15. Cafe

524 34 5
                                    

"Maaf Jen, tadi gue masih nunggu ojek. Udah dari tadi?", tanya Cherry yang baru saja tiba di cafe.

Sesuai perjanjian kemarin, hari ini, hari Sabtu, Jeno dan Cherry akan mulai membahas tugas kelompok mereka. Sebenarnya, tenggat waktunya masih dua Minggu, tetapi Cherry ingin menyelesaikan tugasnya dengan lebih cepat agar tidak menumpuk nantinya.

Ya, itu karena tugas-tugas sekolah mereka memang tidak ada habisnya, belum selesai satu, akan muncul tugas baru lainnya.

Jeno menggeleng, "Enggak kok, barusan."

"Udah pesen?"

"Udah."

"Kalo gitu gue pesen minum dulu bentar ya!"

Jeno mengangguk dan tersenyum.

***

Cherry lupa bahwa sekarang adalah malam Minggu, pantas saja cafe itu ramai sekali. Setelah mengantri dan selesai memesan minuman, Cherry kembali ke meja tempat Jeno berada. Di sana, terlihat Jeno yang menundukkan kepala seperti sedang tertidur.

 Di sana, terlihat Jeno yang menundukkan kepala seperti sedang tertidur

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Eh dia tidur? -batin Cherry.

Cherry lalu memeriksa jam di handphone-nya.

Padahal masih jam tujuh. -batinnya.

Apa dia nggak enak badan?

Cherry jadi tidak tega untuk membangunkan Jeno.

Ketika Cherry baru saja duduk, Jeno tiba-tiba mengangkat kepalanya. Itu membuat Cherry tampak kaget.

"Oh Cher, udah pesennya?"

Cherry mengangguk.

"Lo lagi nggak enak badan, Jen?", tanya Cherry.

Jeno menggeleng, "Enggak, cuma agak pusing dikit."

"Jadi, kita mau mulai darimana bahas tugasnya?", tanya Jeno.

"Ah-oh iya, kita mulai dari nentuin narasumbernya. Kira-kira siapa ya?"

"Hmm...", Jeno tampak berpikir.

"Gimana kalo kakek atau papa lo?", tanya Cherry tiba-tiba.

Jeno terdiam mendengar saran dari Cherry itu.

"Jen? Gimana?"

"Kalo bisa jangan mereka."

"Hah? Kenapa? Mereka sesibuk itu ya?"

Jeno menghela nafas, "Bukan karna itu, tapi kita cari narasumber lain aja."

Cherry semakin bingung dengan alasan Jeno.

"Kalo papa lo? Emang nggak bisa juga? Dia pasti mau kan bantu tugas anaknya?"

Lagi-lagi Jeno hanya diam tidak menjawab.

Padahal gue pernah cerita ke lo soal si brengsek itu, Cher. Lo udah lupa ya? Haha iya sih, buat apa juga lo harus inget soal itu? -batin Jeno.

"Permisi, mbak, mas, ini pesanannya, dua hot chocolate.", ucap seorang pelayan mengantarkan pesanan.

"Terima kasih, mbak."

"Wah, gue baru tau ternyata lo suka hot chocolate juga, Jen?"

"Gue juga baru tau kalo lo juga suka."

"Haha iya. Sebenarnya sih dulu biasa aja, tapi setelah papa bilang ini kesukaan mama, I really love hot chocolate."

"Sekarang orang tua lo dimana?", tanya Jeno.

"Mereka udah pergi jauh dan nggak akan pernah kembali ke dunia ini lagi, Jen."

Jeno membelalakkan matanya kaget, "Oh maaf Cher, gue nggak bermaksud-"

"It's okay, mereka udah bahagia dan bertemu satu sama lain sekarang."

"Lo beruntung masih punya orang tua yang lengkap, Jen. Mama gue pergi beberapa hari setelah ngelahirin gue, dan setahun yang lalu papa pergi menyusul. But, gue bersyukur karna masih punya kak Taeyong yang sayang banget sama gue. Nggak tau akan gimana jadinya kalo kak Taeyong nggak ada di kehidupan gue."

"Ah maaf, gue jadi cerita yang nggak penting."

Jeno tersenyum, "Cher, lo lupa ya? Gue kan pernah bilang kalo gue akan jadi pendengar yang baik. Jadi, lo bisa ceritain apapun ke gue, mau itu hal yang penting ataupun enggak, gue pasti akan dengerin semuanya. Dan gue rasa ini awal yang baik dengan lo mulai cerita sedikit tentang keluarga lo.".

Cherry hanya diam mendengar ucapan Jeno itu, dan perlahan wajahnya sedikit memerah.

Shit, gimana bisa seorang Jeno Lee bikin anak orang salting kayak gini? -batin Cherry.

***

Setelah sekitar satu setengah jam di cafe, hasil diskusi yang mereka dapatkan yaitu Jeno bilang akan mencoba menanyakan kesediaan papanya untuk wawancara, dan mereka juga sudah menyiapkan beberapa pertanyaan untuk wawancara. Namun begitu, syarat dari Jeno yaitu mereka harus tetap mencoba mencari narasumber cadangan kalau-kalau papanya tidak bisa, maka ia juga tidak akan memaksanya.

Saat ini, mereka sedang dalam perjalanan ke basecamp Dreams. Sebenarnya, Jeno tadinya ingin mengantar Cherry pulang, sebelum akhirnya Renjun menelpon dan menyuruhnya untuk segera ke basecamp karena ada sesuatu yang urgent.

"Nggak apa Jen gue ikut aja, biar lo nggak bolak-balik nanti, sekalian sejalan."

Kenapa nada bicara Renjun tadi kelihatan cemas? Ada apa? -batin Jeno khawatir.

Cherry yang berada di sana dan mendengar sedikit pembicaraan Jeno dan Renjun juga terlihat khawatir.

Ada apa kira-kira di basecamp Dreams?

***

_______________________________________
Vote-ment yaa, thank you (⁠ ⁠.◜⁠‿⁠◝⁠ ⁠)⁠♡

ILY My Protector | JenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang