13. Dede Emes ✔️

29 6 0
                                    

BUGH!

BUGH!

BUGH!

“Anjing loe!”

“Goblok!”

“Woy.. Stop, Bro!

“BRIAN!”

“Arghh...” Jovan meringis pelan memegang punggungnya yang terasa sakit setelah membentur meja-meja dibawah sana, belum lagi sudut bibir sebelah kirinya berdarah setelah mendapat bogeman mentah dari temannya.

  Brian yang masih dikuasi emosi kembali melancarkan serangan, ia menindih tubuh Jovan untuk kembali meninju wajah laki-laki itu.

  Chandra dan lainnya berusaha melerai perkelahian, mereka sangat kewalahan memisahkan Brian dari Jovan. Tidak ada hujan tidak ada angin; Jovan, Chandra, Juna, dan Vito tengah nongkrong di kantin belakang, lalu tiba-tiba Brian datang seraya misah-misuh, tanpa basa-basi remaja tersebut segera menyerang Jovan dengan brutal.

“Ada apa sih, man?” ucap Juna setelah berhasil menarik Brian, ia menatap penuh tanya padanya.

“Bukan urusan kalian,” jawab Brian ketus sebelum kembali menatap ke arah Jovan, namun dengan cepat Vito dan Chandra memegangi kedua tangannya.

Untuk, ukhuk...” Jovan di bawah sana terbatuk-batuk, tubuhnya terasa remuk setelah mendapat bantingan dan bogeman mentah, ia tertatih-tatih untuk berdiri dibantu oleh Juna.

“Sialan, berani loe mukul gue?” desisnya menatap Brian nyalang.

“Loe khianati gue, Jo!” timbal Brian masih dengan nafas memburu, “Katanya loe cinta sama Gitta, tapi kenapa loe bisa ewean sama Raisa?” lanjutnya menatap Jovan nyalang.

  Jovan manarik salah satu sudut bibirnya, “Udah gue duga cuma gara-gara itu,” ucapnya di akhir seringaian.

“CUMA LOE BILANG?!” Teriak Brian dihadapan wajah Jovan. Urat-urat di pelipisnya semakin menegang.

“Itu urusan gue, Brian. Lagian apa salahnya, sih? Gue bebas mau tidur sama siapa aja,” ujar Jovan menggantungkan ucapannya, ia menatap lebih dalam kedua bola mata Brian yang tengah membara, “Termasuk tidur sama Gitta,” lanjutnya di akhir tawa maniaknya.

“ANJING!” Teriak Brian semakin emosi hendak kembali menyerang Jovan namun kedua tangannya masih ditahan oleh Vito dan Chandra.

“Keputusan Gitta dari awal nolak loe ternyata ada baiknya juga,” ucap Brian lagi, “Gue nggak peduli loe mau tidur sama cewek mana aja, kecuali Kakak gue,” lanjutnya.

“Brian, loe jangan terlalu berlebihan, lah. Santai aja kali,” ujar Juna dengan ringannya.

“Santai? Jadi loe mau santai aja punya teman bejad kaya dia?” timbal Brian mengalihkan atensinya pada Juna.

“Bejad?” ulang Jovan seraya berjalan lebih dekat ke arah Brian, “Lalu apa bedanya sama loe, bandar narkoba?” lanjutnya menatap Brian dengan puas.

BUGH!

“Argh!”

“kita itu sama bejadnya. Tapi cuma beda cara aja ngelakuin dosanya, Bray,” desis Jovan setelah melayangkan tinjuan pada perut Brian.

“Tapi setidaknya, gue nggak pernah ngerusak perempuan,” timbal Brian seraya meringis pelan.

“Oh ya? Lalu dengan loe yang sekarang jual sabu-sabu ke anak sekolahan, itu apa?” sahut Jovan seraya mencengkram rahang Brian dengan kuat.

“Ternyata peletnya Karel kuat juga, ya? Setelah membuat Gitta buta dengan wajah lugunya, sekarang si cupu itu ngebuat loe bego juga,” lanjutnya menatap Brian miris.

COTTON CANDY (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang