𝓔𝓷𝓭

2.3K 302 53
                                    

Kalau harus mendeskripsikan bagaimana rasanya, mungkin Doyoung butuh beberapa kamus untuk mencari kata yang tepat. Bahagia, lega, sedikit sedih bercampur dengan haru. Semua Doyoung rasakan sejak dirinya resmi menyandang kembali status suami manis nya Haruto.

Kehidupan awal pernikahan semua berjalan normal. Mungkin sedikit diwarnai honeymoon yang terlambat ke tempat-tempat yang indah. Meskipun Haruto tak bisa melamar Doyoung di tempat yang indah dengan baju yang bagus, setidaknya Haruto selalu membawa Doyoung ke dalam sensasi baru. Meskipun ini pernikahan yang ketiga kali nya kalau dihitung dari awal dulu.

Doyoung menatap hamparan kota dari balkon hotel tempatnya menginap bersama Haruto. Sebuah pemandangan lampu malam ditemani secangkir teh yang mulai mendingin karena tidak berguna. Teh manis yang seharusnya menghangatkan badan itu harus tergeletak sia-sia karena pelukan belakang Haruto jauh lebih hangat di tengah malam yang kian dingin.

Mereka berdua baru selesai menghubungi kedua putra mereka yang jauh disana. Sudah sebulan sejak Haruto dan Doyoung memutuskan untuk berkeliling dunia sampai Doyoung sendiri yang meminta pulang. Setelah Haruto mati-matian bekerja untuk mendapatkan hari libur tak terbatas. Akhirnya Haruto dan Doyoung bisa menikmati waktu berdua meskipun agak terlambat untuk disebut honeymoon. Tadinya akan mengajak Hiko dan Hiro, tapi karena harus sekolah, dan mereka juga tidak mau ikut dalam liburan yang didominasi keromantisan kedua orang tua mereka. Akhirnya Hiko dan Hiro terpaksalah dititipkan kepada Yoshi dan Mashiho. Hitung-hitung latihan sebelum mereka menikah.

Kalau dipikir-pikir lucu juga mereka. Yang satu kesabarannya melebihi tebal dompetnya, yang satunya lagi mudah meledak meskipun hanya karena melihat remote TV tidak pada tempatnya.

"Makin dingin di luar, sayang. Masuk aja yuk?"

Doyoung menghela napas, melihat lampu kota membuat emosi nya menjadi campur aduk.

"Aku kayaknya mau pulang aja deh malam ini."

Hah?

Haruto belum menjawab, memastikan telinga nya tak salah dengar. Liburan ini memang akan berakhir jika Doyoung sendiri yang meminta pulang, tapi kalau mendadak begini, Haruto juga bingung.

Tiba-tiba Doyoung berbalik badan, membalas pelukan Haruto lebih erat.

"Haru, maafin Aku, bisa nggak kalau kita pulang malam ini?" Tanya Doyoung.

Sekarang Haruto mendengar jelas permintaan Doyoung. Ia mengelus kepala Doyoung dengan lembut lalu mencium nya.

"Malam ini?" Tanya Haruto lagi.

"Kalau iya, kamu marah nggak?"

Haruto tersenyum, mana mungkin ia bisa marah kepada Doyoung. Walaupun sesekali pernah sih, itupun saat Doyoung mode jahil ataupun saat Doyoung tidak mendengarkan ucapan Haruto.

"Aku usaha nyari tiket pesawat buat pulang malam ini. Kalau nggak dapat nggak apa-apa kan?" Tanya Haruto.

Sekarang Doyoung mengangguk, ia tidak enak karena dirinya benar-benar ingin pulang ke rumah.

"Adek yang mau ya?"

Tangan Haruto perlahan turun mengusap perut Doyoung yang masih rata. Doyoung memejam ketika merasa nyaman.

Doyoung hamil.

Yoshi, Mashiho, Hiko, dan Hiro belum mengetahuinya. Ini pun tidak sengaja diketahui ketika Doyoung kemarin-kemarin muntah hanya karena mencium bau telur matang. Karena khawatir Doyoung sakit akibat perubahan iklim dan udara di negara orang, Haruto membawa Doyoung ke rumah sakit.

Tapi begitulah takdir, ketika Haruto sudah siap siaga merawat Doyoung agar lelaki itu cepat sembuh, Haruto justru diberikan fakta yang membuatnya nyaris pingsan jika boleh hiperbola. Bahagia tentu saja, ternyata tidak di masa lalu, atau di masa depan, benih nya cepat sekali jadi.

REWRITE THE HISTORY 2 : FUTURE [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang