16. Good Boy ✔️

25 4 0
                                    

  Pantas saja Pak Enggar begitu kesal saat melihat Gitta malah asyik pacaran di kantin, ternyata siswa-siswi kelas 12 lainnya sudah memenuhi aula untuk seminar minat dan bakat yang diadakan oleh pihak sekolah. Acaranya pun sudah dimulai, dihadiri oleh para guru dan kepala sekolah.

  Karena menjadi murid terakhir yang memasuki aula jelas Gitta tengah menjadi pusat perhatian siswa-siswi lainnya, apalagi ia datang bersama Pak Enggar. Bukan Gitta namanya jika malah menunduk saat ratusan pasang mata tengah menyorotnya, lagipula ia sangat percaya diri jika dirinya itu cantik, jadi tidak perlu grogi. Gadis cantik itu berjalan mencari kursi kosong untuk ia duduki, saat menengok ke arah kanan Imelda terlihat melambaikan tangan kearahnya seraya menunjuk kursi kosong di sebelahnya.

    Setelah sambutan kepala sekolah yang cukup panjang lebar, acara dilanjutkan dengan siswa-siswi mengisi formulir yang diberikan guru bimbingan konseling. Isi formulir hanya data pribadi dan yang paling penting adalah langkah murid setelah lulus sekolah. Sesuai tema seminarnya, sekolah ingin turut serta membantu atau menyalurkan bakat dan minat siswa-siswinya, membimbing mereka masuk ke Universitas impian atau mendapat pekerjaan yang layak.

“Nah, sudah selesai mengisinya?” tanya guru pembina pada siswa-siswi yang nampak sudah selesai mengisi formulirnya.

“Apakah salah satu diantara kalian ada yang mau maju kedepan, lalu menceritakan minat kalian setelah lulus dari SMA GEMILANG?” lanjutnya menatap kesegala arah.

“Chandra Prakoso, Pak!” Teriakan lantang terdengar dari arah belakang.

“Goblok!” pekik Chandra tertahan, jika tidak ingat ada kepala sekolah di depan, ia sudah pasti akan menggeplak kepala temannya dengan keras.

  Bagaimana Chandra tidak terkejut, Juna tiba-tiba saja berteriak seraya mengangkat tangan dan menyebutkan nama Chandra.

“Chandra, silahkan maju ke depan,” ujar guru pembina mempersilakan.

  Bukannya beranjak, Chandra malah cengar-cengir ditempatnya seraya menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Ia sedikit tidak percaya diri dengan minat dan bakatnya setelah lulus sekolah ini.

  Juna – si oknum hanya menyengir tanpa dosa, senang sekali melihat temannya tengah tertekan. Melihat dari semua minat temannya yang lain, pilihan Chandra setelah lulus menurutnya yang paling menarik, jadi murid seangkatannya harus tahu cita-cita sahabatnya yang sungguh mulia dan tidak terkira.

  Jovan sudah pasti akan kuliah mengambil jurusan manajemen bisnis. Temannya itu akan mendapat warisan dari perusahaan Ayahnya, 5 atau 10 tahun lagi mungkin kita akan mengenal Jovan Arkana Putra sebagai CEO AKN Group.

  Vito Fermana, cita-citanya ingin mengalahkan Ariel Noah. Tukang gitaran itu niatnya mau masuk Institut Kesenian Jakarta.

“Mau yang dekat atau jauh kuliah mah sama aja, di kampus mana aja yang penting belajar yang bener. Kalo di yang deket, hemat biaya, nggak perlu mikirin tempat tinggal, kalo laper pulang aja ke rumah,” ujar Vito heran karena banyak sekali siswa-siswi yang ingin kuliah di luar kota, bahkan luar negeri.

“Heh, ya.. Suka-suka orang lain lah. Cita-cita mereka kan beda sama cita-cita lu,” Sahut Vito saat Juna mencibir Tanaya yang baru saja maju ke depan dan menceritakan niatnya untuk kuliah di Korea.

“Iya.. Jangan sirik kalo orang lain cita-citanya lebih tinggi dari lu,” sahut Jovan di akhiri tawa mengejeknya.

“Dih, ngapain gue sirik? Loe pikir enak apa kuliah di luar negeri?” ujar Juna, “Orang kaya Tanaya mah cuma bakal mempersulit diri sendiri. Dia kuliah bukan buat masa depan, tapi buat gengsi doang,” lanjutnya sudah hafal gaya hidup anggota BRIGHT.

COTTON CANDY (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang