Part 29

335 41 0
                                    

"Yibo?".

"Yibo, kau sudah tidur?".

merasa yang bersangkutan tak merespon. sean menoleh kearah yibo yang berbaring disampingnya. sean ingin bertanya sesuatu yang dari atdi terus mengganggu pikirannya. tapi melihat yibo sudah terlentak tak sadarkan diri hanya bisa membuatnya menghela napas berat.

sean berdecak, kembali menatap langit – langit kamar mereka.

"Apa kalian semua gay? hehh.... mengecewakan sekali, padahal banyak gadis yang mengidolakan kalian. hhh....." . monolog sean sebelum menarik selimut membelakangi yibo ikut menyusul pemuda tampan itu kea lam mimpi.

.

.

.

.

Yibo menatap pemuda yang masih tertidur disampingnya. bibirnya membentuk sebuah senyum kecil, sedangkan matanya bergerak – gerak menelusuri tiap lekuk wajah sean dari dekat. pemuda bermarga wang itu mengangkat tangan kanannya menyentuh helaian rambut yang menutupi wajah sean lalu menyingkirkannya. senyumannya makin mengembang melihat wajah sean kini tampak lebih jelas. jari panjangnya kembali menyentuh rambut sean dan mengelusnya, turun kedahi, mata, hidung, pipi, dagu dan bibir bawah sean.

Senyuman yibo tiba – tiba hilang saat menyentuh bibir sean. dia terus menatap bibir itu penuh arti sambil itu menjilati bibirnya sendiri. entah kenapa dia ajdi berpikir bagaimana rasanya bibir bewarna pink nan menggoda itu jika menyentuh bibirnya.

yibo mengulum bibirnya sendiri sebelum menggeleng kuat – kuat menghilangkan pikiran gila itu dari otaknya. buru – buru yibo bangkit dari tidurnya menuju kamar mandi. sebenarnya tanpa yibo sadari, sean sudah bangun sebelumnya tanpa yibo sadari.sean sudah bangun sebelum dia mempunyai pikiran gila akan bibir sean. tapi dia berpura – pura tidur merasa seseorang menyentuh wajahnya. tepat saat yibo memasuki kamar mandi, sean membuka matanya, ia tampak berpikir, berpikir tentang kejadian barusan, berpikir kenapa dia diam dan pura – pura masih tidur saat ia tau yibo memperlakukannya demikian, ada apa dengannya?

sebenarnya sean tak mau mengakuinya, tapi jujur dia menyukai jari yibo yang menyentuh wajahnya. Aishh... sean, apa yang kau pikirkan?! kau pasti sudah gila!.

sean bangun dan duduk diatas ranjang menepuk – nepuk kedua pipinya sembari menggeleng kuat – kuat.

"Kau kenapa?". sean langsung menoleh saat seruan itu dilontarkan dan mendapati yibo yang berdiri di depan pintu kamar mandi menatapnya aneh. sean langsung bersikap senormal mungkin, berdehem, menyibakkan selimut dan menuruni ranjang.

"kau sudah selesai? bersiaplah, aku tidak mau terlambat". ucap sean sebiasa mungkin menghampiri yibo dan memasuki kamar mandi.

"Terlambat? memangnya kita mau kemana?".

"Tentu saja sekolah, dasar bodoh!" umpat sean lari dalam kamar mandi.

"Sebenarnya siapa yang bodoh? ini hari minggu". sean yang tengah menyikat gigi menghentikan gerakannya. sebenarnya ada apa dengannya?, bahkan hari libur pun tak ia ingat.

.

.

.

.

"Sudah atau belum?".

"jangan tanyai aku! aku sama sekali tidak mengerti hal seperti ini".

"Kau saja tidak mengerti, apalagi aku. Ck!".

sean dan yibo berdiri di depan kompor memandangi panic berisi ramyun yang tengah dimatangkan didalam sana. mereka sama – sama memegang sumpit, bersiap kalau – kalau ramyunnya sudah matang. hanya saja, untuk bisa mengetahui ramyun itu sudah bisa dimakan atau belum mereka tidak tau. lalu, apa gunanya sumpit itu?.

"Mungkin seperti ini sudah matang". yibo menarik untaian ramyun dari dalam panic degan sumpitnya. memperlihatkan hasil kerja keras pada sang istri yang hanya mengiyakan ucapan yibo. sean pun menjulurkan tangannya mematikan kompor.

Sementara yibo langsung mengangkat panic itu dengan sapu tangan tebal di tangannya. sean mengikuti pemuda tampan itu berjalan kearah meja makan dan duduk disalah satu kursi. setelah pancinya diletakkan diatas meja, kedua orang itu hanya menatap isi panci tanpa niat menyentuhnya sama sekali. sebenarnya apa yang mereka pikirkan? bukannya ramyun sudah matang?.

Tiba – tiba yibo mengangkat kepalanya menatap sean. begitupun sebaliknya. mereka saling bertatapan dalam diam selama beberapa menit sebelum akhirnya suara gelak tawa menghiasi ruang makan itu.

"HAHAHAHAHAHA..."

Rasanya tidak ada yang lucu. lalu... kenapa mereka tertawa?

"Shhh.... cepat makan ramyunnya sebelum mengembang". yibo menyumpit untaian ramyun didalam panci dan meniupnya.

"Bagaimana?". sean masih bertahan pada posisinya memegang sumpit tanpa niat mencelupkan sumpit itu kedalam panci dan melilitkannya pada untaian ramyun di dalam sana. ia menatap yibo yang telah memasukkan satu suapan ramyun kedalam mulut. pemuda yang lebih muda darinya itu terlihat berpikir sambil mengecapi rasa ramyun buatan mereka.

"kalau kau tidak mau, buatku saja semuanya". ujar yibo setelah menelan ramyunnya hendak menarik panci berisi ramyun itu mendekati kearahnya tapi langsung di tahan oleh sean. sean pun mengambil untaian ramyun dan mencicipinya sebelum sebuah senyum lebar mengembang diwajahnya meresapi rasa ramyun hasil karya mereka yang ternyata tidak buruk sama sekali.

"Lumayan, kita berbakat juga, hahahha..." ucap sean di sela melahap ramyun. hal yang sama juga dilakukan yibo.

Keduanya makan dengan lahap. ini pertama kalinya mereka memasak dan hasilnya tak mengecewakan. suatu kebanggaan sendiri bagi mereka bisa menggunakan kompor hari ini. untung saja saat memeriksa isi lemari mereka mendapati 3 bungkus ramyun di sana. lumayanlah untuk perut keroncongan mereka di hari libur.

To Be Continue       

SECRETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang