasrah.

Putri Elle sibuk memetik berbagai macam bunga yang masih segar. Putri Ally melihat bunga mawar merah dan mencoba memetiknya tapi jarinya tersayat oleh duri yang ada pada batang bunga mawar merah itu.

"Aw!" ringisnya. Darahnya terus mengalir. Ia mencari sebuah kain atau apapun yang bisa ia gunakan untuk menutupi luka tersebut.

Sahabatnya itu masih sibuk memetik bunga dan tidak tahu kalau Putri Ally sedang meringis kesakitan. Putri Ally berdiri dari tempat duduknya untuk mencari kain atau apapun tapi tidak menemukannya. Darahnya menetes ke bangku taman. Putri Ally duduk kembali dan dia duduk dimana tetesan darah tersebut ada.

Putri Ally memutuskan untuk pergi ke dalam Kerajaan dan Putri Elle tidak menyadarinya. Putri Ally berlari ke arah wastafel lalu mencuci jari yang terluka itu. Setelah nya, Putri Ally menutup luka itu dengan plester.

Pangeran Luke yang berjalan di belakang Putri Ally, tidak sengaja melihat bercak darah di bagian belakang gaun Putri Ally. Tepatnya bagian di bawah bokongnya.

"Putri Ally?" panggil Pangeran Luke.

Ally pun segera menoleh. "Ada apa Pangeran Luke?"

"Kau baru saja melakukannya?" tanya Pangeran Luke. Putri Ally mengernyitkan dahinya.

"Melakukan apa?" tanya Putri Ally sedikit bingung.
"Kau tahu–sex?"

Putri Ally terkejut mendengarnya. "Bagaimana kau mempunyai pikiran seperti itu? Sungguh kau adalah Pangeran yang memiliki pikiran sekotor itu"

"Tidak! Aku sudah berubah! Aku melihat ada bercak darah di gaunmu. Bagian belakang tepatnya" Pangeran Luke memberi tahu.

Putri Ally mencoba memutarkan tubuhnya untuk melihat bercak darah itu dan Putri Elle tiba-tiba datang dengan sekeranjang macam-macam bunga.

"Astaga! Putri Ally! Kau kemana saja? Dan kenapa di gaunmu ada bercak darah? Apa kau melakukannya?" Putri Elle memberinya banyak pertanyaan dan itu membuat Putri Ally bingung harus menjawab pertanyaan yang mana dulu.

Putri Ally menyuruh Pangeran Luke dan Putri Elle untuk menunggu di taman Kerajaan selagi ia mengganti gaunnya jika mereka ingin mendengar penjelasannya. Setelah mengganti gaunnya, Putri Ally menghampiri mereka berdua.

"Cepat jelaskan. Aku sudah tidak sabar" ucap Pangeran Luke.

Mereka duduk di bangku taman. Bukan bangku taman yang Putri Ally duduki sebelumnya. Yang ini berbeda. Jadi tidak ada darah yang berasal dari jari Putri Ally.

"Aku tidak melakukannya. Sungguh pikiran kalian sudah tercemar. Ya jika Putri Elle pasti sudah pernah melakukannya. Saat aku menemani Putri Elle memetik bunga, aku juga memetik bunga mawar merah dan secara tidak sengaja jariku tersayat duri itu. Bukan tertusuk. Sepertinya darah itu menetes ke bangku taman dan aku menduduki bangku taman itu. Begitulah" jelas Putri Ally.

Pangeran Luke dan Putri Elle tadi sangat mendengarkan Putri Ally menjelaskan semuanya. Mereka mengangguk mengerti.

"Sudahlah. Aku ingin ke kamarku." ucap Putri Ally lalu pergi ke kamarnya.

Putri Ally berjalan melewati ruangan Yang Mulia dan ia berpikir untuk meminta izin padanya untuk keluar. Yang Mulia memberi izin tapi dia harus di temani Pangeran Luke dan Putri Elle. Ya lebih baik di temani Putri Elle daripada kakaknya yang menyebalkan.

"Sebenarnya kita akan kemana?" tanya Putri Elle.

"Kita akan ke London Eye" jawab Putri Ally.

Putri Elle senang mendengarnya. Mereka naik taksi untuk sampai tujuan. Yah walaupun tidak sebentar perjalanannya. Sesampainya mereka harus mengantri. Putri Elle sudah kelelahan. Putri Elle tidak mau diam.

"Elle, diamlah. Aku takut jika penyamaran kita ini gagal" suruh Putri Ally.

"Iya iya" ucap Putri Elle.

Kini giliran mereka masuk ke dalam kapsul itu. Mereka langsung pergi ke salah satu sisi kapsul. Mereka memutuskan untuk ber-selfie. Setelah ber-selfie, Putri Ally melihat seorang lelaki yang tidak asing baginya sedang bersama gadis. Ia tidak tahu siapa lelaki itu. Gadis itu mencium pipi lelaki itu.

"Putri Ally, bukankah itu Niall?" bisik Putri Elle sambil menatap ke arah Putri Ally tatap.

Putri Ally terkejut. Benar. Lelaki itu Niall. Tapi siapa gadis itu?

"Gadis itu sepertinya Melissa" ucap Putri Elle seakan menjawab pertanyaan Putri Ally.

Putri Ally berjalan mendekat ke arah Niall dan Putri Elle mengikutinya dari belakang.

"Hai" sapa Putri Ally dengan senyuman yang di paksakan.

Benar. Itu Niall, batin Putri Ally.

Niall terkejut lalu menjauh dari Melissa. "Ally?" Putri Ally mengangguk.

"Aku bisa jelaskan semuanya" ucap Niall.

Tak terasa kapsul yang mereka tumpangi sudah berhenti. Putri Ally langsung berlari tanpa mendengarkan Niall yang memanggilnya dari tadi. Putri Elle berlari juga bersama Putri Ally. Niall ingin mengejarnya tapi Melissa menahannya.

Putri Ally dan Putri Elle langsung pulang ke Kerajaan karena Putri Ally menangis. Mereka naik taksi lagi dan turun di sebuah Kafetaria yang agak jauh dari Kerajaan. Mereka berjalan kaki sampai ke Kerajaan.

Sepanjang perjalanan, Putri Ally menangis. Putri Elle memberinya tissue dan Putri Ally menghapus air mata yang ada di pipinya dengan tissue itu. Putri Elle diam-diam menyalakan iPhone-nya dan membuka akum twitter. Lalu dia mengirim sebuah mention kepada seseorang.

Setelah selesai ia langsung memasukkan iPhone-nya ke dalam tasnya. Mereka sudah sampai di Kerajaan. Putri Elle mengikuti Putri Ally yang masuk ke kamarnya.

Niall's PoV

"Ini semua karenamu!! Pergilah!!" bentakku. Dia menangis lalu pergi dari apartemenku.

"Ni, ada apa ini? Kenapa Melissa pulang dengan keadaan menangis?" tanya Liam yang baru datang sehabis dari Gym.

"Dia membuat hubunganku dengan Ally berantakan! Ally sepertinya sudah tidak mau bertemu denganku lagi! Ini semua karenanya!" teriakku lalu menarik rambutku frustasi.

"Aku pulang!! Eh? Ada apa denganmu, Ni?" tanya Harry tiba-tiba.

Aku diam. Aku kesal. Aku berjalan ke kamarku dan menutup pintunya dengan keras. Aku mendengar Harry yang bertanya pada Liam.

Aku ingin menelpon Ally tapi nomor teleponnya saja tidak punya. Argh! Aku melempar iPhone-ku ke dinding hingga hancur dan itu pun membuat suara yang sangat keras. Harry dan Liam berlari ke kamarku dan membuka pintu kamarku dan menghampiriku.

"Ni, tadi suara apa?" tanya Harry. Aku diam.

Ku lihat Harry dan Liam melihat ke arah iPhone-ku yang sudah hancur tak berbentuk. Aku menarik selimutku dan menutupi tubuhku dengan selimut.

*********

Ada yang bisa buat cover?

The Princess and The Popstar // n.hTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang