Back Home

765 78 7
                                    

Dhika mendekati papanya yang baru saja keluar dari kamar kakaknya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dhika mendekati papanya yang baru saja keluar dari kamar kakaknya. Pak Affandra duduk di sofa. Menyandarkan punggungnya sambil memejamkan mata. Untung saja hari ini Ara gak rewel dan nurut sama Dhika.

"Mas Dewa kenapa,Pa?" Tanya Dhika.

"Gak tahu. Papa juga kaget. Pulang meeting kondisi mas mu udah begitu. Mana ngelantur pengen ikut Mama mu."

"Kangen mama kali ya? Ya gak sih, Pa? Mmmm,tapi mamanya Xan bilang katanya Mas Dewa agak aneh pas balik dari kantin Rumah Sakit."

Pak Affandra melirik putra keduanya.

"Kantin rumah sakit? Ketemu siapa?"

Dhika angkat bahu. Memang dia gak tahu.

"Ya udahlah. Nanti kalau suasana hatinya udah mulai tenang, Papa coba tanya baik-baik."

"Kayaknya ini juga ada hubungannya sama reuni sekolahnya deh." Komentar Dhika.

"Oh iya Pa. Besok kan Xan pulang dari rumah sakit. Aku sementara boleh nginep di sana gak? Mamanya Xan lagi di luar negeri. Banyak materi yang dia ketinggalan. Papa tahu sendirilah. Kalau gak diawasin makin menjadi. Dharma gak bakal bisa nanganin bocah modelan dia."

"Yang jemput siapa?"

"Raka sih kayaknya. Aku sama Dharma udah keseringan bolos. Jadi, gimana? Boleh?"

Pak Affandra mengacak-acak rambut putranya.

"Idih Papa!"

"Bilang aja kalau mau berduaan sama Xan. Pakai alasan materi. Udah pinter bohong anak Papa." Ledek Pak Affranda.

"Gak ya! Seriusan Pa. Materinya banyak yang ketinggalan."

"Iya. Kalian pacaran Papa sih oke aja. Yang penting sekolahnya jangan keteteran. Oke?"

Dhika tersenyum samar.

"Siapa yang pacaran? Bilang cinta aja gak?"

"Dengerin Papa ya, cinta itu gak perlu harus diomongin. Yang penting action dia ke kamu. Kamu juga sama."

"Kan kalau diomongin jelas, Pa."

"Ya ditunggu aja. Gak usah bawa baju banyak-banyak. Bajumu di sana udah seabrek. Udah ya, Papa mau mandi. Tolong ya sesekali tengokin mas mu."

Dhika mengangguk.

Esoknya Raka memasukkan tas berisi baju Xan ke bagasi mobil. Dia lalu membantu Xan buat naik mobilnya. Menyimpan kruk penyangga nya di jok belakang.

"Udah nyaman belum kakinya?"

"Udah. Yuk jalan."

Pas mobil Raka mau jalan, seseorang lewat di Deket mobilnya. Xan menoleh.

"Mas Raka bentar!"

"Apa sih? Ada yang ketinggalan?"

"Bukan! Itu..gue kayak pernah lihat."jawab Xan.

My Stupid Boy (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang