Sesuatu yang Disembunyikan

625 64 9
                                    

______💜______❤️______💙____

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

______💜______❤️______💙____

Regina tersenyum saat Raka menjemputnya. Cewek itu menyodorkan paper bag yang dia bawa pada Raka.

"Apa nih?" Tanya Raka.

"Lihat aja." Raka membuka paper bag itu dan matanya langsung berbinar-binar.

"Jaket?"

"Yup. Ini aku yang desain sendiri. Coba deh. Suka gak?"

Raka tersenyum. "Serius ini desain sendiri?"

"Yup. Desain sendiri, jahit sendiri. Ini udah aku bikin sebelum kita deket sih. Maaf ya..waktu itu aku pernah pinjem jaketmu, tapi gak bilang. Buat ukur ini."

Raka ketawa. Dia mencoba jaket yang dibuat Regina. Pas ditubuhnya. Agak besar sedikit malah.

"Aku bikin agak gedean. Biar nyaman aja." Jelas Regina sambil merapikan kerah jaket Raka.

"Keren kok. Aku suka. Makasih ya. Ya udah. Berangkat yuk."

Regina menerima helm yang diberikan Raka dan langsung naik ke motor Raka.

"Pegangan ya manis."

Hari ini Dea perlu sujud syukur. Gimana gak? Seorang Dewa nyuruh dia buat temenin beli buku. Kebetulan Dewa gak ada kuliah. Kalau Dea ada, tapi sore. Dea membukakan pintu mobil buat Dewa.

"Makasih."

"Udah sarapan belum?" Tanya Dea. Dewa menggeleng.

"Belum. Males."

"Jangan gitu. Kebiasaan yang gak baik. Ada roti mau?"

Dewa menatap Dea lalu mengangguk. Dea mengambil tasnya. "Cari aja di tas. Tadi pagi aku masukkin tas. Aku tahu kamu pasti gak makan dulu sebelum pergi."

Dewa mulai membuka tas Dea dan menemukan roti krim yang dia mau. Dia juga mengambil Yakult yang juga ada dalam tas. Dia buka tuh bungkus rotinya. "Enak. Mau gak?"

Dea yang masih bingung tambah bingung saat Dewa menyuapinya roti. Bukankah ini kemajuan. Biasanya Dewa gak akan respek apapun yang dia lakukan.

"Aaa.."

Dea langsung membuka mulutnya lagi. "Besok beliin lagi. Enak." Ucap Dewa.

"Oke. Mau rasa apa?"

"Yang ini sama krim meses."

"Siap. Mau sama susu sekalian?"

"Hm. Coklat."

Dea mengusap-usap kepala Dewa. Cowok itu diam saja dan tak menolak. Entah karena sibuk makan roti atau karena dia membiarkannya. Senyum Dea semakin lebar saat Dewa menoleh dan tersenyum tipis padanya. Nih kalau bukan di mobil dia pasti sudah Loncat-loncat.

Xan hari ini berangkat sendiri. Ayang nya berangkat bareng Papa nya. Soalnya dia ada jadwal piket. Pas lagi di jalan, ponselnya berdering.

"Kenapa, Yang? Lagi di jalan."

My Stupid Boy (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang