Sesuai janji Haruto saat Doyoung sakit, dirinya akan membawa Doyoung kepada kedua putra nya. Ah, bahkan Doyoung tidak tahu ternyata putranya ada dua. Pasti sangat lucu saat mereka kecil. Tapi Haruto bilang, anak mereka telah tumbuh besar, sudah memasuki jenjang SMP.
Mobil Haruto berhenti di sebuah rumah yang lumayan besar. Inikah rumah besar yang Haruto maksud saat mereka tiba-tiba berada di masa depan?
Meskipun Doyoung tak tahu yang menimpa dirinya itu termasuk perjalanan waktu atau ilusi bawah sadar saat dirinya koma. Tapi apapun itu, Doyoung anggap semuanya nyata.
"Tunggu bentar."
Doyoung terus membenarkan penampilan seakan ingin bertemu calon mertua. Padahal ia hanya akan bertemu anak-anaknya.
"Mereka akan nerima kamu kok, percaya sama aku, oke?"
Haruto belajar cukup baik menyesuaikan diri di masa depan ini. Pasti tidak mudah, ah, ia baru tahu ternyata Panglima Yoshi juga bernasib sama seperti Haruto. Entah kebetulan atau direncanakan, Bos Mashiho yang kejam dan jelek yang sering Mashiho ceritakan merupakan Yoshi.
Terkadang lucu kalau mengingat betapa Mashiho menjelek-jelekkan bos nya.
Haruto membawa Doyoung masuk ke dalam rumah yang bertahun-tahun ini menjadi rumahnya. Menjadi tempat kedua anaknya tumbuh walaupun tanpa Doyoung.
Pandangan kagum terlihat jelas dari raut Doyoung. Ternyata rumah Haruto tak hanya kelihatan mewah dari luar, tapi di dalamnya juga tak kalah mewah. Enak sekali hidup Haruto, di masa lalu menjadi Raja, di masa kini menjadi konglomerat tanpa perlu susah-susah kuliah.
"Aku juga kayak kamu pas pertama kali kesini." Haruto tersenyum, ia mengusap kepala Doyoung lembut.
Perlakuan ini jelas jauh beda dengan Haruto sebagai dosen. Doyoung masih sebal jika ingat dirinya dibohongi. Tapi rasa kesal itu terhenti ketika ia melihat dua orang remaja tengah duduk di sofa sembari memandangi mereka berdua.
"Kakak?!"
"Hi—ko?!"
Ah! Iya, anak ini yang Doyoung temui di cafe sedang menangis sendirian.
"Kalian udah pernah ketemu?" Semuanya bingung termasuk Haruto. Bagaimana wajah anak pertama nya yang begitu antusias begitu melihat Doyoung.
"Kakak ini yang ngerayain ulang tahun bareng aku, yang pernah Hiko ceritain ke ayah." Jelas Hiko. Anak itu penuh sekali energi positif.
"Dia——" Doyoung membulatkan mata menatap Haruto, sedangkan Haruto mengangguk.
"Dia yang pertama, Hiko dan——" Pandangan Haruto jatuh kepada putra keduanya. Dia sedari tadi diam seolah tak berminat dalam perbincangan ini.
"Yang kedua, Hiro." Jelas Haruto.
Pandangan Hiro sedikit tajam, membuat Doyoung jadi ragu untuk menyapa nya. Kenapa dengan anaknya yang itu.
"Kakak kenapa kesini?" Tanya Hiko. Untung saja Hiko termasuk banyak bicara. Doyoung melirik ke arah Haruto, ia bingung harus bicara bagaimana, jadi lewat pandangan mata, ia ingin agar Haruto saja yang menjelaskan kedatangannya kemari.
"Hiko, Hiro. Dari kecil kalian selalu nanyain kemana Papa kalian kan? Jadi sebenarnya kakak ini adalah Papa kal——"
"Telat."
Semua pandangan sontak tertuju pada sumber suara. Hiro terkekeh sinis. Ia bangkit dari duduknya.
"Kami udah besar, kami udah nggak butuh Papa lagi. Kami bisa tumbuh sendiri tanpa Papa." Hiro menatap Doyoung tajam.
KAMU SEDANG MEMBACA
REWRITE THE HISTORY 2 : FUTURE [✓]
De TodoHidup di masa depan jauh lebih mudah, semua serba tersedia secara instan. Tapi, menurut Doyoung ada dua hal yang susah dilakukan di masa depan. Yang pertama menyelesaikan skripsinya dengan cepat dan yang kedua, mendapatkan kembali hati Haruto. Tw...