24. Apologize

369 25 0
                                    

Jarak dari sekolah ke cafe tempat Cherry dan Yangyang janjian tidaklah jauh. Ia cukup menyebrang dan jalan melewati empat bangunan toko saja.

"Cher! Lo mau kemana?", tanya Jaemin yang mengendarai motornya dan hendak menyebrang juga.

"Ke cafe Louise.", jawab Cherry.

"Ayo naik! Gue anterin.", ucap Jaemin.

"Nggak u--"

"Naik, Cherry!", tekan Jaemin.

Cherry pun naik ke motor Jaemin.

"Mau ngapain ke sana? Bahas tugas kelompok? Tapi kok lo sendirian? Temen-temen lo mana?", tanya Jaemin. Ia bahkan tidak membiarkan Cherry menjawab satu persatu pertanyaannya lebih dulu.

"Enggak Na, gue mau ketemu seseorang.", jawab Cherry.

"Hah? Mau ketemu siapa?"

Cherry tampak diam, ia sedang berpikir bagaimana reaksi Jaemin jika tahu bahwa orang yang akan ia temui itu adalah Yangyang.

"Cherry...", panggil Jaemin.

"Temen dari sekolah lama gue, Na.", jawab Cherry.

Jaemin hanya ber-oh saja mendengar jawaban Cherry.

Setibanya mereka di cafe, Cherry bergegas turun dari motor Jaemin.

"Makasih tumpangannya.", ucap Cherry.

Jaemin membalasnya dengan anggukan.

"Cher, jangan lupa hari Minggu ya! Gue jemput.", ucap Jaemin, sebelum akhirnya pergi.

Setelah Cherry melihat Jaemin pergi, ia pun masuk ke dalam cafe.

Yangyang terlihat sudah duduk di salah satu kursi dan menunggu kedatangannya.

"Hai, Yak!", sapa Cherry.

"Oh, Cherry! Maaf ya, gue mendadak ngajak ketemuan gini.", ucap Yangyang.

"It's okay, tapi gue nggak bisa lama-lama."

"Oke. Jadi langsung aja ya, sebenernya kemarin itu Jeno dan Mark dateng ke rumah sakit buat nemuin gue dan ngomong soal siapa pelaku yang udah bikin gue masuk rumah sakit."

"Tapi bodohnya gue, bukannya ngomong jujur, gue malah kepikiran mau manfaatin taruhan Jeno dan Hendery. Jadi, Jeno marah banget ke gue. Semalem, gue udah chat dia buat minta maaf, tapi dia nggak respon chat gue sama sekali.", jelas Yangyang.

Cherry hanya diam dan menghela nafas.

Gue tau Jeno pernah sekali bolos karena ada masalah sama papanya, tapi kayaknya nggak mungkin kalo alasan Jeno nggak masuk sekolah hari ini cuma karena masalahnya sama Yayak. Apa dia bener sakit ya? -batin Cherry.

"Cher, lo bisa bantu kan?", tanya Yangyang.

"Y-ya?"

"Lo pasti pernah ke rumah Jeno kan? Kalo gitu lo tunjukin jalannya, dan kita ke sana sekarang!", ucap Yangyang.

"Se-sekarang banget nih?!"

Yangyang mengangguk.

"Tapi Yak, Jeno tadi nggak masuk sekolah karena sakit.", ucap Cherry.

"Ya udah kalo gitu sekalian kita jenguk dia aja, gimana?"

Cherry terdiam dan berpikir sejenak. Menurutnya, ide Yangyang tidaklah buruk, lagi pula ia juga agak penasaran dan khawatir terkait kondisi Jeno.

Cherry pun membalas ajakan Yangyang dengan anggukan.

***

Saat ini, Cherry dan Yangyang baru saja tiba di depan gerbang rumah Jeno. Cherry tadi dibonceng oleh Yangyang.

Ada hal yang telah Cherry lupakan. Ia lupa kalau tidak sembarang orang bisa masuk ke rumah Jeno. Ya, karena penjagaannya cukup ketat. Jika tidak memiliki janji, maka mereka tidak dapat masuk.

"Yak, gue lupa kalo nggak sembarang orang bisa masuk.", ucap Cherry.

"Hah?! Maksud lo gimana, Cher? Lo kan temen Jeno. Emangnya nggak bisa?"

Cherry menggeleng pelan.

Gue aja pas itu beruntung karena kebetulan ada kak Doyoung, jadi bisa masuk. -batin Cherry.

"Cher, coba lo telpon si Jeno, bilang kalo lo ada di depan rumahnya."

Cherry hanya diam menatap ponselnya, entah kenapa ia ragu untuk menelpon Jeno.

"Kenapa, Cher?", tanya Yangyang heran.

"Gue takut nggak diangkat.", jawab Cherry pelan.

Yangyang tertawa, "Kalo gue wajar aja nggak diangkat, tapi kalo lo sih gue yakin pasti diangkat. Coba aja dulu."

Cherry pun memberanikan diri untuk menelpon Jeno.

"Halo. Kenapa, Cher?"

Yangyang yang mendengar suara Jeno keluar dari handphone Cherry, tersenyum tipis.

Gue bilang juga apa, mangkannya gue butuh bantuan lo, Cher. -batin Yangyang.

"Hmm Jen, lo ada di rumah nggak?"

"Iya, gue di rumah. Kenapa?"

"Sekarang gue ada di depan rumah lo."

"Hah?! Serius? Sekarang lo ada di depan, Cher?! Bentar-bentar gue keluar."

Tidak berapa lama, Jeno pun keluar dari rumahnya. Ia sempat kaget dan menghentikan langkahnya sejenak saat melihat ternyata bukan hanya Cherry saja yang ada di depan gerbang rumahnya, melainkan ada Yangyang juga.

Setelah membukakan gerbang, Jeno langsung menarik Cherry ke sisinya, menjauh dari Yangyang.

"Mau apa lo?", tanya Jeno dengan nada dingin ke arah Yangyang.

Aura Jeno tampak seram sekarang.

"Jen, gue mau minta maaf. Harusnya gue nggak ngelakuin itu kemaren.", ucap Yangyang.

"Kalo lo mau minta maaf, kenapa harus ngajak Cherry? Lo maksa dia buat ikut?", tanya Jeno.

"Cher, apa Yayak maksa lo? Dia ngapain aja ke lo? Apa dia ngancem lo?", tanya Jeno berganti menatap Cherry.

Cherry menggeleng, "Dia emang minta tolong ke gue, karena lo nggak respon chat-nya, Jen. Tapi, Yayak nggak maksa ataupun ngancem gue kok."

Gue sendiri yang juga mau ke sini karena penasaran sama kondisi lo, Jen. -batin Cherry.

"Hmm... Jen, lo mau maafin gue kan?", tanya Yangyang.

Jeno menghela nafas berat dan memalingkan wajahnya.

"Jen, maafin aja, kasihan. Dia juga udah ngaku dan tau apa kesalahannya.", bisik Cherry sambil menyenggol pelan lengan Jeno.

Jeno lalu menatap Yangyang, "Tapi ada syaratnya."

"A-apa?"

"Gue minta nomor rekening lo yang bisa ditransfer."

Yangyang terkejut, dan matanya tiba-tiba mulai berkaca-kaca.

"Nggak usah lebay gitu, gue cuma mau bantu nenek dan adik lo sebisa gue aja."

Cherry yang ada di sana dan tidak tahu apa maksud pembicaraan mereka, hanya menatap keduanya dengan tatapan bingung.

"Thank you, Jen.", ucap Yangyang terharu.

***

_______________________________________
Vote-ment yaa! Thank you. (⁠ ⁠.◜⁠‿⁠◝⁠ ⁠)⁠♡

ILY My Protector | JenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang