20. Jealousy?

466 29 4
                                    

Pagi ini, Jeno datang menjemput Cherry lagi untuk berangkat bersama ke sekolah. Namun, kali ini ia tidak datang dengan tiba-tiba. Tadi malam ia sudah berbicara kepada Cherry bahwa ingin mengajaknya berangkat bersama lagi besok, dan Cherry setuju.

"Jen, nanti lo ada les?", tanya Cherry sambil memasang helmnya.

Jeno menggeleng, "Enggak, kenapa?"

"Mau lanjut bahas tugas wawancara nanti nggak? Sekalian nentuin narasumber pengganti.", ucap Cherry.

"Boleh.", jawab Jeno.

***

Jeno dan Cherry baru saja tiba di sekolah. Saat Jeno memarkirkan motornya, tiba-tiba ada motor lain yang datang dan parkir tepat di sebelahnya.

"Oh? Nana?!", ucap Cherry kaget.

Ya, orang itu Jaemin, biasanya ia membawa mobil ke sekolah, tetapi hari ini ia membawa motor. Ini kali pertama Cherry melihat Jaemin membawa motor ke sekolah.

"Tumben lo bawa motor ke sekolah?", tanya Jeno.

"Lagi pengen aja.", jawab Jaemin sambil melepaskan helmnya.

"Cher, pulang sekolah nanti lo ada rencana nggak?", tanya Jaemin.

"Dia udah ada janji sama gue mau bahas tugas kelompok nanti.", jawab Jeno.

"Iya Na, gue mau bahas tugas kelompok sama Jeno nanti. Kenapa, Na?", tanya Cherry.

"Yah... Padahal gue mau ngajak lo jalan, Cher. Gue kangen jalan dan ngobrol lama sama lo. Gue juga pengen tau hal-hal apa yang sekarang lo suka ataupun enggak. It's been a long time, Cher. I miss all those moments."

Mendengar Jaemin berkata begitu, membuat Cherry terdiam sejenak.

Sementara, Jeno pun ikut diam dan menghela nafas panjang. Jujur saja, ia tidak menyukai ucapan jujur yang keluar dari mulut Jaemin. Entah kenapa ia merasa kesal sekarang.

"Na, kita masih bisa ngelakuin semua itu lain waktu."

"When?", tanya Jaemin.

"Next time when we're both free.", jawab Cherry.

"Hmm... How about this weekend? Are you free this weekend?", tanya Jaemin lagi.

"Jaem, lo nggak bisa maksa Cherry gitu. Kalo dia nggak mau--", ucap Jeno terpotong.

"Gue nggak maksa Jen, cuma nanya."

Cherry menghela nafas, "Yes, I'm free."

"Okay, deal. Kita jalan bareng hari Minggu ini ya, promise?", ucap Jaemin senang dan mengangkat jari kelingkingnya ke Cherry.

Cherry pun mengaitkan jari kelingkingnya ke Jaemin, "Promise."

Jeno yang sepertinya tak tahan melihat interaksi Cherry dan Jaemin, hanya membuang muka.

They both are just childhood friends, but why do i hate to see that? Shit, menyebalkan. -batin Jeno.

***

Kegiatan sekolah berjalan seperti biasa, dan kini tiba waktunya pulang.

Cherry dan Jeno terlihat sedang berjalan ke arah parkiran.

"Jen, kita mau bahas tugas kelompok dimana? Basecamp Dreams?", tanya Cherry.

"Enggak, kita ke cafe aja.", jawab Jeno.

Karena papanya sudah melarangnya untuk pergi ke basecamp dan balapan, jadi lebih baik untuk sementara waktu Jeno tidak pergi ke sana. Namun, bukan berarti ia tidak akan pernah ke basecamp itu lagi, karena bagaimanapun ia pasti tetap akan pergi ke sana nantinya.

Cherry hanya diam dan menganggukkan kepalanya.

"Lo kenapa pengen ke basecamp Dreams? Pengen ketemu Jaemin?", tanya Jeno.

Cherry membulatkan matanya, "Apa kata lo barusan? Pengen ketemu Jaemin? Apaan sih, Jen?! Kenapa lo ngomong gitu?!"

"Ya, kali aja, lo pengen ketemu sama temen masa kecil lo itu.", ucap Jeno.

Cherry menghela nafas, "Jen, tadi pagi lo denger kan, apa yang gue sama Jaemin omongin? Gue udah nolak ajakannya karena kita mau bahas tugas kelompok. Kenapa sekarang lo malah ngomong kayak gitu?"

"Nolak? Bukannya tadi kalian jadi janjian jalan bareng hari Minggu ya?", tanya Jeno.

"Ya, terus kenapa, Jen? Yang penting sekarang kita jadi kerja kelompok kan? Nggak ada hubungannya sama itu.", jawab Cherry.

"Kalo gitu bukan nolak namanya, Cher. Harusnya lo bilang enggak sekalian kalo mau nolak.", gumam Jeno.

"Lo kenapa sih, Jen? Ada masalah?", tanya Cherry bingung.

Masa sih... Dia cemburu?... Enggak, nggak mungkin lah Cher, ngapain juga dia harus cemburu? -batin Cherry.

"Ya, gue nggak suka.", gumam Jeno pelan.

"Hah? Lo bilang apa, Jen?", tanya Cherry yang tidak bisa mendengar ucapan Jeno dengan jelas.

Tiba-tiba seseorang muncul di antara Cherry dan Jeno. Orang itu adalah Haechan.

Haechan berdehem, "Kalian mau kemana nih? Belakangan kelihatan nempel terus kayak perangko."

"Bukan urusan lo.", jawab Jeno dingin.

"Serem amat Bro, santai dong!"

"Kita mau bahas tugas kelompok, Chan.", ucap Cherry.

"Oh, dimana? Basecamp?", tanya Haechan.

"Enggak, cafe.", jawab Jeno.

Haechan memincingkan mata dan tersenyum.

"Kenapa? Lo mau ikut?", tanya Jeno.

Jelas pertanyaan yang ia lontarkan itu tidak sungguh-sungguh, tetapi...

"Oh?! Boleh? Gue mau sih kalo lo nggak keberatan. Sekalian gue mau berguru matematika sama lo, Jen. Demi masa depan gue nih. Lo janji mau bantu kan?", jawab Haechan mengedipkan mata ke arah Jeno.

Cih, demi masa depan apaan?! -batin Jeno.

Jeno tahu maksud Haechan. Masa depan yang ia maksud adalah memenuhi syarat hasil confess-nya buat masuk 10 besar paralel di semester ini. Ternyata, seorang Haechan benar-benar berniat melakukannya.

Jeno memelototi Haechan, memberikannya kode agar ia membatalkan rencananya untuk ikut dengan mereka.

"Kalian tenang aja, nanti gue nggak akan ganggu diskusi kalian kok. Gue cuma mau nanya beberapa soal yang sulit aja, sisanya gue kerjain sendiri. Boleh kan, Cher?", tanya Haechan tersenyum.

Cherry mengangguk pelan, "Y-ya, boleh aja sih."

Anjir nih anak, ngapain sih pake acara mau ikut juga?! -batin Jeno.

_______________________________________
Vote-ment yaa! Thank you (⁠ ⁠.◜⁠‿⁠◝⁠ ⁠)⁠♡

ILY My Protector | JenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang