19

1.9K 208 29
                                    

Mulai sekarang, keduanya memiliki komitmen demi kehidupan sejahtera di keluarga ini. Melihat, banyak sekali salah paham yang terjadi, juga masalah datang bahkan tanpa menyangkut hubungan pernikahan.

Rosie mencoba semaksimal mungkin sebagai suami dan Jennie semaksimal mungkin memahami kehendak suaminya. Meski dia memiliki derajat di atas suami, tetap saja kepala rumah tangga akan selalu di bawah istri. Apalagi, sekarang sedang mengandung. Rutin sekali setiap 2 Minggu sekali periksa ke rumah sakit, dokter spesial kandungan, Son Wendy yang senantiasa membantu Jennie dengan baby di perutnya.

Kekhawatiran yang datang saat marga Son bilang....

" Kemungkinan Jennie akan sulit melahirkan normal karena dia terlalu lemah. Daya tubuhnya tidak sanggup mendorong nanti. Sebenarnya bisa, namun kasihan dengan anaknya." Jelas Wendy saat Jennie menoleh ke samping, menatap Rosie yang diam tenang, mencoba banyak berdoa jika istri dan anaknya tetap lancar persalinan dan pertumbuhan.

Menginjak di umur kandungan 8 bulan sekarang, Rosie menyuruh Jennie berhenti untuk memikirkan kantor. Suami akhirnya menggantikan CEO Kim ini sejenak jikalau ada rapat besar yang mengharuskan pemilik perusahaan hadir.

" Semoga persalinannya lancar tuan." Ucap mereka pada Rosie yang mengangguk senyum, menerima doa dan berharap lebih jika Tuhan mendengar nya.

Rosie juga tidak bisa lama-lama di luar rumah. Dia hanya 2 jam paling lama dan itu masih was-was perihal Jennie sendiri di rumah bersama Jisung. Takut sekali mendadak Jennie kenapa-napa karena ini perdana bagi pasutri menunggu kelahiran anak.

" Wendy bilang jika sudah masuk 2 Minggu kamu harus rawat inap di rumah sakit." Ujar Rosie. Mengaduk susu untuk Jennie lalu dia berikan pada istrinya yang meneguk habis sambil duduk di sofa depan tv.

" By, aku baik-baik saja kan nanti?" Tanya Jennie, dia mulai takut.

" Semua akan baik-baik saja. Wendy mengatakan agar kamu tetap istirahat tanpa banyak bergerak." Jawab Rosie, merangkul istrinya, duduk di sebelah lalu mengelus perut Jennie yang sudah besar dan siap melahirkan beberapa Minggu lagi.

" Aku takut~~" Ucap Jennie.

" Tidak apa. Aku akan selalu di dekatmu saat persalinan nanti." Kata Rosie, mengecup kening lalu tersenyum pada istrinya lagi.

Jennie takut karena dia berfikir akan merasakan bagaimana sakitnya melahirkan normal. Tapi dia akan operasi caesar perihal tubuhnya yang tidak mendukung. Jika Jennie memaksa, itu akan menyakiti anak dan juga dirinya. Jadi Rosie memutuskan jika Jennie operasi caesar saja karena itu jalan terbaik menurut Wendy.

Lagipula nanti, yang membantu persalinan Jennie adalah Wendy!!

" Aku sebenarnya emmm...."

Wendy menoleh ke arah Rosie. Dia tersenyum kecil saat tau pikiran pria ini karena dia yang akan melakukan operasi pada Jennie.

" Banyak ibu-ibu muda yang suaminya tidak terima jika istrinya tersentuh oleh dokter pria. Tapi setelah anak lahir, mereka tidak jadi marah padaku." Ujar Wendy sambil memberikan kertas isi tanggal yang mungkin pas untuk Jennie persalinan.

Rosie tidak masalah jika Wendy membantu Jennie. Tapi ada rasa kurang terima meski sedikit perihal dokter ini adalah pria yang pernah di sukai istrinya saat muda dulu.

" Aku boleh masuk saat persalinan nanti?" Pinta Rosie.

" Tentu saja. Asal kamu tetap pada prosedur ku." Jawab Wendy saat Rosie mengangguk lega, setidaknya meski dia cemburuan tetap bisa menemani istri di samping.

•••

Hari H....

Ranjang keluar dari dalam lift. Di dorong oleh tiga suster saat Jennie sudah siap masuk ruang operasi.

Jove 16 | Married for What? ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang