18. Kalau bisa dengan cara kekerasan, kenapa menggunakan cara baik-baik?

296 45 14
                                    

Haaa...

Taro menguap sambil berjalan mengikuti remaja didepannya.

Disamping remaja itu setia ditemani kucing gendut berwarna oren.

Dia menguap lagi.

Jujur saja, kalau bukan karena kakek rambut kusut itu dia tidak akan ikut dengan remaja ini.

Tapi lama-kelamaan dia makin terjalin masuk ke kehidupan anak remaja didepannya.

'Lumayan lah. Siapa tahu ada yang menarik.' Taro melirik kearah teman-teman Jiwoo yang sedang ada berdebatan kecil.

"Semua ini salahmu."

"Karena kau bermain sampai larut, aku jadi terlambat sekarang." Dibelakang terdapat Subin menyalahkan Jisuk.

Jisuk yang tak terima menjawab omongan Subin.

"Kenapa ini jadi salahku? Salahkan dirimu sendiri."

"Kau lah yang bermain paling payah tadi malam." Jisuk memandang Subin bosan.

Dikepala Subin terlihat tanda kekesalan.

"Kenapa aku! Aku kan bekerja sama dengan mu!" Seru Subin melihat Jisuk dengan garang.

"Dan aku selalu jadi tumbal!"

Hah..

Mereka berisik. Taro mencoba menghiraukan mereka tapi tidak bisa. Telinga nya seperti mau meledak.

Ingin sekali rasanya menempelkan selotip kemulut mereka.

Jiwoo melihat teman-temannya tersenyum dan ikut berbicara.

"Kita kan bersenang-senang sepanjang malam." Ujarnya dengan ceria.

Taro melihat kedepannya. Terlihat 2 orang remaja laki-laki dan perempuan menatap dengan penuh kebingungan.

Dan juga jika dilihat disamping sana.. oh- ada si maniak kucing.

Taro menyadari bahwa Kayden sudah duduk nyaman dikursi belakang mobil, dia kemudian melompat dan duduk disampingnya.

Sedangkan Kayden memandang nya kosong, dalam benaknya dia masih bingung. Kucing ini normal atau tidak?

"Apanya yang menyenangkan? Aku hampir gila karena si br*ngsek Jisuk." Terdengar dari luar bahwa masih ada berdebatan yang kekanak-kanakan.

Mendengar namanya disebut kan Jisuk mengkerutkan alisnya.

"Hah- aku lah yang marah seharusnya, dasar. "
Jisuk mengomel, dibelakang nya terdapat Wooin mengikuti mereka.

"Sial, dihari pertama akademi aku malah bersama orang dari Shinhwa." Subin menggerutu memandang tajam Jisuk. Terlihat ada sudut berwarna merah dipipinya menandakan ia sangat kesal.

"Paman Park Seongha bilang semua persiapannya sudah selesai, ayo pergi besama kami." Jiwoo mengajak Subin berangkat bersama mereka.

Subin melirik Jiwoo. "Hei, apa kau bodoh? Sudah kubilang masih banyak yang harus aku siapkan."

"Heh konyol~" Suara Jisuk terdengar ditelinga Subin, ia menoleh kearahnya dengan agresif.

"Memangnya apa yang harus kau siapkan? Meskipun ada, kau kan tidak perlu melakukannya sendiri."

"Semuanya sudah disiapkan orang lain, kau hanya perlu mengambil nya nanti." Jisuk memasang seringai dimulutnya.

Semakin Jisuk bicara semakin Subin sekali menghancurkan wajah bodoh miliknya.

"Bisakah kau diam! Br*ngsek" Subin sudah kehilangan kesabaran nya.

Sedangkan Jisuk memandang santai. "Kenapa? Memangnya kata-kata ku ada yang salah?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 29, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

I'd Rather Die Again Than Become a Crazy Wizard [ᵉˡᵉᶜᵉᵉᵈ ˣ ᵐᵃˡᵉ ʳᵉᵃᵈᵉʳ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang