21. Promise

437 27 1
                                    

"Jen, gue denger-denger papa lo habis ke rumah sakit dan ketemu anak-anak Cheetah kemarin. Jadi, apa masalah kalian udah beres?", tanya Haechan disela-sela Jeno yang tengah menerangkan soal matematika darinya.

Jeno hanya diam tidak merespon pertanyaan Haechan.

"Papa lo bilang apa ke mereka? Apa akhirnya kalian damai? Terus, pelaku yang sebenarnya gimana? Udah ketemu siapa orangnya?"

"Chan, fokus dulu! Gue nggak mau ngulang lagi penjelasan gue.", ucap Jeno tetap lanjut menerangkan soal itu.

"Itu juga penting Jen, kami perlu tau soal itu!"

"Kalo tujuan lo ikut ke sini karena mau ngebahas soal itu, mending lo pergi aja. Gue lagi nggak mau bahas itu."

Haechan hanya diam setelah mendengar ucapan Jeno. Ia tidak ingin memancing pertengkaran jika tetap bersikeras memaksa Jeno untuk bercerita, karena sepertinya mood Jeno sedang kurang bagus hari ini.

"Jen, gue udah tanya ke kak Taeyong, katanya dia bisa bantu kalo kita mau wawancara sama atasannya.", ucap Cherry.

"Oh ya? Bagus kalo gitu.", ucap Jeno tersenyum.

Kayaknya cuma cewek itu deh yang bisa bikin mood Jeno jadi bagus. -batin Haechan.

***

Setelah sekitar hampir dua jam di cafe, Cherry, Jeno, dan Haechan pun memutuskan untuk pulang. Baru saja Haechan berdiri dari duduknya, ia melihat ada Hendery, Dejun, dan Ten memasuki cafe.

"Jen!", seru Haechan menyikut lengan Jeno.

Jeno menoleh ke arah pandangan mata Haechan.

Cherry pun sontak ikut menoleh, dan betapa kagetnya ia melihat ketiga sosok anggota Cheetah yang berdiri di sana. Bayangannya kembali teringat kejadian di basecamp saat Jeno ditonjok oleh Hendery. Membayangkannya saja sudah membuat badannya gemetar ketakutan.

Jeno menggandeng tangan Cherry lembut.

"Ayo Cher, kita pulang!", ucapnya.

Jeno tidak peduli dengan kehadiran anggota Cheetah di cafe itu, dan memilih untuk langsung pulang saja daripada harus berurusan dengan mereka.

Namun ternyata, Ten melihat Jeno, Haechan, dan Cherry yang keluar dari cafe.

"Guys, itu Jeno sama Haechan kan?", tanya Ten menunjuk ke arah mereka.

Hendery dan Dejun pun menoleh.

"Iya itu mereka, tapi kan masalah kita sama mereka udah selesai. Jadi, biarin aja lah!", ucap Dejun santai.

"Kalian nggak mau say thank you ke Jeno? Berkat papanya, Cheetah dapet banyak dana tambahan loh!", ucap Hendery menyeringai.

Hendery, Ten, dan Dejun pun akhirnya keluar menyusul mereka.

"Hai Jen, Chan!", sapa Hendery.

"Oh?!... Hai, lo Cherry ya?", lanjutnya menyapa Cherry.

Jeno memasang badan dan sedikit memundurkan Cherry yang berdiri di sebelahnya.

"Lo mau apa?", tanya Jeno dingin.

"Wow... Wow... santai, Jen. Kami cuma mau say thank you aja ke lo.", jawab Hendery.

Haechan berdecih, "Say thank you? Buat apaan?"

"Lo belom tau, Chan? Kemarin kan papa Jeno datang ke rumah sakit buat nyelesaiin masalah Yayak. Dia juga udah ngelunasin biaya rumah sakitnya dan ngasih uang tutup mulut ke Cheetah.", jelas Hendery.

"Yah... Meski bukan Jeno yang datang sendiri, but that's okay, kami udah anggap masalah kemarin selesai. Seenggaknya, itu berarti dia udah ngakuin kesalahannya. So, I want to thank him and his father for that.", lanjutnya.

Jeno tertawa pelan dan berdecih, "Ternyata segampang itu ya kalian nyelesaiin masalah. Padahal waktu kondisi temen kalian babak belur dan kritis, kalian kelihatannya emosi banget. Kalo tau dengan mudahnya masalah ini selesai pake uang, harusnya sebelum ditonjok, gue langsung kasih kalian uang aja ya saat itu?"

Hendery mengepalkan tangan.

"Bisa-bisanya kalian langsung tutup mata, tanpa penasaran siapa pelaku yang sebenarnya udah bikin si Yayak babak belur. Kalian bener-bener temen yang baik ya!", lanjut Jeno.

Hendery langsung meraih dan mencengkeram kerah Jeno.

"HENDERY!", teriak Haechan. Ia langsung berdiri di samping Jeno dan mencoba melepaskan cengkeraman Hendery, begitupun dengan Ten dan Dejun yang berusaha meredamkan emosi Hendery.

"Ini tempat umum, banyak yang lihat. Sabar, Hen!', bisik Dejun ke Hendery.

Hendery langsung melepas kasar cengkeramannya.

"Tadi lo bilang pelaku yang sebenarnya? Bukannya itu udah jelas kalo lo orangnya!", ucap Hendery menunjuk Jeno.

Jeno mengukirkan smirk-nya, "Lo ada bukti? Udah tanya si Yayak? Coba kalian tanya aja dulu, apa bener gue yang udah bikin dia babak belur?"

"Oke. Kalo sampe dia bilang emang bener lo pelakunya, gimana?", tanya Hendery.

"Kalo bener, lo bebas mau ngelakuin apapun ke gue.", jawab Jeno.

"Jen! Jangan sembarangan lo ngomong gitu!", ucap Haechan panik.

"Apa lo juga nggak percaya ke gue, Chan?", tanya Jeno.

"Bukan gitu-"

Gue percaya lo, tapi Yayak itu anggota Cheetah, Jen. Dia bisa aja bohong. -batin Haechan.

Hendery tersenyum, "Apapun ya? Kalo gue maunya dia gimana?", ucapnya menunjuk Cherry.

Deg. Kali ini perkataan Hendery berhasil membuat badan Cherry gemetar karena takut.

Jeno melotot, "Shit, udah gila nih orang! Cari mati lo, hah?!"

Hendery tertawa, "Chill Jen, I'm just kidding."

"Shit, nggak lucu! Kesepakatan ini cuma antara kita. So, don't involve other people!"

"Okey... Okey... I'll think about what I want from you later.", ucap Hendery, lalu pergi bersama Ten dan Dejun.

Setelah mereka pergi, pandangan Jeno langsung beralih ke Cherry yang berdiri di sampingnya.

"Cherry, it's okay. Perkataan mereka tadi nggak serius. Gue jamin mereka nggak akan berani nyentuh lo. Kalo pun mereka sampe nekat macem-macem ke lo, I promise to protect you.", ucap Jeno.

Kalimat terakhir yang Jeno ucapkan itu mengingatkan Cherry pada satu kalimat yang pernah diucapkan papanya dulu.

Papa promised to always protect you, my little princess.

Mata Cherry berkaca-kaca, dan air matanya perlahan menetes.

Katanya janji, tapi itu bohong.
Nyatanya, papa pergi ninggalin Cherry.
Papa nggak ada saat Cherry kesulitan dan ketakutan.
Seharusnya papa nggak pernah bikin janji itu, kalau ujung-ujungnya papa pergi ninggalin Cherry. -batin Cherry.

Entah kenapa, tiba-tiba Cherry menjadi sensitif dan emosional karena ucapan Jeno. Air matanya mengalir semakin deras.

Jeno lalu memeluk dan mengelus punggung Cherry untuk menenangkannya.

Pelukan Jeno seperti mampu menenangkan dan membuatnya nyaman. Untuk pertama kalinya, Cherry merasa punya tempat untuk meluapkan emosinya.

Is he a good and trustworthy person?

If so, please keep your promise and don't suddenly leave like my papa.

_______________________________________
Vote-ment yaa! Thank you (⁠ ⁠.◜⁠‿⁠◝⁠ ⁠)⁠♡

Tbh, don't be a silent reader pleasee!

ILY My Protector | JenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang