22. Take Advantage

401 27 0
                                    

"Sorry ya Jen, tiba-tiba gue jadi sensitif tadi.", ucap Cherry.

Setelah kejadian di cafe yang membuat Cherry menangis, kini Jeno dan Cherry sudah berada di depan gerbang rumah Cherry.

Jeno tersenyum dan mengelus pucuk kepala Cherry, "You're like a baby, cry a lot."

Pipi Cherry memerah, ini kesekian kalinya Jeno membuatnya salting karena perkataannya.

"I'm not a baby Jen, just sensitive!", ucap Cherry cemberut.

TIN TIN....

Suara klakson mobil Taeyong berhasil mengagetkan Cherry dan Jeno.

"Oh?! Kakak?", Cherry terkejut melihat kehadiran mobil kakaknya di belakang motor Jeno.

Tumben dia udah pulang jam segini? -batin Cherry.

Jeno lalu memajukan motornya agar mobil Taeyong dapat lewat, dan Cherry membukakan gerbang rumahnya. Mobil Taeyong pun masuk ke halaman rumah. Setelah memarkirkan mobilnya, Taeyong keluar.

"Nggak mampir dulu, Jen?", tanya Taeyong.

"Enggak kak, mau langsung pulang aja, mungkin lain kali.", jawab Jeno tersenyum.

"Cher, gue pulang dulu ya!", pamit Jeno, lalu pergi.

Taeyong berdehem, "Jadi, gimana hubungan lo sa--"

"Dek, lo habis nangis?!", tanya Taeyong yang kaget melihat wajah adiknya sembap.

Cherry menutup wajah dengan kedua tangannya, "Enggak kok."

"Apanya yang enggak? Jelas-jelas muka lo sembap, jelek banget lagi. Lo kenapa?", tanya Taeyong lagi.

"Hmm... Efek lagi datang bulan nih kayaknya, mangkannya jadi sensitif banget hari ini. Nggak tau kenapa tiba-tiba jadi pengen nangis aja tadi.", jawab Cherry berbohong.

"Jadi, tadi lo nangis di depan Jeno?"

Cherry terdiam sejenak, sesaat kemudian ia menyadari bahwa perkataan kakaknya benar.

Anjir, udah gila lo, Cher! Ngapain tadi gue pake nangis sesenggukan segala dipelukan Jeno?! -batin Cherry.

Memikirkan kejadian tadi, membuatnya merasa malu dengan dirinya sendiri. Ia lalu menggusrak-gusrak kasar rambutnya.

"Dih, lo kenapa lagi? Baru tau gue, ternyata efek datang bulan bisa bikin orang jadi nggak waras.", ucap Taeyong, lalu berjalan menjauh dari Cherry.

"Huuuh... Kakaaak!"

***

Tok tok...

"Jen, are you there? It's me, Mark. May I come in?", tanya Mark mengetuk pintu kamar Jeno.

Ceklek...

Jeno membuka pintu kamarnya.

"Kak, ngapain lo ke sini?", tanya Jeno bingung.

Mark masuk dan menutup pintu kamar Jeno.

"Are you crazy, Jen? Ngapain lo nanggepin omongan Hendery?!", ucapnya.

Jeno menghela nafas.

"Pasti Haechan yang cerita.", gumamnya.

"Papa lo kan udah nyelesaiin masalah ini. Kenapa lo malah bikin masalah lagi, Jen?", tanya Mark.

"Bikin masalah? No, Kak! Justru gue coba buat nyelesaiin masalah ini.", jawab Jeno.

"Padahal tadinya gue nggak mau ngurus masalah Yayak karena bukan gue pelakunya. Tapi karena udah terlanjur, sekarang mau nggak mau, gue harus bersihin nama gue dari tuduhan mereka.", lanjutnya.

ILY My Protector | JenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang