𝓔𝔁𝓽𝓻𝓪 𝓒𝓱𝓪𝓹𝓽𝓮𝓻 𝓵𝓵

1.8K 260 27
                                    

Di hari libur yang cerah, rumah tangga Yoshinori dan Mashiho yang baru berjalan seumur jagung harus menghadapi prahara kecil berupa...

"Lagi Om Mashi, Hiro masih laper."

Yoshi menggerutu di tempatnya duduk. Mengapa bocah kematian ini harus mampir pagi-pagi sekali ke rumahnya. Untung hanya sebiji, yang satu lagi entah kemana. Tapi tetap saja merepotkan.

Mengganggu agenda bermesra Yoshi dan Mashi. Memang salahnya mengapa dengan impulsif membeli rumah yang hanya berjarak dua rumah dari rumah Haruto. Seharusnya Yoshi pindah keluar kota saja yang perjalanan harus memakai pesawat.

"Pulang sana,makan di rumah mu aja." Yoshi berkata sebal.

"Om Mashi, Hiro diusir!"

"KAK!"

Yoshi dapat mendengar Mashiho yang sedang membuat makanan menegur dirinya. Walaupun Mashiho sangat-sangat tidak suka dengan Haruto, kenapa Mashiho begitu menyayangi anak-anaknya. Sampai-sampai Hiro dan Hiko terkadang tidak tahu diri begini.

Untung Yoshi sabar.

"Habis satu piring lagi, pulang. Hiko di rumah sama Papa mu sendirian." Kata Yoshi. Haruto belum pulang dari projek luar kota nya. Mungkin kalau tidak hari ini ya besok.

"Aman kok, kalau ada yang jahat, Hiko bisa gigit bisa teriak." Kata Hiro. Mulutnya tak berhenti menguyah makanan yang tersisa.

Hiro baru saja menghabiskan beberapa roti bakar yang seharusnya milik Yoshi semua, dan kini anak itu kembali lapar sehingga Mashiho harus kembali membuatkan makanan untuk anak Haruto yang sedang proses berkembang.

"Nih, makan yang banyak biar bisa lebih gede dari Ayah mu." Mashiho memberikan nasi goreng dengan toping yang banyak, makanan ini yang paling mudah dan cepat dibuatnya. Lalu Mashiho memberikan kopi untuk seseorang yang telah berstatus sebagai suami nya. Setelah memastikan semuanya damai, Mashiho duduk di samping Yoshi, posisi keduanya berhadapan dengan Hiro yang sedang makan. Tidak peduli tatapan tajam sang paman kepadanya.

"Kamu jangan manjain dia, nggak liat dia udah tumbuh segede ini?" Omel Yoshi kepada Mashiho. Lebih seperti mengadu karena sejujurnya Yoshi merasa kasih sayang Mashiho menjadi terbagi-bagi. Setidaknya Yoshi sekarang tau bagaimana mengungkapkan apa yang ia rasakan.

"Ya gimana ya? Anak Doyoung anak aku juga." Balas Mashiho.

Lagipula Mashiho suka saat melihat Hiko ataupun Hiro makan dengan lahap begini. Rasanya seperti melihat Doyoung dulu.

"Daripada punya yang kayak Hiro, mending bikin sendiri gimana? Yang kayak Aku." Ucap Yoshi secara gamblang membuatnya mendapat cubitan sayang dari Mashiho. Yoshi memekik tertahan, butuh beberapa detik sampai cubitan itu dihentikan oleh si manis.

Mashiho memberikan tatapan tajam kepada sang Suami.

"Jaga omongannya, ada Hiro loh." Ucap Mashiho.

Yoshi kini beralih menatap Hiro yang asik makan seolah dunia hanya hanya sebatas Nasi goreng dan dirinya sendiri. Eksistensi lain tak terlihat.

"Suruh pulang aja kalau gitu, kita ini nggak ada waktu honeymoon kayak Haruto sama Doyoung gara-gara kamu open house terus buat mereka. Diajak keluar negeri nggak mau!" Kata Yoshi kesal.

Mashiho mengenal Yoshi sebagai pribadi yang dewasa dan selalu menyelesaikan sesuatu dengan kepala dingin. Terkadang Mashiho merasa dirinya terlalu kekanakan dan cenderung egois. Tapi Yoshi seakan bisa menjadi pelengkap segala kekurangannya. Hanya saja, susah saat Yoshi sudah tantrum begini. Penyebabnya juga tidak jauh-jauh dari rasa cemburu nya kepada Hiro dan Hiko yang sedikit lebih mendapat perhatian dari Mashiho. Mana bertambah satu lagi nanti.

REWRITE THE HISTORY 2 : FUTURE [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang