“Rendy duluan aja, ya, Karel mau ke toilet dulu,” ucap Karel setelah Rendy kembali dari memarkirkan motornya.
Rendy mengangguk paham lalu berjalan ke arah kelas, sedangkan Karel berjalan kearah berlawanan. Remaja tanggung tersebut masuk ke salah satu bilik toilet laki-laki, ia berjalan sedikit terburu-buru karena sebentar lagi bel masuk akan berbunyi.
Setelah buang air kecilnya selesai, ia segera keluar dari bilik toilet, namun secara bersamaan air muka Karel mengeras mendapatkan beberapa murid laki-laki sudah menunggunya di luar bilik.
“Jo-Jovan?”
Yang dipanggil namanya menyeringai, seraya berjalan lebih dekat untuk memojokkan Karel. Jovan datang bersama Vito, sedangkan Juna berjaga-jaga di luar sana untuk memastikan tidak ada guru atau siswa lain yang hendak ke toilet.
“Urusan kita belum selesai, ya,” ujar Jovan dengan nada dinginnya.
“Urusan apa?” tanya Karel tidak mengerti maksud kakak kelasnya.
Bukannya menjawab, Jovan malah menarik kerah seragam Karel, “Jauhi Gitta, Anjing!” sentaknya dengan raut wajah memanas.
“Ta-tapi.. Karel nggak pernah ngerasa ngedeketin Ka Gitta,” cetus Karel apa adanya.
“Ouh.. So ke-gantengan banget ya, loe, jadi loe ngerasa Gitta yang ngejar-ngejar, loe, hah? Ya udah, kalo gitu loe jauhi Gitta!” ujar Jovan masih menarik kerah seragam Karel.
“Nggak kapok-kapok, ya, loe udah kita kasih peringatan berkali-kali,” ujar Vito seraya geleng-geleng kepala. “Kalo gue jadi loe, sih, Van. Udah gue hajar habis-habissan nih bocah,” lanjutnya mengalihkan atensinya pada Jovan.
Yang dikatakan Vito ada benarnya. Sebelumnya Karel sudah pernah ia peringatkan secara fisik juga, namun nyatanya ia malah semakin dekat dengan Gitta. Apa perlu Jovan buat anak itu mati saja biar dia tidak bisa lagi dekat dengan wanita pujaannya?
Apalagi mengingat saat di acara seminar kemarin Gitta begitu percaya diri dan bangga ingin menikah dengan Karel. Gadis itu bahkan tidak sedikitpun menghargai perasaannya. Jovan kembali mengalihkan atensinya pada siswa dihadapannya, ia mengobservasi penampilan Karel dari atas sampai bawah.
“To, menurut loe dia ganteng nggak, sih?” ujarnya bertanya pendapat sahabatnya.
“Ganteng,” jawab Vito refleks, membuatnya mendapat pelotottan tajam dari bossnya. “Tapi loe jelas lebih ganteng, Jo. Lebih keren, manly, sama tajir pastinya,” lanjutnya diakhiri tawa garingnya.
“Jangan ganggu Karel terus dong, Ka,” ujar Karel seraya berusaha menjauhkan tangan Jovan dari kerah bajunya. Namun Jovan masih mencengkramnya dengan kuat.
“WOY!”
Hingga suara siswa lain menginterupsi, menyita atensi Jovan, Vito dan Karel. Mereka terkejut dengan kedatangan Brian yang di susul oleh Juna di belakang sana.
“Lepasin dia!” titah Brian dengan nada dinginnya, ia segera melepaskan cengkraman tangan Jovan dari Karel.
“Ohh.. Jadi ini Superhiro-nya?” Cetus Jovan diakhiri decihan. Muak sekali dirinya melihat Brian kini malah membela musuhnya.
“Gue tahu orang tua loe punyai pengaruh penting di sekolah ini. Tapi bukan berarti loe bisa semena-mena sama yang lainnya. Dan mau seberapa keras loe ganggu Karel buat ngejauhin Gitta, Gitta nggak akan pernah mau lagi sama loe,” ujar Brian mengingatkan.
“Wah, loe lagi sakau, ya, Brian?” timbal Jovan diakhiri seringaian.
Bukannya menjawab, Brian memilih untuk menarik tangan Karel dan membawanya pergi dari toilet sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
COTTON CANDY (On Going)
Teen Fiction📢 *SLOW UPDATE* Start : 24/12/21 Publish : 01/01/22 Finish : - Karel Lais Sky Angelo, memang selalu bisa membuat Brigitta Mega Winara terpesona. Namun untuk memilikinya, Gitta harus belajar dari saat membeli permen kapas; tidak bisa lan...