Part 25

419 44 2
                                    

Pagi datang dan sean rasa ia mengalami dejavu. entah bagaimana ceritanya dia bisa menggerakkan tubuhnya yang sakit hingga memeluk yibo. sean ingin melepaskan pelukannya dan pergi dari sana karena dia sadar semuanya bukuan mimpi. yibo adalah 'gay' . sean menjadi tidak nyaman dan jijik terhadap pria itu. namun sekali lagi,lebam menyusahkan itu membatasi pergerakannya, bahkan saat bangun pagi semuanya terasa lebih sakit dari yang tadi malam. dia harus mati – matian menahan sakit jika ia bergerak. terpaksa dia pasrah dengan posisi saat ini.

karena sean tidak bisa membuka matanya, pemuda itu tidak menyadari yibo yang sudah lebih dulu bangun tengah memandangi wajahnya yang masih menutup mata. pemuda tampan itu masih mengira kalau sean masih berkelana di alam mimpi melihat tak ada pergerakan dari sean. sengaja atau tidak, yibo mengangkat tangan kirinya yang berada dipinggang sean dan mendaratnya diwajah sean dengan hati – hati. berharap dengan begitu akan mengurangi rasa sakit dibagian wajah pemuda yang lebih tua darinya itu.

Sean sendiri yang merasakan jemari yibo diwajahnya sudah mengumpat dan merutuki dirinya yang tak bisa berbuat apapun dalam hati. ingin rasanya ia membuka mata, menepis tangan itu dengan kasar dan melayangkan tinju kewajah yibo. tapi itu hanya angan – angannya saja, tapi lagi – lagi sedikit, hanya sedikit dari lubuk hatinya yang terdalam dia menyukai jemari yibo yang membelai wajahnya. membuatnya seakan – akan tak mendapat luka apapun diwajahnya karena yibo memperlakukannya dengan sangat lembut. STOP!....sean, apa yang kau pikirkan? ah...aku bisa gila kalau berlama – lama dengan pemuda bermarga wang ini disini.

Tiba – tiba yibo menghentikan kegiatannya dan perlahan melepas tangan sean yang melingkardi tubuhnya. jujur saja pergerakan sekecil apapun yang sean lakukan itu sakit. termasuk saat yibo menggerakkan tangannya menjauh dari pemuda tampan itu. rasanya lengan sean akan remuk, hanya saja yibo tak tau akan hal itu. yibo beranjak dari tempat tidur dan keluar dari sana.

.

.

.

Sean merasa lebih baik setelah dokter memeriksanya. dokter memberikan sesuatu yang ditempelkan diwajah dan setiap luka lebamnya. membuat sean merasa lukanya mendingin dan akan sembuh. bahkan dia sudah bisa membuka mata dan mulutnya. ingin rasanya dia memaki dan meneriaki yibo atas perbuatan pemuda itu yang membuat hati dan logikanya berperang. sudahlah, sean tak mau mengingatnya. sean berencana kalau dia sembuh nanti , dia tak akan mau tinggal bersama yibo. dia tak mau tinggal bersama pria gay. dia menyesal karena pernah mandi dan berganti pakaian bersama. tidak, lebih tepatnya dia menyesal pernah hidup bersama dan mengenal yibo.menjijikkan!.

"Buka, sean. kau harus makan. kau dengarkan tadi apa kata dokter?". sepeninggalan sang dokter. sean disarankan memakan makanan yang lembut seperti bubur, namun bubur bukanlah hal yang sean sukai. dia mengatup rapat – rapat mulutnya tidak mau yibo memasukan makanan yang menurutnya menjijikkan itu kedalam mulut. belum lagi disuapi oleh yibo. semakin menambah kesan menjijikkan makanan itu bagi sean.

yibo menurunkan sendok berisi bubur itu dari depan bibir sean sebelum mendesah pasrah. namun, sebuah ide kecil melintas di otaknya. yibo kembali menyodorkan sendok itu didepan bibir sean dengan wajah datar.

"Makan! ini perintah." sean memutar bola matanya. yibo selalu menggunakan alasan itu. ia selalu dibebankan dengan alasan sahabatnya dan tentang hubungan mereka. yibo tau kalau sean sangat mencemaskan orang lain mencium tentang hubungan mereka. namun yibo sendiri tidak terlalu peduli, bahkan tidak peduli orang akan tau atau tidak.

Sean bersumpah, makanan apapun itu akan dimakannya, tapi tidak dengan bubur, seenak apapun menurut orang bubur itu. menurut sean itu tetaplah bubur makanan peling menjijikkan yang menyentuh sedikit saja lidahnya, sean akan muntah.

"Gong Jun".

"Hmmm". sean bergumam saat yibo meletakkan ponselnya di telinga dan menyebut nama gong jun. pasti yibo akan melakukan sesuatu karna ia tak akan melakukan perkataan yibo. tapi ayolah ..... itu bubur, makanan lembek dan...bau yang tidak mengenakan menurut sean.

"Apa?". yibo menjauhkan ponselnya dari telinga dan menatap sean. dalam hati pemuda itu bersorak merasa senang. sean tak menjawab, ia hanya melirik bubur yang berada di nakas sebelah tempat tidur.

"Kau akan memakannya?". tanya yibo lagi dan sean mengangguk sekali dengan sangat sangat terpaksa. yibo tersenyum, senyum yang belum pernah sean lihat. senyum menyebalkan seperti yang biasa diperlihatkan oleh ling he padanya.

"Maaf Gong jun, aku hanya ingin mengecek speakerku". setelah berkata, yibo mematikan ponsel yang sean yakini gong jun tengah mengumpat kesal di seberang sana.

.

.

.

"Seperti yang sean rencanakan. jika ia sembuh, ia akan pergi dari rumah. sekarang ia tinggal dirumah jiyang. kebetulan jiyang hanya tinggal bersama para pelayannya. karena orang tuanya sibuk berkerja. tentu saja jiyang menanyakan alasan sean ingin tinggal dirumahnya, dan ternyata alasan rumahnya terlalu sepi cukup ampuh untu menghentikan introgasi jiyang lebih lanjut. jiyang sangat senang sean tinggal dirumahnya. dia jadi teman bicara. Huhh...kalau sean memilih zhehan pasti anak itu tidak akan habis – habisnya bertanya, membuat sean kewalahan dan akhirnya berkata jujur. tidak, itu tidak boleh.

"Kemana zhehan?". tanya sean celingak celinguk didalam kelas saat mereka baru saja tiba disana.

"Entahlah, akhir – akhir ini aku jarang melihatnya". jiyang menduduki bangkunya dan mengeluarkan sebuah buku.

"Akhir – akhir ini? sejak kapan?" tanya sean menatap jiyang dengan alis berkerut.

"Shhhh...em...tapi, sebelum itu, aku ingin bertanya bagaimana ceritanya kau sampai dikeroyok dan babak belur? dan lagi kenapa kau tidak mengizinkanku atau zhehan datang menjengukmu? lalu, siapa saja yang membuatmu sampai tidak bisa masuk sekolah beberapa hari yang lalu?". tanya jiyang berturut – turut. sean yang awalnya biasa saja memasang wajah datarnya. namun, dia tetap menjawab, tidak mau sahabatnya ini di buat penasaran dan akhirnya mencari tau sendiri.

"mungkin insiden yibo waktu itu,kau tau? soal aku tidak mengizinkan kalian...eum....". sean menggaruk kepalanya mencari alasan yang tepat agar jiyang tidak curiga.

"eum......aku,aku ...hanya tidak ingin merepotkan siapapun". ucapnya ragu. sean menatap jiyang, berharap sahabatnya itu percaya, dan benar saja, jiyang hanya mengangguk.

"Lalu siapa yang membuatmu babak belur?". tanya jiyang lagi masih penasaran. lalu sean mencodongkan tubuhnya kearah jiyang.

"Kau tau sara?". jiyang menjauhkan tubuhnya menatap sean dan mengangguk. sean mengisyaratkan jiyang kembali mendekat. "Jangan beritau siapapun". jiyang mengangguk. "ia mengancamku, begini! sebenarnya bukan sara yang memukuli ku sampai seperti itu, tapi laki – laki yang dekat dengan mereka. sara menyuruh mereka mengeroyokku-".

"ck! ceritakan lebih jelas. jangan ragu, aku tidak bermulut ember. dan jo tidak berada disini, jadi kau jangan khawartir". ucap jiyang memudurkan tubuhnya. sean menatapnya lalu mengedarkan pandangan ke seisi kelas.

"jo tidak disini? tapi, seseorang bisa saja mendengar dan memberitau jo lalu dia memberitau sara kalau aku menceritakannya padamu. perempuan itu sangat mengerikan". sean merinding membayangkan bagaimana sara memerintah pemuda – pemuda berbadan kekar tempo hari menyiksanya. kalau saat itu dia tak segera kabur, mungkin saja dia mati disana. saat ini pun dia was – was akan keberadaan wanita itu dan kelompoknya. sara sangat tergila – gila pada yibo. tidak ada yang boleh mendekati yibo selain dirinya. kalau dia mendapi seseorang bersama yibo selain gong jun, xiao wen, ling he dan Dylan. maka orang itu akan berurusan dengan sara. yah, seperti sean beberapa hari yang lalu.

Jiyang yang menyimak sean memutar bola matanya. bagaimana mungkin pemuda yang terkenal jutek yang selalu bersikap garang meski tak berhasil itu takut pada seorang wanita. yah, meskipun dia juga merinding membayangkan betapa kejamnya wanita itu terhadap orang yang coba – coba mendekati yibo.

"Kau tau, selain zhehan yang tiba – tiba tidak masuk baru – baru ini, aku juga tak pernah lagi melihat keompok sara sejak kau tak masuk beberapa hari yang lalu, bahkan ku dengar jo pindah sekolah". ucap jiyang mencondongkan tubuhnya kearah sean. Sean, iya tak tau harus mengeluarkan ekpresi seperti apa sampai mereka harus menunda perbincangan karena pak aron sudah berada didalam kelas.

To Be Continue   

SECRETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang