Part 14

466 50 1
                                    

Ling He menganga tak berkedip memandangi foto pernikahan Sean dan Yibo.

"ehem.." Yibo berdehem dan itu membuat Ling He tersadar dari semua kebingungan dan keterkejutannya. Ling He menatap Yibo, lalu Sean yang berbaring di atas ranjang sedang menggigil. Cepat Ling He berlari keluar kamar. Sekarang bukan saatnya memikirkan hal yang... bagaimana mengatakannya. Sean sedang sakit dan ia harus bisa merawatnya. Karna sepertinya Yibo tak bisa merawat Sean.

Ling He kembali ke dalam kamar membawa handuk kecil dan baskom. Di kompresnya dahi Sean dengan handuk itu (aish, author gak tau cara ngurus orang sakit. Jadi, skip aja bagian ini yah)

.

.

.

Yibo terus memegangi tangan Sean ketika Ling He kembali mengecek suhu tubuh Sean. ia lalu mengambil handuk yang sudah menyerap panas Sean dan mengompresnya kembali.

Berjam-jam dua pemuda tampan itu lalui dengan menatap Sean dalam keheningan. Ling He melihat hari mulai gelap. Dan seharusnya ia pulang saat ini. namun, ia juga mementingkan kondisi Sean yang belum sadarkan diri walaupun panasnya sudah sedikit menuurun. Tiba-tiba suara dering smartphone Ling He mengintrupsi keheningan yang tercipta. Ling He langsung merogoh sakunya dan melihat siapa yang menelepon.

"Halo.." Ling He mengangkat telpon itu berjalan menjauh dari ranjang Sean dan Yibo

Tak selang beberapa lama Ling He kembali menghampiri Yibo dan Sean. ia sudah tak menelepon lagi. kelihatannya tergesa-gesa.

"..kalau handuknya kering. Kau tinggal mengompresnya lagi. tadi kau melihat caraku melakukannya bukan ?. aku harus pergi, rawat dia dengan baik."

usai berucap. Ling He berjalan ke arah pintu hendak keluar dari sana

"tunggu." Suara itu sukses menghentikan langkah pemuda itu. Ia langsung menoleh ke sumber suara—Yibo. Ling He yakin tadi ia mendengar Yibo mengatakan sesuatu padanya. Tapi, tidak mungkin. Yibo itu tak bicara pada sembarangan orang. Dan Ling He ? apa alasannya ?

"...jangan beritau siapapun.."\

Kali ini Ling He yakin ia mendengarnya dengan jelas. Si es kutub bicara padanya. Great...tiba-tiba sifat jahilnya muncul. Hanya saja, ia yang harus pergi saat ini tak bisa di toleransi. Padahal ia masih ingin di sini menjaga Sean dan menjahili suaminya yang terkenal dingin, dan berekspresi datar itu. kapan lagi ia bisa menjahili Yibo. namun sekali lagi, ia harus melewatkan kesempatan itu. mungkin lain kali.

"...jangan khawatir. aku bisa menjaga rahasia.."

Blam...

Selesai berucap Ling He langsung menghilang di balik pintu. Meninggalkan Yibo dan Sean di dalam sana.

Yibo POV

Aku tidak tau kenapa aku sangat khawatir padanya. Aku tidak tau kenapa aku berharap dengan menggenggam tangannya aku bisa menyalurkan kekuatan padanya. Aku tidak tau kenapa aku sedih melihatnya seperti ini. apa aku mulai menyayanginya ?

Tidak!.

Aku menggeleng cepat. Menyayanginya ? tidak mungkin. Tidak akan secepat itu aku bisa menyayangi laki - laki ini. aku langsung melepas genggaman tanganku di tangannya dan berdiri.

Aku menatap wajahnya yang tidur dengan damai. Manis..., yah... walaupun terlihat sangat pucat seperti halnya orang sakit. Dia tetap manis...

Yah... aku akui dia memang manis. sejak mamanya sean mendandanninya seperti seorang wanita. Aku jadi sering memuji dan mengagumi wajahnya itu. dia memang benar-benar cantik dan lucu saat menggerutui hal itu. aku benar-benar di buat gelagapan saat berdua dengannya di dalam mobil.

Baiklah. Aku rasa aku akan belajar menerima apa yang aku rasakan. aku akan mengakui kalau aku memang mulai menyayanginya. Tidak ada yang salah bukan ? hanya menyayanginya. Dan kalaupun nanti aku jatuh cinta padanya, memangnya kenapa ? dia istriku.

Aku kembali duduk di pinggir ranjang menatap wajah damainya. aku mengambil handuk yang ternyata sudah kering. Lalu mengompresnya seperti yang di lakukan laki – laki tadi tadi entah siapa namanya.

Yibo POV end

.

.

.

"eugh.." matahari yang mulai menampakan kekuasaannya mengusik tidur Sean. hanya saja merasa terlalu nyaman dan hangat. Membuatnya enggan membuka mata dan meninggalkan ranjangnya nyaman. Sean mengeratkan pelukannya dan berniat kembali menjelajahi alam mimpi. Tapi...

Tunggu. Pelukan ? mengeratkan pelukan ?.

Tiba-tiba Sean membuka matanya lebar-lebar. Ia langsung meregangkan pelukannya pada sesuatu di hadapannya itu dan mendorong dirinya sedikit menjauh ke belakang. Merasa sadar sepenuhnya ia langsung menjauh dari sesuatu di hadapannya itu—Yibo. sean membulatkan matanya dan duduk di atas ranjang menatap Yibo dengan wajah shock.

Apa tadi baru saja mereka tidur berpelukan ?

Sean tidak tau kenapa ia bisa berpelukan dengan Yibo di tempat tidur. ia bergidik. memilih tidak memikirkannya dan berjalan ke kamar mandi. Ia harap ia tak melakukan sesuatu yang membuatnya terlihat seperti pria gay.

.

.

.

To Be Continue

SECRETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang