FUTURE 2 : 𝓐𝓶𝓫𝓲𝓿𝓪𝓵𝓮𝓷𝓬𝓮

2.1K 343 53
                                    

"kamu nggak tidur lagi?"

Mashiho yang sedang menyiapkan makanan itu sedikit kasihan dengan Doyoung yang kurang tidur akibat mengejar deadline skripsi. Semua Doyoung lakukan agar Haruto tak benar-benar mengajukan pergantian dosen pembimbing.

"Deadline nya ntar sore kak. Kalo nggak Pak Haru bakal minta ganti dosen pembimbing."

Mashiho berdecak. Ia sudah tau kalau Doyoung menyukai dosen pembimbing nya sendiri. Mashiho sih belum pernah secara langsung bertemu dan melihat siapa itu Haruto. Tapi dari cerita Doyoung, Mashiho tau bahwa Haruto itu tampan, tinggi, dan kaya.

"Tapi kejam banget Haruto-haruto itu. Ngasih revisi nggak ngotak. Hampir semua draf skripsi kamu direvisi. Jatohnya nggak revisi tapi ganti total." Kesal Mashiho. Ia belum kenal siapa Haruto tapi Mashiho sudah kesal dengan dospem Doyoung itu.

Doyoung memakan makanannya tak minat. Justru bagus kalau banyak revisi. Doyoung jadi memiliki banyak waktu untuk mendekati Haruto meskipun secara terang-terangan lelaki itu bilang dia sudah punya keluarga.

Mereka itu jodoh!

Doyoung yakin.

"Gimana kerjaan kakak?" Tanya Doyoung mencoba mengalihkan pembicaraan.

"Ya gimana? Bos kakak masih nyebelin. Sok misterius, tapi mau nya harus dituruti semua. Kayaknya orang yang punya stok kesabaran setipis tisu kayak kakak nggak cocok jadi sekertaris. Mau pindah bos tapi nyari kerja susah." Ucap Mashiho menggebu-gebu. Untung hanya lima hari kerja, Sabtu-Minggu ia di apartemen.

Tapi terkadang sang bos sering merepotkan dirinya meskipun di hari libur membuat Mashiho jadi menonaktifkan ponsel nya, setidaknya sampai nanti siang. Dia mau tidur lagi.

Ting!

Bunyi ponsel mengalihkan perhatian Doyoung sementara. Dilihatnya pesan rentetan yang membuatnya membulatkan mata. Ia lantas bangkit meskipun sarapannya masih belum habis.

"Mau kemana kamu?" Tanya Mashiho.

"Pak Haruto bilang harus ketemu hari ini, soalnya ntar sore dia ada acara." Doyoung bergerak tak tentu arah. Bersiap-siap secepat mungkin karena Haruto sudah menunggunya di sebuah cafe.

"SARAPAN DULU, DOYOUNG."

"NTAR AJA KAK."

Mashiho kembali mengatupkan mulut sebab presensi Doyoung sudah menghilang di telan pintu. Ia semakin kesal dengan Haruto-haruto itu karena suka sekali membuat jadwal dadakan. Kasihan Doyoung kalau begini.

"Semoga Haruto-haruto itu keselek kopi, enak aja ngabarin dadakan. Nggak ada simpati nya jadi Manusia." Gerutu Mashiho.

Baru saja dirinya agak tenang setelah kesal, dirinya dibuat kembali kesal dengan seseorang yang menekan bel apartemen nya secara tidak sabar.

Tidak mungkin Doyoung.

Mungkin saja kurir paket.

"BISA SABAR TIDAK--sih."

Nah, perkiraan Mashiho untuk mematikan teleponnya ternyata pilihan yang buruk. Karena sang bos justru datang langsung ke apartemennya. Membuat hari nya kian suram.

"Bapak ngapain kesini?"

Tanpa diminta sang bos menerobos masuk, duduk di sofa dengan angkuh padahal belum dipersilahkan oleh sang pemilik rumah. Mashiho menahan kesal dengan menarik napas panjang.

"Kamu keberatan saya disini? Nomor kamu susah dihubungi. Padahal jadi sekertaris itu harus siaga." Ucap sang bos. Ia membuka laptop entah darimana. Padahal Mashiho tak melihat sang bos membawa laptop.

REWRITE THE HISTORY 2 : FUTURE [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang