19. Make Him Feel Better

428 28 2
                                    

Pukul 18.00, Jeno baru saja selesai dengan lesnya. Ia pun hendak pergi ke rumah sakit untuk menjenguk Yangyang, namun di depan tempat lesnya ia melihat ada sebuah mobil yang tak asing baginya terparkir di sana.

"Tuan muda Jeno, saya ditugaskan untuk menjemput anda pulang hari ini.", ucap seseorang dengan setelan serba hitam keluar dari mobil itu. Ia adalah salah seorang bodyguard yang bekerja di rumah Jeno.

Perasaan Jeno menjadi tidak enak, karena tidak biasanya ia dijemput mendadak seperti ini sepulang les.

***

Benar saja, setibanya di rumah, ia melihat mobil papanya sudah terparkir rapi di halaman.

Plakkk!

Satu tamparan keras lagi-lagi dilayangkan oleh papanya. Ini kali kedua ia ditampar olehnya.

"Nggak bisa ya kamu nurut sama papa?! Sesulit itu kah, Jeno Lee?!"

Jeno hanya diam dan menunduk.

"Makin besar, makin sulit diatur. Mau jadi apa kamu?!"

"Apa sekarang kamu memegang prinsip larangan adalah perintah? Sampe-sampe semua larangan papa kamu langgar?!"

"JAWAB JENO!"

Jeno tetap diam.

Donghae menghela nafas, "Mulai hari ini dan seterusnya kamu dilarang pergi ke basecamp dan balapan. Papa udah urus masalah kamu sama anak yang masuk rumah sakit itu, dan mereka setuju berdamai."

Jeno membelalakkan matanya kaget.

"Papa ketemu mereka? Tadi papa ke rumah sakit?", tanya Jeno.

"Ya. Mulai sekarang, jangan lagi kamu berurusan sama mereka! Papa udah tanggung jawab membayar semua biaya rumah sakitnya, bahkan membayar lebih atas kesalahan yang udah kamu lakukan.", ucap Donghae.

"Tanggung jawab? Tapi Bukan Jeno pelakunya, Pa! Bukan Jeno yang udah bikin anak itu masuk rumah sakit! Jeno nggak salah! Seharusnya papa nggak perlu tanggung jawab soal itu!"

"JENO! Dengarkan papa, mau kamu salah atau nggak, yang penting masalah ini beres kan? Papa nggak mau masalah sekecil ini sampai ke kantor polisi dan merusak reputasi papa.", ucap Donghae.

"Terus gimana sama reputasi Jeno? Kalo papa tanggung jawab, berarti Jeno pelakunya kan? Berarti benar Jeno yang udah bikin dia masuk rumah sakit? Berarti papa juga mengakui itu perbuatan Jeno kan?!"

"JENO! Banyak yang harus papa urus, bukan cuma kamu aja. Papa ngelakuin ini demi kebaikan kita bersama. Masalah kamu dan mereka selesai, begitupun reputasi papa tetap baik.", ucap Donghae.

"Jangan kekanak-kanakan! Kamu udah besar, Jeno. Berhenti main-main dan melakukan hal-hal yang dapat merusak nama baik keluarga kita! Papa nggak mau lagi dengar kamu balapan ataupun pergi ke basecamp itu.", lanjutnya, lalu pergi meninggalkan putranya itu di ruang tamu.

"Puas lo, kak? Gue tau lo kan yang udah lapor ke papa.", ucap Jeno menoleh ke arah Doyoung dengan tatapan tajamnya, lalu pergi ke kamarnya.

Doyoung hanya diam menatap Jeno yang berjalan pergi. Benar, ia lah yang telah memberitahukan hal ini kepada Donghae. Tetapi Doyoung berpikir bahwa yang ia lakukan ini, juga untuk kebaikan Jeno kedepannya.

***

Di rumah, Cherry tampak penasaran apakah Jeno telah melakukan sarannya dengan menemui Yangyang. Ia pun memutuskan menge-chat Jeno dan menanyakannya.

Cherry
Jen
Gimana?

Jeno
Lo di rumah?
Gue boleh ke sana?

Apa dia mau ngomongin soal Yayak secara langsung? -batin Cherry.

Cherry
Iya
Boleh

Sekitar 20 menit kemudian, Jeno datang.

"Jeno! Pipi lo!", seru Cherry yang kaget melihat pipi Jeno memar. Jelas itu bukan bekas pukulan dari anggota Cheetah kemarin lusa, tetapi baru. Ia pun segera membukakan gerbang rumahnya.

"Kenapa? Anggota Cheetah mukul lo lagi?", tanya Cherry khawatir.

"Enggak, bukan.", jawab Jeno.

"Terus siapa? Siapa yang mukul lo kali ini?"

Jeno tertawa pelan, "Si brengsek."

Cherry tau siapa si brengsek yang Jeno maksud itu.

Cherry menghembuskan nafas, "Ayo masuk, Jen! Gue obatin."

Kini Jeno dan Cherry sudah duduk di ruang tamu. Cherry sedang mengoleskan salep di pipi Jeno.

"Papa gue udah tau soal Yayak yang masuk rumah sakit, mangkannya dia marah dan pipi gue jadi memar gini."

Cherry hanya diam mendengar penjelasan Jeno.

"Padahal gue udah bilang bukan gue pelakunya, tapi kayaknya dia nggak percaya sama gue. Dia tetap bertanggung jawab atas kesalahan yang nggak gue lakuin. Jadi, kesannya emang bener gue yang udah bikin si Yayak masuk rumah sakit. Iya kan?"

"Tapi gue percaya bukan lo kok pelakunya. Mungkin papa lo sebenarnya juga percaya itu, tapi dia bertanggung jawab semata-mata buat ngelindungi lo, Jen.", ucap Cherry.

"Dia takut lo kenapa-kenapa.", lanjutnya.

Jeno berdecih, "Bukan gue yang dia lindungi, tapi reputasinya. Reputasinya itu jauh lebih berharga dari gue, Cher."

Cherry terdiam sejenak dan berpikir.

"Jen, papa lo itu mungkin aja gengsi. Gue yakin kok, sebenernya dia pasti sayang banget dan peduli ke lo. Tapi, dia nggak bisa ngomong terus terang. Jadi, seolah-olah apa yang dia lakuin itu demi dirinya sendiri.", jelas Cherry.

Jeno hanya diam dan menghela nafas panjang.

"Hmm... Jen, lo mau hot chocolate nggak? Gue buatin.", ucap Cherry yang bangkit dari duduknya.

Jeno mengangguk pelan, "Boleh."

***

Sudah hampir sejam Jeno berada di rumah Cherry, dan kini waktu menunjukkan hampir pukul 21.00.

"Kakak lo pulang jam berapa?", tanya Jeno.

"Biasanya bentar lagi sih.", jawab Cherry.

Ya, belakangan Taeyong selalu pulang kerja malam. Biasanya dulu, sore jam 5 ia sudah ada di rumah, tetapi belakangan ini ia sering pulang malam sekitar jam 9-an karena sedang banyak tugas dari kantor.

Tak lama, terdengar suara mobil Taeyong datang dan memasuki halaman rumah.

Cherry dan Jeno pun keluar rumah untuk memeriksa.

"Kak!", sapa Cherry dari teras rumah.

"Oh?! Jeno?", ucap Taeyong yang kaget melihat Jeno juga ada di sana.

Setelah memarkirkan mobilnya, Taeyong lalu menghampiri mereka berdua.

"Hai kak!", sapa Jeno menjabat tangan Taeyong.

"Malam-malam begini? Kalian ngapain?", tanya Taeyong mengalihkan pandangannya ke Cherry meminta penjelasan.

Karena Cherry seorang perempuan, tentu Taeyong agak protektif padanya. Apalagi ini sudah malam, dan hanya ada mereka berdua saja di rumah.

Mampus, gue pasti diomelin habis ini. -batin Cherry.

"Hmm, maaf kak Taeyong, tadi Jeno datang ke sini karena mau curhat aja sama Cherry. Sekarang karna udah malam, Jeno permisi pamit pulang dulu.", ucap Jeno.

"Oh iya, thanks, Cher. Kata-kata lo tadi udah bikin gue ngerasa jauh lebih baik, and thanks for the hot chocolate too.", lanjutnya sambil tersenyum.

Setelah berpamitan, Jeno pun pulang.

"Cher...", panggil Taeyong.

Tentu saja Cherry tau apa yang diinginkan kakaknya itu. Ia lalu menceritakan alasan Jeno datang dan apa saja yang mereka lakukan tadi.

***

_______________________________________
Vote-ment yaa! Thank you (⁠ ⁠.◜⁠‿⁠◝⁠ ⁠)⁠♡

ILY My Protector | JenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang