23. Everyone Has Problems

388 25 2
                                    

"Jawab, Yak!", ucap Mark sedikit menaikkan nada bicaranya.

"S-sorry.", lirih Yangyang.

"Sebenarnya, tadi Hendery udah ngasih tau gue tentang kesepakatan kalian. Dia udah nyuruh gue buat ngomong jujur, tapi...", ucap Yangyang.

"Tapi apa?", tanya Jeno.

Yangyang menunduk malu, "G-gue perlu uang buat biaya berobat nenek dan biaya sekolah adik kembar gue. Jadi, tadinya gue pikir kalo kesepakatan kalian berjalan lancar, gue bisa dapet uang buat itu."

"Uang? Lo berencana mau bohongin kami cuma demi uang?!", ucap Jeno kesal.

"Lo nggak tau karna belom pernah ngerasa ada di posisi gue, Jen! Orang tua gue udah lama pisah dan nggak tau kemana. Selama ini gue tinggal sama nenek dan kedua adik kembar gue. Sebagai anak pertama, gue ngerasa punya tanggungjawab yang besar ke mereka.", ucap Yangyang.

"Lo beruntung karena terlahir di keluarga yang luar biasa. Hidup lo jauh lebih baik dari gue. Jadi, pasti lo nggak akan tau apa yang gue rasain. Ya, gue ngelakuin ini emang demi uang, Jen!", lanjutnya.

Jeno berdecih, "Tau apa lo soal kehidupan dan keluarga gue? Kenapa lo pikir gue beruntung cuma karna terlahir di keluarga yang menurut lo luar biasa?"

"Kalo lo perlu uang, tinggal ngomong jujur aja, gue pasti bantu. Lo nggak perlu bohong gini.", lanjutnya, lalu keluar dari kamar rawat inap Yangyang.

Mark hanya diam dan pergi menyusul Jeno keluar.

Sementara Yangyang, ia tertunduk malu dan berusaha menahan air matanya.

***

"Fyuh... Akhirnya masalah ini selesai juga.", ucap Mark lega.

Jeno hanya diam tidak merespon ucapan Mark.

"Kenapa? Lo kepikiran omongan Yayak?"

"Gue cuma agak kecewa aja. Bisa-bisanya dia sok tau soal kehidupan dan keluarga gue.", jawab Jeno.

"Udah lah Jen, nggak usah dipikirin.", ucap Mark merangkul pundak Jeno.

"Sekarang lo mau kemana?", tanyanya.

"Gue mau ke tempat les.", jawab Jeno.

"Les? Lo ada les?"

Jeno mengangguk.

"Belakangan gue lihat lo semangat banget les. Tapi, nanti sepulang les lo mampir ke basecamp kan?"

Jeno menggeleng, "Nggak bisa. Selama seminggu ini gue nggak akan pergi ke basecamp dulu. Lo tau sendiri kan papa gue orangnya kayak gimana?"

Mark mengangguk paham.

"Btw Jen, papa lo masih berhubungan sama Tante Olivia?", tanya Mark tiba-tiba.

Jeno sedikit kaget dengan pertanyaan itu.

Ia menghela nafas, "Iya. Nggak perlu dibahas, gue udah capek bahas soal itu, Kak."

"Lo nggak mau coba ngomong lagi soal itu ke kakek, Jen?"

Jeno hanya menggelengkan kepala.

Asal lo tau Kak, justru kakek lah yang udah bikin skenario perselingkuhan itu, dan gue benci dia. -batin Jeno.

***

"Jeno pulang.", ucap Jeno membuka pintu rumahnya.

"Jen!", ucap Doyoung berlari kecil menghampiri Jeno yang masih berdiri diambang pintu.

"Tante..."

"Mama? Kenapa, Kak?"

"Tante pulang-pulang nangis, sekarang dia ada di kamarnya."

Jeno segera pergi ke kamar mamanya.

"Ma, boleh Jeno masuk?", tanya Jeno mengetuk pintu kamar mamanya.

Ceklek...

Mama Jeno membukakan pintu kamarnya. Wajahnya sembab, dan matanya terlihat berkaca-kaca. Ia tersenyum tipis ke arah Jeno, seolah ia baik-baik saja.

"Kamu sudah pulang, Jen.", ucap mama Jeno mengelus pundak putranya.

"Mama kenapa? Apa lagi ulah orang itu ke mama?"

Bibir mamanya perlahan-lahan bergetar, ia terlihat tengah berusaha keras menahan tangisnya agar tidak pecah dihadapan putranya. Namun, air mata yang sekuat tenaga ia tahan, perlahan menetes.

"Maaf Jen, mamamu ini cengeng ya. Mama udah berusaha, tapi mama nggak kuat, Jen. Kamu pernah bilang kalo mama nggak kuat, kamu nggak akan paksa kan?"

"Sekarang, mama bener-bener udah nggak kuat dan capek. Kesabaran mama juga ada batasnya. Mama udah nggak sanggup lagi. Maafin mama, Jen."

Kali ini bukan hanya mamanya yang menangis, tetapi Jeno juga perlahan meneteskan air matanya. Ia bisa membayangkan bagaimana sakitnya perasaan mamanya itu. Doyoung yang menyaksikannya dari jauh saja juga ikut berkaca-kaca.

"Mama nggak perlu minta maaf, Jeno tau apa yang mama rasain, dan mama berhak bahagia.", ucap Jeno.

Jadi, apa mama dan papa akhirnya akan berpisah?

Seharusnya, gue udah siap dan senang akan keputusan ini, karena gue juga yang udah berkali-kali bilang ke mama soal itu.

Tapi, saat itu jadi kenyataan, kenapa hati gue rasanya sakit banget?

***

Hari ini Jeno izin tidak masuk sekolah karena tidak enak badan. Biasanya ia tidak pernah begitu. Jika hanya tidak enak badan sedikit, itu bukan alasan baginya untuk tidak bersekolah.

Ya, karena Donghae cukup ketat pada pendidikan Jeno. Ia baru akan diizinkan tidak bersekolah hanya apabila ada surat dokter yang memang menyuruhnya untuk istirahat di rumah selama beberapa hari.

Dia sakit apa ya? -batin Cherry khawatir.

Triring...

+62...
Hai Cherry, gue Yayak
Lo masih inget gue kan?

Yayak? Ngapain dia tiba-tiba nge-chat gue? -batin Cherry sedikit cemas.

Yangyang memang teman sekelasnya di sekolah lamanya, tapi dulu mereka tidak dekat dan jarang mengobrol. Apalagi saat ini, Cherry tahu bahwa Yangyang adalah anggota Cheetah. Jadi, tentunya ia harus berhati-hati padanya.

Cherry
Iya, inget

+62...
Gue mau ngomong sesuatu sama lo
Pulang sekolah nanti lo free gak?

Cherry
Kalo boleh tau mau ngomongin apa?
Gak bisa ngomongnya lewat chat aja?

+62...
Soal Jeno
Kemarin gue ngelakuin kesalahan ke dia
Gue mau minta maaf, tapi dia gak respon chat gue
Lo bisa bantu?
Gue gak mau musuhan sama Jeno

Oh, ini soal Jeno. Tapi, kenapa dia malah minta tolong ke gue? -batin Cherry bingung.

Cherry
Mau ketemu dimana?

+62...
Cafe deket sekolah lo aja

Cherry
Oke

***
_______________________________________
Today's Quote:
Everyone has their own problems. Maybe other people's lives look sweet on the outside but actually have a much bitter taste than we think. We can't judge other people's lives much better than ours, because we don't know how they feel. -ay.

As always, vote-ment yaa! Thank you and have a nice day (⁠ ⁠.◜⁠‿⁠◝⁠ ⁠)⁠♡

ILY My Protector | JenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang